Berita Lampung

Smart Farming Permudah Proses Penyiraman Cabai dan Pemberian Pupuk

Smart farming yang ada di BPPL ini bisa membantu petani untuk bisa menyiram hingga memupuk sesuai kadar yang telah diatur secara otomatis.

Penulis: Bayu Saputra | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra
Mentan Syahrul Yasin Limpo, bersama Kepala Bapeltan Lampung Abdul Roni Angkat dan Anggota Komisi IV DPR RI Dwita Ria Gunadi melihat cabai yang ditanam oleh BLPP, Selasa (28/6/2022). Smart Farming permudah proses penyiraman cabai dan pemberian pupuk. 

Tribunlampung.co.id,  Bandar Lampung - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengklaim bahwa cabai itu saat ini ekuivalen atau sama dengan kemarin.

Oleh karena itu meskipun produktifitas turun tapi antara ketersediaan dan kebutuhan cabai sebenarnya sama saja atau ekuivalen.

"Tetapi adanya lonjakan harga cabai seperti itu maka diperlukan untuk dilakukan kerjasama oleh semua pihak dalam mengatasi harga cabai ini," kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat ditemui Tribun Lampung, Selasa (28/6/2022) di Balai Pelatihan Pertanian Lampung (BPPL).

Adapun harga cabai yang naik itu memang musiman dengan iklim yang ada sekarang ini.

Cabai selalu dinamis dalam momentum keagamaan puncak seperti idul fitri, natal ataupun tahun baru.

Saat ini ketersediaan cabai dan produktivitas dengan kebutuhan tidak dibilang lebih tapi imbang.

Cuma memang sedang berproses ketersediaannya, seperti di Temanggung, Wonosobo yang merupakan daerah penghasil cabai dalam minggu ini tersedia cabai tersebut.

Dengan harapan adanya smart farming yang ada di BPPL ini bisa membantu petani untuk bisa menyiram hingga memupuk sesuai kadar yang telah diatur secara otomatis.

Developer smart farming BPPL Adi Destriadi menambahkan bahwa sistem smart farming ini sudah dilakukan penelitian selama setahun.

Dengan berhasil mengontrol luas lahan cabai sampai dengan 4 hektare dengan menggunakan sistem yang dikembangkan tersebut.

"Alat yang digunakan ini bisa mengontrol dari mana saja, termasuk dalam menyirami cabai ataupun dalam pemberian pupuk," kata Adi.

NSmart farming low cost ini untuk mempermudah dalam penyiraman tanaman dengan mesin yang sudah dirakit sedemikian rupa.

Melakui drive irigation dan masuk ke halaman cabai yang ditanam, alatnya sederhana dengan 73 persen kelembabannya.

Pertama otak yang diinput disistem komputer, membagi arus bawah suplai untuk didistribusikan ke semua masing sensor.

Ada arus listriknya yang masuk dan dengan biaya Rp 1 juta sudah bisa membuat alat tersebut, sangat terjangkau.

Jadi sebenarnya masyarakat atau petani itu bisa melihat pertanian itu tidak lagi kumuh dan jorok.

Karena pertanian itu harus maju mandiri dan modern, kalau biasanya kotor kita dalam berkebun.

"Tetapi dengan smart farming ini kita bisa sambil santai dengan sistem otomatis," kata Adi

Kita atur di smartphone bisa disetting, dan juga hasil panen secara produktifitas juga bisa tepat waktunya.

Termasuk juga dalam penggunaan pupuk yang tepat sesuai takarannya, kalau dulu kita memberi pupuk atau menyiram cabai itu 2 jam lamanya akan tetapi dengan sistem ini hanya 30 menit saja.

Termasuk memberikan nutrisi kedalam tanama cabai itu juga bisa digunakan dan semuanya sudah teratur efesiensinya.

Dengan tenaga kerja air hingga pemberian pupuk sesuai takarannya, termasuk juga hemat listrik.

(Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved