Berita Lampung

Pelajar SMPN 5 di Bandar Lampung Ubah Bonggol Jagung jadi Biobriket

Pelajar SMP N 5 Bandar Lampung ciptakan inovasi bahan bakar alternatif berupa biobriket dari limbah pertanian.

Penulis: Vincensius Soma Ferrer | Editor: Tri Yulianto
Tribunlampung.co.id/istimewa
Proses produksi biobriket karya pelajar SMPN 5 Bandar Lampung dari limbah pertanian seperti bonggol jagung, ampas tebu dan kulit pisang. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Sekelompok pelajar SMP N 5 Bandar Lampung berhasil ciptakan bahan bakar energi alternatif dari limbah pertanian.

Pelajar SMP N 5 Bandar Lampung tersebut adalah Andini, Alisa, Ahmad dan Devandra yang mengolah limbah pertanian menjadi biobriket.

Biobriket buatan pelajar SMP N 5 Bandar Lampung itu bisa membuat bara api yang bertahan dua jam serta kelebihan lainnya.

Keempat pelajar membuat briket lantaran terinspirasi mengamati aktivitas pertanian di Lampung.

Dampak dari aktivitas itu banyaknya limbah bisa dimanfaatkan dan selama ini belum tergarap secara optimal.

Baca juga: BBM Subsidi Naik, Ongkos Mobil Travel di Mesuji Kompak Lakukan Penyesuaian Tarif

Baca juga: Pemprov Lampung Terima Penghargaan ICH Unesco Lestarikan Gamolan Pekhing

Terlebih Lampung juga menjadi salah satu daerah dengan aktivitas bercocok tanam yang aktif.

Sehingga mereka menilai tidak kesulitan untuk produksi briket dari bahan limbah tanaman pertanian.

"Ini terbilang mudah didapatkan bahan bakunya."

"Biobriket ini dari limbah pertanian, seperti bonggol jagung ampas tebu," kata Andini, salah satu pelajar SMP N 5 Bandar Lampung, Sabtu (17/9/2022).

"Lalu juga pakai kulit pisang sebagai perekat biobriketnya," sambung dia.

Selain karena bahannya yang mudah didapat, biobriket ini juga tidak memiliki aroma yang menyengat dari asapnya.

"Mudah dinyalakan dan tidak berbau menjadi kelebihannya," sebut dia.

Baca juga: Produk Otak-otak Lampung Mas Alwi Gunakan Bahan Dasar Ikan Blue Marlin

Baca juga: Erdi, Perajin Batu Bata di Punggur Lampung Tengah Rutin Produksi 20 Ribu Batu Bata

Biobriket limbah pertanian itu setelah diuji dapat menghasilkan api berukuran sedang selama dua jam.

Untuk menciptakan biobriket yang optimal juga dipengaruhi oleh proses pembuatannya.

"Pertama harus dijemur bahan-bahannya sampai kering,"

"Lalu dikarbonisasi, selanjutnya ditumbuk dan dihaluskan, dan dicetak,"

"Kemudian dijemur lagi untuk menghilangkan kandungan airnya,"

"Jadi bersihnya kurang lebih satu minggu pembuatannya," jelas dirinya.

Kepala SMPN 5 Bandar Lampung Elly Yanti menyebut sekolah pun berbangga atas inovasi yang hadir dari para muridnya .

Terlebih, pada jenjang pendidikan yang terbilang masih cukup muda siswanya.

Ia jelaskan, inovasi tersebut sudah pihaknya pamerkan kepada publik melalui lomba anugerah inovasi yang digelar Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Lampung.

"Untuk kategori pelajar, kemarin, SMPN 5 satu-satunya jenjang pendidikan terendah yang mempertontonkan inovasinya dimana yang lainnya adalah SMA dan SMK," kata Elly.

(Tribunlampung.co.id/Soma Ferrer)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved