Lampung Barat
Warga Lampung Barat Buang 1,5 Ton Tomat Gegara Harganya Anjlok, Bupati: Harus Bersyukur
Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus ikut berkomentar terkait aksi warga buang tomat yang sempat viral.
Tribunlampung.co.id, Lampung Barat - Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus ikut berkomentar terkait aksi warga buang tomat yang sempat viral.
Peristiwa itu diketahui terjadi di Pekon Sebarus, Kecamatan Balik Bukit, Lampung Barat.
Dalam video yang beredar, buah tomat yang diperkirakan mencapai 1,5 ton itu dibuang di pinggir jalan.
Sementara pelakunya adalah seorang pengepul sayuran bernama Marwan.
Ia nekat melakukannya lantaran harga tomat anjlok.
Baca juga: Kesan Mendalam Ustaz Maulana Berkunjung ke Lampung Barat
Baca juga: Bupati Parosil Mabsus Tanggapi Aksi Petani di Lampung Barat yang Membuang Tomat 1,5 Ton
Pasalnya, harga tomat anjlok hingga menyentuh Rp 500 per kilogram.
Kejadian tersebut lantas mengundang reaksi dari Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus.
Menurut dia, harga tomat tidak terlalu anjlok.
"Sebenarnya harga tomat ini bukan turun. Beberapa minggu yang lalu harga tomat cukup baik, yakni Rp 4.000 per kilogram," kata Parosil seusai meninjau pembangunan ruas jalan penghubung Kecamatan Sukau menuju Kecamatan Balik Bukit, Senin (28/3/2022).
Parosil mengaku mendengar informasi jika tomat tersebut dibuang bukan karena anjloknya harga tomat.
"Akan tetapi karena memang pihak pembeli itu untuk membeli tomat tidak mau yang terlalu merah (matang)," ungkapnya.
"Sementara tomat yang dibuang tersebut sudah terlalu merah," imbuh dia.
Baca juga: Oknum ASN Lampung Barat Diduga Lakukan KDRT, Tanggapan Bupati Parosil
Baca juga: Viral 1,5 Ton Tomat Dibuang, Begini Kata Bupati Lampung Barat
Ia pun menyayangkan tindakan Marwan yang membuang tomat tersebut.
Semestinya, kata dia, tomat-tomat tersebut tidak dibuang di pinggir jalan.
"Ditawarkan sajalah dengan keluarga atau tetangga atau mungkin dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) kita yang mengolah tomat menjadi panganan di Kecamatan Sukau," tutur Parosil.
"Atau mungkin dengan pengusaha-pengusaha lain yang berkaitan dengan pengolahan saus tomat," tambahnya.
Ia berharap tidak ada lagi petani yang melakukan tindakan serupa.
"Jadi sebetulnya tinggal kesadaran dari masyarakat itu sendiri," ujar Parosil.
"Harapan saya, ke depan jangan lagi melakukan tindak yang kurang bijak semacam itu," harapnya.
Bupati lulusan Unila itu yakin masih ada masyarakat yang membutuhkan tomat-tomat tersebut.
"Kita harus pandai bersyukur. Saya yakin masih ada masyarakat yang membutuhkan," katanya.
"Kalau dikasih, saya rasa masih mau masyarakat," sambung Parosil.
Tindakan warganya membuang tomat di pinggir jalan tersebut dinilainya kurang bijak.
"Jadi dengan cara kita membuang di pinggir jalan itu bukan cara yang bijak," ucap dia.
Pria berjuluk Bupati Kopi itu pun meminta Dinas Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan serta Dinas Perkebunan dan Peternakan Lampung Barat segera menyelesaikan persoalan tersebut.
Aksi seorang petani di Lampung Barat membuang 1,5 ton tomat sempat menjadi viral di berbagai platform media sosial.
Petani tersebut diduga kesal karena harga tomat yang anjlok hingga hanya Rp 400 per kilogram.
Dari penelusuran Tribunlampung.co.id, peristiwa tersebut terjadi di Pemangku Umbul Liokh, Pekon Sebarus, Kecamatan Balik Bukit, Lampung Barat, Sabtu (26/3/2022) lalu.
Kisah di Balik Pembuangan Tomat
Sebelumnya aksi buang tomat tersebut dilakukan oleh seorang pria bernama Marwan.
Saat ditemui di kediamannya, Minggu (27/3/2022), Marwan mengaku sebagai pengepul sayuran.
Pria berusia 32 tahun itu mengatakan, tidak pernah bermaksud untuk membuang tomat-tomat tersebut.
"Sebenarnya saya udah bilang ke ibu-ibu untuk mengambil tomatnya saat masih di dalam kotak," kata Marwan, Minggu (27/3/2022).
"Tapi mungkin karena malu atau gak enak, jadinya gak ada yang mau ngambil," sambungnya.
Ia pun menumpahkan kotak berisi tomat tersebut di tepi jalan depan kiosnya di Pemangku Umbul Liokh, Pekon Sebarus, Balik Bukit, Lampung Barat.
"Dari situ, ibu-ibu ramai-ramai banyak yang ngambilin," terangnya.
Ia mengaku, membuang tomat tersebut bukanlah tanpa alasan.
Menurut Marwan, ia tidak tahu lagi mesti memasarkan tomat tersebut ke mana.
"Soalnya overproduksi. Jadi, stok barang itu lebih banyak daripada permintaan di pasar," kata dia.
Ia mengibaratkan, dalam sehari tomat yang terjual hanya sekitar 50 peti.
Sementara tomat yang diterima dari petani jauh lebih banyak.
"Jadi kita tahan dulu tomat itu menginap sehari. Siapa tahu besoknya laku," imbuhnya.
Sayangnya, lanjut dia, stok tomat masih saja berlebih, hingga ia terpaksa menyimpan stok tomat tersebut selama empat hari.
Alhasil, tomat sudah tidak bisa lagi didistribusikan ke pasar lantaran sudah terlalu matang.
Di samping itu, Marwan mengungkapkan, harga tomat anjlok sejak seminggu terakhir.
"Karena overproduksi itu tadi, makanya harganya jadi anjlok," ungkapnya.
"Kita ambil dari petani itu Rp 500 per kilogram plus ongkos ojek Rp 200," tambahnya.
Normalnya, harga tomat berada di kisaran Rp 3.000-Rp 4.000 per kilogram.
"Awal Maret 2022 itu harganya masih Rp 2.500 per kilogram," ungkap Marwan.
Biasanya, ia memasarkan tomatnya ke sejumlah wilayah di Lampung hingga ke DKI Jakarta.
"Di Jakarta ternyata harganya murah juga, ditambah banjir tomat juga," kata dia.
Hal itu juga yang menjadi alasan Marwan membuang stok tomat miliknya sebanyak 30 peti atau sekira 1,5 ton.
Akibatnya, ia harus menelan kerugian yang ditaksir lebih dari Rp 1 juta.
( Tribunlampung.co.id / Nanda Yustizar Ramdani )
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/petani-lampung-barat-buang-tomat-55.jpg)