Berita Lampung
Petani Damar Pesisir Barat Lampung Keluhkan Harga Damar Mata Kucing Makin Anjlok, Kini Rp 10 Ribu/kg
Harga damar mata kucing di Pesisir Barat, Lampung kini Rp 10 ribu-Rp 11 ribu per kg, padahal semula Rp 30 ribu - Rp 35 ribu per kg.
"Kalau untuk memanjat pohon damar itu kita masih menggunakan alat tradisional, seperti ambon (tali yang terbuat dari rotan, dan tembilung (sejenis ember yang terbuat dari pelepah pohon pinang)," ungkapnya.
Hal yang sama juga dikeluhkan Syahroni (39) seorang Petani damar asal Pekon Penggawa V Ulu Kecamatan Karya Penggawa.
Ia mengaku sangat kecewa dengan harga damar saat ini.
Sahroni mengaku harga damar pada awal tahun 2022 masih terhitung normal, namun semakin hari harga damar sekarang semakin anjlok di pasaran.
"Kalau awal tahun dulukan masih normal masih dikisaran Rp 30 ribu hingga 35 ribu tergantung kualitas damarnya," bebernya.
"Tapi kalau sekarang sangat murah cuma Rp 10 ribu, bahkan yang berkualitas saja di hargai cuma Rp 11 ribu itu aja enak kalau ada yang mau beli," tambahnya.
Menurut Sahroni bukan hanya murah, damar di Pesisir Barat saat ini sangat sulit untuk menjualnya di tingkat pengepul.
Sebab para pengepul damar saat ini juga merasa kesulitan menjual damar itu kembali ke pengepul yang lebih besar.
Hal itu di akui Junai (35) satu diantara pembeli damar di Karya Penggawa. Ia mengatakan saat ini komuditi getah damar sedang mengalami masalah di tingkat pengepul yang lebih besar.
Hal tersebut tentu berdampak pada pengepul kecil seperti dirinya.
"Kita bukan tidak mau beli namun duit nya gak ada, modal kita saat ini masih terhutang di pengepul yang lebih besar," bebernya.
"Sehingga untuk membeli barang kembali saat ini kita masih terkendala," sambungnya.
Ia menceritakan, bukan hanya para petani damar yang merasa kebingungan dengan kondisi saat ini, namun kebingungan itu juga dirasakan oleh para pengepul damar seperti dirinya.
Dirinya berharap pemerintah dapat membantu mencarikan solusi untuk mengatasi permaslahan tersebut.
Sebab mayoritas masyarakat Krui menggantungkan hidupnya dari hasil menjual getah damar tersebut.
(Tribunlampung.co.id / Saidal Arif)