Berita Lampung

Nelayan di Mesuji Tangkap Ikan dengan Bubu, Amri dan Rekan Dapat Puluhan Kg Ikan Sungai

Nelayan di Desa Wiragala I, Mesuji berhasil membawa pulang puluhan kilogram tangkapan ikan dengan menggunakan bubu.

Penulis: M Rangga Yusuf | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/M Rangga Yusuf
Nelayan di Mesuji saat akan menebar perangkap bubu. Nelayan di Mesuji tangkap ikan dengan bubu, Amri dan rekan dapat puluhan kg ikan sungai. 

Tribunlampung.co.id, Mesuji - Nelayan di Desa Wiragala I, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Mesuji berhasil membawa pulang puluhan kilogram tangkapan ikan dengan menggunakan bubu.

Penangkapan ikan menggunakan alat tradisional berupa perangkap bubu memang masih digunakan oleh nelayan di Mesuji.

Salah satunya adalah Amri Pakuk yang menggunakan bubu secara turun temurun. 

Tribun Lampung pun berkesempatan melihat perjalanan Amri Pakuk dalam menangkap ikan di sungai menggunakan bubu

"Saya sudah menggeluti pekerjaan sebagai nelayan dengan cara mencari ikan menggunakan bubu ini sudah 35 tahun lebih lamanya," ujarnya, Minggu (30/10/2022) kemarin.

Perjalanan mencari ikan ini dimulai dengan menyusuri sungai untuk menuju tempat diletakkannya perangkap bubu.

Baca juga: Disperindag Lampung Selatan Akan Gelar Pasar Murah pada November di 8 Kecamatan

Baca juga: Nasib Pria di Mesuji Lampung sesudah Pamer Senpi Rakitan di Media Sosial

Susur sungai sendiri dimulai di Sungai Kabong Desa Wiragala I menggunakan dua perahu otok menuju tempat tujuan di Desa Sungai Ceper, Sumatra Selatan (Sumsel).

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di tempat tujuan, meskipun berasa di luar Provinsi Lampung.

Desa Wiragala I, Lampung memang wilayahnya berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan.

Perjalanan dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 30 menit dari awal menyusuri sungai di Sungai Kabong menuju tempat tujuan.

Sebelum menuju lokasi, pemandangan alam sungguh memanjakan mata.

Kumpulan burung berterbangan dapat dijumpai sangat dekat, bahkan seekor elang dewasa pun tak luput dari penglihatan saat menyusuri sungai untuk mencari ikan.

Tidak lama melihat kumpulan burung berterbangan dan seekor elang dewasa yang menawan, muncul seekor Siamang Sumatra bergelantungan di ranting pohon gelam.

Setelah itu, rombongan melihat hamparan tanah datar dengan ditanaminya bibit pohon kayu putih yang menjadi tanda perjalanan menuju tempat mencari ikan sudah dekat.

Benar saja, berhektare-hektare lahan yang ditanami pohon kayu putih itulah para nelayan di Desa Wiragala I Mesuji Lampung meletakkan perangkap bubunya.

Sedikit gambaran dari pengakuan nelayan, lahan yang ditanami pohon kayu putih tersebut dulunya adalah hutan.

Yang saat ini hutan gambut tersebut dialih fungsikan menjadi perkebunan yang ditanami pohon kayu putih.

Tak satupun pohon besar yang tersisa di tempat tersebut, hingganya para nelayan harus bersahabat dengan teriknya matahari saat mengangkat bubu yang telah terpasang di tanggul atau sistem pengaturan air yang dibuat oleh perusahaan.

Amri yang juga sebagai Ketua Kelompok Masyarakat Pengawasan Perikanan (Pokmaswas) mengaku saat ini ada ratusan bubu yang diletakkannya dan tersebar luas di area perkebunan pohon kayu putih.

Namun untuk saat ini ia hanya mengangkat perangkap bubu sebanyak puluhan saja.

"Karena waktunya sudah nggak cukup jadi kita angkat bubunya dan tidak banyak," ujarnya.

Seketika ia bersama dua nelayan lainya mulai mencari perangkap bubu yang telah diletakkan.

Satu persatu perangkap bubu tersebut diangkat, ada yang terisi ikan ada juga yang kosong.

Hingganya dalam edisi penanganan hari ini Amri dan dua nelayan lainya mendapatkan 20 kilogram lebih hasil tangkapan ikan.

Untuk jenis ikan yang masuk dalam perangkap bubu cukup beragam.

Ada jenis ikan lele lembat, gabus, betik dan ikan sungai lainnya.

Untuk jenis ikan lele lembat sendiri menjadi jackpot bagi para nelayan di sana.

"Kami sangat senang kalau di perangkap bubu kami ini dapat lele lembat, itulah yang jenis ikan yang paling berharga," ungkapnya.

Mengingat, kata dia jenis ikan lele lembat menjadi pilihan favorit bagi para pembeli.

Karena memiliki rasa yang nikmat dengan tekstur dagingnya yang enak dan gurih.

Serta harga jual ikan lele lembat sendiri yang lebih mahal dibandingkan dengan ikan gabus maupun ikan lainya.

Untuk ikan lele lembat pria paruh baya itu menyebut harga jualnya diangka Rp 35 ribu per kilogram.

Sedangkan untuk ikan gabus sendiri lebih murah diangka Rp 25 - 20 ribu per kilogram.

"Harga di kami ini Rp 35 ribu per kilogram lele lembat, itu udah ngga usah keliling atau nawarin. Jadi pembeli datang ke rumah, barang dateng langsung ke rumah," jelasnya.

Amri pun menilai melimpahnya sumber daya ikan sendiri menjadi anugerah baginya.

Menurutnya, sebanyak apa pun hasil tangkap yang didapatkan tak pernah mengalami kesulitan untuk menjualnya.

Lebih lanjut, Amri mengungkapkan jika mendapatkan musim yang bagus saat mencari ikan maka dalam seharinya Amri bisa mendapatkan 50 kilogram ikan.

Sedangkan jika tidak mendapatkan musim yang bagus seperti halnya saat ini, ia hanya mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 20 kilogram saja.

"Saat memasang bubu di musim ikan itu bisa mendapatkan setengah kintal, tetapi kalau tidak musim seperti ini ya palingan cuman dapat 20 kilogram kurang," paparnya.

Pencarian ikan itu dilakukannya dengan cara meletakkan perangkap bubu di sungai selama tiga hari hingga dilakukannya pengangkatan perangkap bubu untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Maka dari itu agar setiap harinya ia bisa mengangkat perangkap bubu dilakukan penyebaran perangkap sebanyak-banyaknya.

Untuk mencari ikan menggunakan perangkap bubu telah selesai dilakukan hingga pukul Rp 16.00 WIB.

Jika dihitung-hitung hasil yang didapatkan itu ada sekitar puluhan kilogram ikan sungai.

( Tribunlampung.co.id / M Rangga Yusuf )

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved