Berita Lampung
Covid-19 Jadi Sebab Kemiskinan di Lampung
Ada banyak faktor penyebab kemiskinan di Lampung. Termasuk penduduk usia kerja yang turut terdampak Covid-19.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Kiki Novilia
Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Ada banyak faktor penyebab kemiskinan di Lampung.
Satu di antara penyebab kemiskinan di Lampung adalah angka tingkat pengangguran terbuka (TPK) yang tinggi.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Endang Retno Sri Subiyandani menjelaskan, TPK sebagai penyebab kemiskinan di Lampung lebih rendah dibandingkan nasional yaitu 4,31 persen.
Sementara angka TPK nasional sebesar 5,83 persen.
Selanjutnya ada 440,5 ribu penduduk usia kerja yang turut terdampak Covid-19. Ini juga menyumbang kemiskinan di Lampung.
Baca juga: Pelaku Curanmor Asal Lampung Tengah Beraksi di Bandar Lampung Berbekal Senpi Rakitan
Baca juga: Istri Selingkuh Digerebek di Bandar Lampung, saat Diperiksa Ternyata Sedang Datang Bulan
"Sebanyak 340,6 ribu (4,97 persen) penduduk usia kerja terdampak Covid-19 pada Februari 2022," ungkap Retno dalam siaran pers melalui YouTube resmi BPS Lampung, Jumat (15/7/2022).
Secara terperinci sebanyak 23,9 ribu penduduk menjadi pengangguran.
18,9 ribu penduduk menjadi bukan angkatan kerja dan 34,1 ribu penduduk sementara tidak bekerja.
Selanjutnya 263,6 ribu penduduk bekerja dengan pengurangan jam kerja (shorter hours).
Dalam hal ini bantuan sosial pusat dan daerah diakuinya berjalan baik.
"Bantuan sosial pemerintah baik pusat maupun daerah sangat membantu penduduk pada masa pandemi. Terutama pada lapisan bawah," beber dia.
Sementara itu, jika dilihat disparitas urban dan rural (perkotaan dan perdesaan), penduduk miskin terkonsentrasi di pedesaan.
Baca juga: Breaking News Dugaan Rektor Disandera Karyawan di Bandar Lampung
Baca juga: ASKL Beri Pendamping Sopir Truk Bermuatan Kopi Terguling di Bypass Bandar Lampung
"Dari September 2021 sampai Maret 2022, penduduk miskin terkonsentrasi di perdesaan dengan tingkat kemiskinan sebesar 13,14 persen," paparnya.
Cukup terpaut jauh dengan kemiskinan di daerah perkotaan di angka 8,31 persen.
Ini setara dengan 234,78 ribu orang di perkotaan dan 767,63 ribu orang di perdesaan.
"Penurunan angka kemiskinan September 2021 sampai Maret 2022, di perkotaan 0,19 poin dan di perdesaan 0,04 persen," imbuh dia.
Secara umum, penurunan angka kemiskinan di perkotaan sedikit lebih cepat dibandingkan di pedesaan.
"Kecuali pada 2020 yang justru meningkat lebih tajam," kata Endang.
Peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan komoditas bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Tercatat Maret 2022 sebesar 74,85 persen.
Dimana dari makanan untuk kondisi di perkotaan disumbang oleh beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, tempe, roti, mie instan, bawang merah, daging ayam ras, cabai rawit, dan gula pasir.
Untuk bukan makanan yaitu perumahan, listrik, bensin, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
"Untuk kondisi di perdesaan untuk makanan disumbang oleh beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, cabai rawit, bawang merah, gula pasir, roti, mie instan, tempe, kopi bubuk dan kopi instan sachet," jelasnya lebih lanjut.
Untuk yang bukan makanan disumbang oleh perumahan, listrik, bensin, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
( Tribunlampung.co.id / Sulis Setia Markhamah )