Bandar Lampung
Bandar Lampung Waspada DBD, Data Terkini Ada 868 Kasus Sejak Bulan Januari
Kasus Demam Berdarah Dengeu (DBD) di Bandar Lampung kembali melejit pada tahun 2022.
Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung – Kasus Demam Berdarah Dengeu (DBD) di Bandar Lampung kembali melejit pada tahun 2022.
Bahkan dari data Dinas Kesehatan Bandar Lampung sejak Januari hingga Mei, ratusan warga terjangkit DBD pada setiap bulannya.
Pada bulan Januari ada 217 kasus DBD, lalu pada Februari 177 kasus, kemudian di bulan Maret ada 158 kasus.
Lalu, di bulan April 126 kasus, dan di bulan Mei ada 126 kasus.
Sedangkan pada bulan Juni ini, sampai dengan 17 Juni, ada 64 kasus DBD di Bandar Lampung.
Baca juga: Petualangan Jambret Sadis di Bandar Lampung Berakhir, Dirinya Harus Merasakan Timah Panas di Kakinya
Baca juga: Waspadai Serangan DBD ke Anak, Ratusan Orang Dirawat Akibat Nyamuk Aedes Aegypti
rincian di atas, total kasus DBD di Bandar Lampung mencapai 868 kasus dalam hurun waktu dekati enam bulan.
Dengan tren yang tinggi berada di triwulan pertama tahun 2022.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Bandar Lampung Desti Mega Putri menjelaskan terdapat beberapa daerah yang tinggi akan kemunculan kasus DBD di Bandar Lampung, yakni Rajabasa dan Kemiling.
Dua daerah tersebut dinilai atas faktor kelambaban yang cukup tinggi sehingga disenangi oleh nyamuk aedes aegypti, salah satu perantara DBD bersama dengan dua jenis nyamuk lainnya, yakni Aedes albopictus dan Aedes scutellaris.
"Sesungguhnya kasus DBD sudah ditemukan terjadi di setiap kecamatan di Bandar Lampung untuk tahun ini, tapi memang untuk Kecamatan Rajabasa dan Kemiling kasusnya lebih tinggi dari daerah lainnya," jelas dia.
Kemudian, ia juga mengatakan angka kasus DBD di Bandar Lampung untuk tahun ini sudah dipastikan mengalami peningkatan dibanding dengan tahun 2021 kemarin.
Pasalnya, di tahun 2021, pihaknya mencatat, hanya ada 517 kasus DBD di Bandar Lampung.
Baca juga: Diskes Bandar Lampung Minta Keterlibatan Warga dalam Mencegah DBD
Baca juga: Jelang Idul Adha 2022, 4 Tradisi Unik Hari Raya Kurban di Berbagai Negara
Dihimpun dari banyak sumber, nyamuk demam berdarah bisa dikenali dari pola belang-belang putih di sekitar tubuh dan kakinya.
Mereka tinggal dan berkembang biak di tempat yang banyak airnya atau tempat penampungan air, seperti selokan, vas atau pot tanaman, tempat minum hewan peliharaan, kolam renang, atau tempat sampah.
Desti juga mengatakan, membasmi nyamuk DBD dari sarangnya langsung menjadi hal yang paling efektif dalam pencegahan DBD.
"Karena kalau pengasapan dengan fogging hanya memberantas nyamuk DBD yang sudah dewasa," jelas dia.
Untuk itu, ia mengimbau masyarakat untuk aktif melakukan aktivitas 3M plus.
Terdiri dari menguras atau membersihkan tempat yang sering dijadikan penampungan, dan menutup rapat tempat-tempat penampungan air.
Serta memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
DBD Memang Sepanjang Musim
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) umumnya muncul saat musim hujan. Namun tak mustahil pula terjangkit penyakit ini di setiap musim.
"DBD memang sepanjang zaman, tapi untuk saat cuaca lembab, khususnya musim hujan dan pancaroba memang lebih berpotensi untuk meningkat," kata Wakil Ketua IDI Provinsi Lampung, dr Boy Zaghlul Zaini, Sabtu (18/6/2022).
"Apalagi untuk lingkungan-lingkungan yang memiliki banyak genangan air, tempat yang digunakan nyamuk Aedes Aegypti pembawa virus dengue (berkembang biak)," lanjut dr Boy Zaghlul Zaini.
Sikap waspada untuk penyakit DBD sebaiknya tidak pernah ditinggalkan, terutama untuk sikap melindungi kelompok rentan seperti anak-anak.
Anak-anak, kata dia, lebih berpotensi terserang penyakit ini. Sebab, DBD adalah penyakit yang menyerang saat kekebalan tubuh sedang tidak sempurna.
Pada anak, tanda-tanda DBD juga dapat berupa kondisi lemah, mual-mual dan muntah, serta pegal-pegal.
Secara umum, DBD dapat berupa demam tinggi mendadak berketerusan, nyeri atau pegal-pegal pada otot dan sendi, nyeri di belakang mata, serta wajah memerah dan muncul bintik-bintik di kulit.
"Karena anak relatif daya tahannya tidak sekuat orang dewasa. Terlebih usia anak kadang tidak sadar terhadap lingkungan bermainnya," jelas dia.
Saat gejala-gejala tersebut mulai nampak, lebih baik anak langsung diberikan perawatan medis, baik puskesmas maupun rumah sakit terdekat untuk penanganan awal.
Karena itu, dr Boy Zaghlul Zaini meminta agar masyarakat bisa memastikan kebersihan lingkungan. Terutama rumah dan tempat lain yang menjadi tempat rutinitas kegiatan anak-anak.
(Tribunlampung.co.id/ Vincencius Soma Ferrer)