Berita Lampung
Bahir, Kolektor Uang dan Perangko di Bandar Lampung Ingin Jual Koleksinya 200 Triliun Dolar Amerika
Museum Lampung pernah memberi penghargaan pada Bahir Madri Kasli, atas sumbangannya untuk menambah koleksi uang dan prangko serta gambar ke museum.
Penulis: Mega Ulfa | Editor: Tri Yulianto
Lalu ayahnya ke Lampung tepatnya ke Purbolinggo dan berdagang kayu.
Dari situlah Bahir gemar mengoleksi uang-uang dari berbagai negara dan juga perangko.
Saat ia sudah mulai remaja merantau ke Bandar Lampung dan bekerja menjadi agen mobil transportasi di bawah Ramayana.
Ternyata di bawah Ramayana ada pasar loak dan ia mulai mencari uang-uang jaman dulu.
Di antaranya ia menemukan uang dengan ukuran terbesar yang berasal dari Jerman.
Saat itu pedagang loak bertanya kepadanya untuk diapakan uang-uang tersebut.
Bahir pun menjawab tidak apa-apa hanya untuk koleksi saja.
Setelah 15 tahun berkerja di agen travel, lalu pindah ke Terminal Rajabasa, Bandar Lampung menjadi agen mobil bus.
Selama ia bekerja di terminal tetap melanjutkan hobinya mengoleksi uang-uang dari luar negeri.
Berbagai cara ia lakukan, salah satunya minta ke turis-turis yang singgah di terminal.
"Dulukan banyak turis-turis yang turun di terminal, lalu saya dekati dan saya tanya, mister-mister punya uang dari negara mister tidak?," ujar Bahir.
Lalu turis kerap memberinya uang dari negaranya untuk kenang-kenangan.
Tidak hanya dari turis-turis saja, ia mendapatkan uang asing juga dari para tenaga kerja wanita (TKW) yang pulang dari luar negeri saat singgah di terminal.
Bahir bercerita para TKW banyak berasal dari Hongkong, Taiwan, Arab Saudi, Singapura dan Malaysia.
Dari merekalah pria berdarah Palembang yang miliki nama belakang singkatan dari Kayu Agung asli dapatkan tambahan koleksi uang mancanegara.