Eksklusif Konsumsi Rokok Melonjak

Dianggap Kebutuhan Pokok, Konsumsi Rokok di Lampung Meningkat Setiap Tahun

Bagi sebagian orang rokok kerap dianggap sebagai kebutuhan pokok. Ini juga terjadi di Lampung. Konsumsi rokok di Lampung terus naik.

Penulis: kiki adipratama | Editor: Dedi Sutomo
SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ/Tribun Jateng/Hermawan Handaka
Ilustrasi Rokok - Rokok kerap dianggap sebagai kebutuhan pokok bagi sebagian orang. Hal ini juga terjadi di Lampung. Data konsumsi rokok di Lampung yang terus meningkat dalam 3 tahun terakhir. 

Rata-rata setiap bulang pengeluaran HF untuk membeli rokok sebesar Rp 1,2 juta. Artinya, hanya 22 persen atau Rp 600 ribu penghasilan HF yang dibawa pulang untuk istri dan anaknya.

Kondisi yang sama juga dikatakan oleh YN, seorang tukang becak yang juga pecandu rokok. YN mengaku setiap hari menghabiskan 1 bungkus rokok. Bahkan, jika tidak mampu membeli 1 bunkus rokok, dirinya kerap membeli secara eceran (batangan).

"Ya kalo gak bisa beli sebungkus belinya ngeteng aja, rokok-rokok kretek, ya kurang lebih Rp 15 ribu lah untuk rokok," ucap YN.

Jika dihitung, dirinya menhabiskan Rp 300 ribu untuk membeli rokok per bulan. Sementara YN mengaku penghasilannya tidak menentu.  Terkadang dirinya hanya mendapatkan penghasilan Rp 40 ribu per hari.

Rokok Kerap Dianggap Kebutuhan Primer

Pengamat ekonomi dari Universitas Lampung (Unila) Nairobi mengungkapkan, masyarakat perlu memahami pengeluaran yang ideal.

Dikatakannya, ada tiga hal yang perlu dipahami dalam memanajemen pengeluaran. Diantaranya, kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer merupakan kebutuhan pokok seperti makan dan minum.

Sementara kebutuhan sekunder seperti sandang dan papan. Kebutuhan tersier merupakan kebutuhan seperti kendaraan. Saat ini banyak masyarakat yang cenderung mengeluarkan uang bukan berdasarkan kebutuhan, melainkan keinginan.

"Misalnya, seperti pengeluaran untuk membeli rokok," kata Nairobi.

Dijelaskannya, dilihat dari jenisnya, rokok masuk dalam kebutuhan sekunder. Namun sebagian orang menempatkan rokok sebagai kebutuhan primer. Bahkan, uang yang dimiliki terkadang tidak cukup.

"Ini akibat masyarakat tidak mengerti mana kebutuhan primer, mana sekunder. Seperti kebutuhan rokok itu," ujar Nairobi.

(Tribunlampung.co.id/Kiki Adipratama)

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved