UMKM Lampung
Melihat dari Dekat Pengrajin Gula Aren di Pringsewu, Terkendala Kurangnya Pohon Enau Penghasil Nira
Melihat dari dekat aktivitas pengrajin gula aren di Kabupaten Pringsewu. Kini terkendala keterbatasan bahan baku.
Penulis: Robertus Didik Budiawan Cahyono | Editor: Dedi Sutomo
Tribunlampung.co.id, Pringsewu – Momen puasa ramadan memberik berkah tersendiri bagi para pembuat gula aren.
Pasanya, banyak warga yang memanfaatkan gula aren untuk membuat takjil berbuka puasa.
Hal yang sama juga dialami oleh para pengrajin pembuat gula aren di Kabupaten Pringsewu.
Seperti yang dikatakan oleh Suud (42), warga Pekon Banjarejo, Kecamatan Banyumas.
Menurut dirinya, saat puasa ramadan permintaan gula aren meningkat.
Namun, kata dia, untuk memproduksi gula aren dirinya sangat tergantung dengan hasil sadapan nira aren.
Rata-rata setiap hari dirinya hanya mendapatkan 20 liter nira aren untuk diolah menjadi gula aren (gula merah).
Sang istri-lah yang kemudian mengolah nira menjadi gula yang dicetak menggunakan cetakan alami dari bambu.
"Bahan 20 liter nira aren, jadi gula merah sekitar 2 kilo gram," ujar Suud, Minggu (10/4/2022).
Sementara harga gula aren itu sendiri Rp 20 ribu per kilogram. Karenanya, hasil yang didapatkannya setiap hari hanya Rp 40 ribu.
"Lumayan bisa membantu keperluan istri untuk mencukupi kebutuhan dapur," ucap Suud.
Kebanyakan, gula aren olahan Suud ini sudah ada pemesannya. Sehingga begitu jadi, gula aren itu sudah ada pemiliknya.
Gula aren menjadi hasil produksi rumah tangga yang menjanjikan. Namun, berkurangnya jumlah pohon enau atau aren menjadi kendala tersendiri bagi pelaku usaha pengrajin gula aren di Pringsewu.
(Tribunlampung.co.id / R Didik Budiawan C)