Perkelahian Santri di Pesisir Barat
Dinas PPPA Pesisir Barat Akan Dampingi Tersangka Perkelahian Santri Ponpes Al Falah
Dinas PPA Pesisir Barat akan dampingi pelaku perkelahian santri di Pondok Pesantren Al Falah Krui.
Dan dalam perkelahian itu pun hanya kedua santri itu yang terlibat.
Polres Lampung Barat masih terus mendalami kasus ini.
Harapannya kasus ini segera tuntas dan ada yang bertanggungjawab sebab korban meninggal dunia.
Dikenal Sosok Pendiam dan Rajin Beribadah
Sosok DN (17) santri Pondok Pesantren Al Falah Krui yang meninggal dunia akibat terlibat perkelahian sesama santri.
Menurut keterangan KH Nurhadi selaku pengasuh Ponpes Al Falah Krui, korban dan pelaku saat ini merupakan sama-sama santri yang sedang menuntut ilmu di tempat tersebut.
Menurutnya, korban merupakan santri yang masih duduk di bangku Aliyah.
"Korban DN ini sudah lima tahun belajar di sini, MTs selama tiga tahun terus melanjutkan ke Aliyah sekarang kelas 11," ungkap KH Nurhadi selaku pengasuh PonPes Al Falah Krui.
Dimata pengasuh PonPes Al Falah Krui itu korban sendiri dikenal sebagai sosok yang pendiam dan baik.
Ia juga dikenal sebagai santri yang pintar serta rajin beribadah.
Disebabkan karena melihat kemampuan korban yang dirasa cukup mempuni.
Korban DN pun lantas di percaya ikut membantu untuk mengajar di Ponpes Al Falah Krui tersebut.
"Dia itu kita percayakan untuk ikut membantu mengajar Alquran di sini, yang jelas anaknya itu sangat rajin dan tekun," bebernya.
"Korban juga dikenal sebagai salah santri yang selalu menjalani ibadah puasa Senin, Kamis," sambungnya.
Sebelumnya kejadian tersebut, Korban (DN) dan pelaku RZ diketahui tidak pernah ada permasalahan.
Lanjutnya, kejadian perkelahian itu disebabkan karena spontanitas saja.
Sebab, pelaku RZ merasa sakit hati, akibat ditegur korban DN karena tidak ikut mengaji.
"Mungkin apa karena saat mengaji korban ditegur tidak terima, saya juga kurang paham, mungkin karena sama sama masih darah muda itu makanya emosi, dan spontanitas emosi," ucapnya.
Diceritakannya, pada saat kejadian KH Nurhadi sendiri sedang tidak berada di tempat.
Saat itu dirinya sedang menengok anak santri lainya yang sedang sakit dan dirawat di Puskesmas Pesisir Tengah.
"Makanya saya tidak paham kronologi sebenarnya seperti apa," ungkap KH Nurhadi.
Namun kata dia, saat ia pulang dari menengok santri yang sedang sakit itu dan sudah berada di Pondok.
Ia merasa gelisah, kemudian memasak mi instan.
"Setelah saya masak mie itu saya keluar dan duduk di depan, saya berdiri di depan pohon beringin itu" jelasnya.
Saat sedang duduk di depan pondok itu, lalu tiba-tiba ada anak santri yang berlari bernama Pajar Mubarok.
"Kemudian saya tanya, ada Apa Jar, katanya ada anak santri yang tertusuk, saya tanya siapa, katanya Reza," bebernya.
Setelah itu pihak Pondok langsung membawa korban ke Puskesmas Pesisir Tengah untuk mendapatkan pertolongan.
Selain itu, pihak Pondok Pesantren juga langsung mencari pelaku yang sedang melarikan diri.
"Kita ketemu pelaku di depan MTs NU di dekat jembatan Way Tuwok Pasar Krui itu," ujarnya.
Setelah itu pelakupun dibawa kembali ke Pondok Pesantren Al Falah.
"Saat ini pelaku juga sudah dibawa oleh pihak Polsek Pesisir Tengah," ujarnya.
Untuk korban sendiri sudah dibawa ke kampung halamannya di Pekon Negeri Ratu Ngambur untuk dimakamkan.
"Saya sendiri yang menjadi imam untuk menyolati korban," kata dia.
Mudah-mudahan korban husnul khotimah dan digolongkan orang yang mati sahid.
Sebab korban sendiri meninggal dalam keadaan sedang menuntut ilmu dan mengajarkan ilmunya.
"Mudah-mudahan almarhum digolongkan sebagai orang yang mati sahid, sebab dia meninggal dalam keadaan sedang menutut ilmu," ucapnya.
KH Nurhadi juga berharap kejadian seperti ini tidak akan pernah terulang lagi.
"Ini pelajaran yang penting bagi kita semua, baik para santri dan juga pengasuh," tutupnya.
(Tribunlampung.co.id/Saidal Arif/Bobby Zoel Saputra)