Bisnis

Ancaman Stagflasi Semakin Nyata, Apa Dampaknya bagi Masyarakat?

Kondisi stagflasi juga berpotensi terjadi di Indonesia jika stagflasi dialami oleh mitra dagang utama Tanah Air, seperti China dan Amerika Serikat.

Editor: muhammadazhim
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
ilustrasi. Saat ini perekonomian Indonesia terancam stagflasi. Hal tersebut ditandai dengan makin meningkatnya pengangguran, pertumbuhan ekonomi melambat, tetapi terjadi kenaikan harga dan inflasi. 

Selain harga komoditas yang meningkat, masyarakat juga akan dihadapi oleh suku bunga pinjaman yang tinggi.

Sebagaimana diketahui, dalam rangka memerangi inflasi tinggi, bank sentral biasanya akan menaikkan suku bunga acuannya.

Ini dilakukan untuk meredam daya beli masyarakat, sehingga inflasi dapat mereda.

"Bagi pekerja tentu tentu imbasnya biaya hidup semakin mahal, sementara upah hanya naik rata-rata 1 persen, mau cicilan motor dan rumah juga semakin mahal karena suku bunga otomatis naik," tuturnya.

Baca juga: Meski Naik, Stok Elpiji Nonsubsidi di Lampung Utara Tetap Aman

Dalam jangka panjang, Bhima mengatakan pekerja rentan bisa jatuh ke bawah garis kemiskinan meskipun tetap aktif bekerja.

"Banyak tekanan yang disebut sebagai cost of living crisis atau krisis biaya hidup," ucap dia.

Peringatan Bank Indonesia

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyebut dunia sedang menghadapi risiko stagflasi yang serius akibat beberapa hal yang menyebabkan gejolak dalam perekonomian.

Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, risiko stagflasi ini diakibatkan oleh dampak dari pandemi Covid-19 dan ketegangan geopolitik Ukraina-Rusia yang mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi global.

Lantaran terjadi kedua hal tersebut, pada bulan lalu Bank Dunia telah menurunkan proyeksi pertumbuhan global tahun ini menjadi 2,9 persen setelah revisi pertama 3,2 persen pada April lalu.

"Dunia menghadapi risiko stagflasi yang serius. Compounding effect dari pandemi Covid-19 dan ketegangan geopolitik Ukraina-Rusia yang sedang berlangsung telah terwujud dalam prospek pertumbuhan global baru-baru ini," ujarnya saat acara Central Bank Policy Mix for Stability and Economic Recovery di Bali, Rabu (13/5/2022) lalu.

(Kompas.com/Tribunlampung.co.id)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved