Berita Lampung
Berita Lampung Terkini 4 Agustus 2022, Kecelakaan Tewaskan Pengendara Motor di Bandar Lampung
Hari ini ada peristiwa kecelakaan di Bandar Lampung yang menewaskan pengendara motor hingga 20 bencana terjadi selama sebulan di Kota Tapis Berseri.
Warga Krui dihebohkan dengan keberadaan sebuah mobil yang ditinggalkan pemiliknya selama tiga hari.
Mobil tersebut berjenis Toyota Rush dengan nomor polisi BE 1301 MA.
Pantauan Tribun Lampung di lokasi, mobil itu ditinggalkan pemiliknya tepat berada di depan Kantor Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (PRKP) Pesisir Barat, Lampung.
Bedi, warga sekitar, Kamis 4 Agustus 2022 mengatakan, mobil tersebut diduga ditinggalkan pemiliknya sejak tiga hari terakhir.
Ia mengaku tidak mengetahui siapa pemilik dan alasan ditinggalkan mobil tersebut.
Akhirnya warga berinisiatif menghubungi polisi.
Menurutnya, pihak kepolisian dari Polsek Pesisir Tengah juga sudah mengecek keberadaan mobil tersebut.
Sementara Briptu Eric Samelo, anggota Reskrim Polsek Pesisir Tengah, Polres Lampung Barat yang berjaga di lokasi mobil tersebut mengatakan, belum mengetahui siapa pemilik mobil tersebut.
Ia mengatakan, polisi masih menyelidiki siapa pemilik mobil itu.
Untuk menggali informasi lebih lanjut, Tribun Lampung mencoba mengecek nopol mobil Toyota Rush tersebut di website.
Namun hasilnya cukup mengejutkan, sebab data yang keluar adalah merek mobil Daihatsu Terios warna putih dan itu sangat berbeda dengan tampilan mobil yang ditinggalkan pemiliknya tersebut.
Briptu Eric kemudian melanjutkan, saat ini pihaknya sedang menunggu intruksi lebih lanjut dari Kapolsek Pesisir Tengah kapan mobil tersebut akan diangkut untuk diamankan sementara.
Baca juga: Satpol PP Lampung Utara Tertibkan PKL Berjualan di Atas Trotoar
4. Satpol PP Pemkab Lampura Tertibkan PKL yang Jualan di Trotoar
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) Pemkab Lampung Utara melakukan penertiban pedagang kaki lima(PKL) yang berjualan di atas trotoar, Kamis 4 Agustus 2022.
Menurut Kabid Penegah Perda Satpol-PP Lampura Nizar, hal itu dilakukan karena trotoar disediakan untuk pejalan kaki.
Selain itu juga sesuai Peraturan DaerahNomor: 8/2009 tentang Ketertiban Umum dan Keindahan Kota.
Penertiban tersebut, lanjut Nizar, dilakukan pada pedagang yang berjualan bendera, durian, dan peralatan rumah tangga lainnya.
Bahkan ada yang sampai memarkirkan mobilnya di atas trotoar, seperti yang terjadi di depan Islamic Center Kotabumi.
Para pedagang sendiri diberikan teguran secara lisan terlebih dahulu.
Jika masih tidak diindahkan, kata Nizar, akan diberikan teguran tertulis 1, 2, dan 3.
Namun apabila masih membandel, maka pihaknya bersama TNI/Polri akan mengambil tindakan berupa pengangkutan barang-barang yang masih dijual di atas trotoar.
Saat dilakukan penertiban, tambah Nizar, ternyata banyak pedagang musiman yang bukan merupakan warga Lampura.
Mereka rata-rata berasal dari luar Kabupaten Lampung Utara, bahkan ada yang berasal dari Kota Garut, Jawa Barat.
Penertiban sendiri dilakukan di jalur dua Jalan Jendral Sudirman Kotabumi serta Jalan Lintas Tengah Sumatera (Jalintengsum) Lampung Utara.
Baca juga: Cerita 2 Nelayan Pesisir Barat, Lampung Hilang 5 Hari di Laut Pasrah ke Allah di Samudra Hindia
5. Dua Nelayan Pesbar Hilang 5 Hari, Bertahan Hidup dengan Minum Air Laut
Sempat dikabarkan hilang di tengah laut selama lima hari, dua nelayan Pesisir Barat Lampung akhirnya bisa kembali berkumpul dengan keluarganya.
Beni Irawan dan Krisna Usago, dua nelayan Pesisir Barat sempat dikabarkan hilang di perairan Bengkunat dan berhasil ditemukan dalam keadaan selamat di perairan Pulau Jawa, pada Minggu 31 Juli 2022.
Cerita Beni Irawan dan Krisna Usago, keduanya mendayung sampai kelelahan, tali putus, berhari-hari terombang-ambing, dan pasrah di Samudra Hindia sampai akhirnya ditolong kapal KM Karya Makmur.
Krisna Usaga (16), satu di antara nelayan yang selamat menceritakan, mulanya ia berangkat mencari ikan bersama rekannya Beni Irawan, pada Selasa 21 Juli 2022, pukul 03.00 WIB.
Waktu itu keduanya berangkat bersama teman dengan empat perahu namun beda rumpon.
Lalu, Krisna dan Beni mencari ikan sejauh 30 mil dari bibir pantai.
Sementara rekannya yang lain mencari ikan sejauh 20 mil dari bibir pantai.
Kemudian kata dia, pada siangnya ia bersama rekannya yang lain berkumpul di satu rumpon untuk kembali pulang.
Saat itu perahunya berada di belakang, sementara tiga perahu lainnya di depan.
Lalu, sekira 13 mil lagi dari daratan, perahu Beni dan Krisna mati mesin.
Lalu keduanya teriak memanggil teman tapi tak ada yang dengar.
Setelah itu ia bersama rekanya berusaha sebisa mungkin mendayung perahunya ke daratan.
Dari jam 12 siang mendayung, sampai malam tak sampai juga di daratan.
Dikarenakan kelelahan, mereka tertidur. Tapi saat terbangun di hari berikutnya, mereka melihat sebuah kapal Bengkulu dan mencoba meminta pertolongan.
Namun saat itu keduanya tak beruntung, sebab kapal yang diharapkan tak kunjung memberikan pertolongan.
Setelah tidak mendapatkan pertolongan, mereka tertidur lagi dan terombang-ambing di tengah Samudra Hindia.
Keesokan harinya, Krisna dan Beni terbangun dan perahu sudah dekat di sebuah pulau di dekat Marga Belimbing, Pesisir Barat.
Di pulau tersebut mereka berdua sempat memanggang ikan bekal mereka untuk makan, namun nahas tali perahu milik mereka terputus sehingga terbawa kembali ke tengah laut sejauh 90 mil dari daratan.
Pada saat terobang-ambing di tengah lautan Samudra, ia mengaku mereka hanya memakan ikan yang sudah dipanggang di pulau dan minum air laut serta air hujan.
Kemudian pada hari kelima, harapan muncul setelah mereka melihat kapal cincin yakni KM Karya Makmur melintas.
Keduanya berdayung mendekati kapal itu dari jam 11 malam sampai Subuh.
Setelah dekat, kru kapal KM Karya Makmur langsung bertanya perihal mereka berdua.
Kapten kapal bernama Wawan mengizinkan mereka naik ke kapal tersebut.
Setelah itu mereka bedua meminta bantuan kapal untuk dihubungkan dengan nelayan di Pesisir Barat bernama Rudi.
Setelah itu Rudi minta titik koordinat tempat posisi mereka berada dan setelah ketemu disampaikan dengan keluarga di Krui.
Krisna mengaku sangat trauma setelah mengalami kejadian tersebut.
Baca juga: Sebulan Terakhir 20 Bencana, Kebakaran dan Banjir Silih Berganti di Bandar Lampung
6. Sebulan Ada 20 Bencana Terjadi di Bandar Lampung
Berdasarkan rekapitulasi BPBD Kota Bandar Lampung, dalam sebulan ini ada 20 bencana yang melanda Kota Tapis Berseri.
Terbaru, hujan deras yang terjadi, pada Rabu 3 Agustus 2022 kemarin, membuat beberapa bencana hadir di Bandar Lampung.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Bandar Lampung, Gustriansyah mengatakan, ada sedikitnya enam bencana yang terjadi kemarin.
Ada banjir yang terdapat di tiga lokasi berbeda, yakni Kelurahan Kalibalau Kencana, Kecamatan Kedamaian dengan kedalaman 80 cm dengan luas genangan 6.300 meter persegi.
Lokasi kedua di Kelurahan Sukaraja dengan kedalaman 69 cm dengan luas genangan 1.200 meter persegi. Lokasi ketiga di Jalan Arif Rahman Hakim, Jagabaya, Way Halim, dengan kedalaman 30 cm dan luas genangan 2.500 meter persegi.
Menurutnya, banjir di tiga lokasi karena kondisinya terlalu cekung.
Lalu juga ada tanah longsor yang terjadi di daerah Sukadanaham, Tanjungkarang Barat.
Longsor ini mengakibatkan tiga rumah rusak dengan tingkat kerusakan yang beragam.
Sementara bencana terakhir adalah robohnya dua pohon besar di tepian jalan, sehingga membuat akses jalan terganggu.
Pohon roboh ada di Kelurahan Kuripan dan Labuhan Ratu.
Data BPBD Bandar Lampung, selain banjir yang terjadi kemarin, kebakaran juga menjadi bencana yang dominan terjadi di satu bulan terakhir.
Karena sebelum ini, bencana hidrometeorologi lebih dominan diakibatkan cuaca kering.
Sementara dalam beberapa waktu terakhir, kondisi alam berubah ke arah hidrometeorologi basah.
Tercatat satu kebakaran terjadi di awal Agustus dan 12 kebakaran di Juli kemarin.
Dari rasio waktu tersebut, terdapat 120 korban bencana kebakaran di Bandar Lampung.
Untuk itu, BPBD Bandar Lampung mengimbau masyarakat untuk dapat menghadirkan mitigasi bencana secara mandiri.
Hal itu agar dampak bencana dapat terminimalisir.
Contohnya seperti tidak membuang sampah ke aliran air, memperbanyak sumber resapan, dan menjaga keasrian lingkungan. (*)