Berita Terkini Nasional
Mendadak Sesak Napas di Pesawat, Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra Meninggal Dunia
Sebelum meninggal dunia, Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra sempat menjalani perawatan secara intensif di Rumah Sakit Selangor, Malaysia.
Tulisan-tulisan dalam buku ini bisa jadi cermin peradaban bagi para pembaca, sudah sejauh mana berguna dan bermanfaat bagi umat banyak.
Buku ini lahir dari percakapan Muhamad Ali dan David Krisna Alka, dalam rangka memperingati hari lahir ke-66 Professor Azyumardi Azra yang kiprah intelektual publik dan kepemimpinan transformatifnya diakui fenomenal mewarnai perjalanan umat, bangsa, dan keilmuan internasional.
Prof Azra adalah satu-satunya penerima The Commander of the Order of the British Empire (CBE), dari Ratu Elizabeth II, Kerajaan Inggris, dan the Order of the Rising Sun, Gold and Silver Star, dari Kaisar Akihito Jepang, selain menerima berbagai penghargaan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Harian Kompas, dan lainnya.
Beliau perintis transformasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri, dan sejarawan yang konsisten mengkaji perkembangan umat dan bangsa, yang bermuara pada penguatan dan penerapan moderasi agama dan demokrasi di Indonesia.
Buku ini juga bisa dibaca sebagai sejarah intelektual dan sosial umat Islam dan bangsa Indonesia pasca reformasi hingga kontemporer.
Selain testimoni dan pembukaan oleh tokoh-tokoh umat dan bangsa, buku ini terbagi menjadi beberapa bagian: kepribadian, kecendekiaan, kependidikan, kebangsaan, keislaman, dan kesejarahan.
Di bagian kepribadian, Prof. Azra dikenal sebagai pribadi yang otentik, berintegritas, bervisi revolusioner, bergerak reformis membangun lembaga dan wacara pemikiran, memiliki insting politik yang kuat, tapi bersahaja dan apa adanya.
Ia pengayom dan mentor generasi muda dari berbagai kalangan dan latarbelakang: mahasiswa, akademisi, birokrat, diplomat, politisi, jurnalis, aktifis, dan tokoh lintas agama dan negara.
Kecendekiaan diakui karena staminanya menulis, menjadi intelektual paripurna, polymath, membuka mata ke dunia baru.
Prof. Azra disebut sebagai bapak reformasi perguruan tinggi Islam di Indonesia, melakukan integrasi ilmu agama dan sains moderen, dengan imajinasi akademiknya, ia mengajarkan nilai-nilai demokrasi dan toleransi dalam kemajemukan, antara lain melalui pendidikan kewargaan dan penyegaran Pancasila.
Dalam buku ini, Professor Azra disebut juga sebagai muazin bangsa, mengajak suatu koalisi nurani, seorang pluralis dan nasionalis sejati, yang setia tapi kritik membangun, “ketika urat saraf takut putus”, yang menginginkan keadilan sosial di tengah ancaman politik identitas.
Ia adalah sosok intelektual merdeka yang melindungi minoritas, memajukan kesetaraan dan perdamaian. Prof Azra salah satu pencerah dalam kajian dan penguatan Islam dan demokrasi di Asia Tenggara, pemahaman moderasi Islam, Islam Nusantara Berkemajuan, memahamkan pembaca tentang jaringan Islam dan hubungan internasional, dan aktif memberikan solusi konflik Palestina-Israel.
Juga erbaca sejarah sosial intelektual Islam, geneologi pengetahuan Prof Azra, perannya dalam rekonstruksi sejarah Islam Nusantara, dan posisinya juga sebagai pembuat sejarah.
Dalam buku ini terbaca suatu kepemimpinan pendidikan yang visioner dan intelektualisme publik yang cerdas dan mencerahkan, yang sangat diperlukan umat dan bangsa Indonesia.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
(Tribunlampung.co.id/Tribunnews.com)