Berita Lampung
Unila Bangun Ulang Pagar Roboh Akibat Banjir dan Warga Harap Pelebaran Drainase
Sempat jebol dihantam banjir, pagar Unila di FKIP mulai dibangun ulang, dan sekaligus warga sekitar harap perlebar drainase cegah banjir ke depannya.
Penulis: Bayu Saputra | Editor: Tri Yulianto
Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Pagar tembok Universitas Lampung (Unila) dekat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang jebol dihantam banjir kini mulai dibangun ulang.
Ketua RT 01, Lingkungan 1, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Labuhan Ratu, Bayu Herwanda mengatakan, pembangunan ulang pagar Unila yang jebol mulai dikerjakan hari ini, Sabtu (12/11/2022).
"Kalau material masuknya dari kemarin, dan pengerjaan pagar jebol baru hari ini," kata Bayu Herwanda, selaku Ketua RT 01, Lingkungan 1, Kelurahan Kampung Baru, Labuhan Ratu sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Unila.
Ia menyayangkan, hanya sebagian pada bagian parit yang diperbaiki, lalu membuat jalur air lainnya.
Padalah masalah yang ada adalah ukuran parit yang kecil dan itu perlu dilebarkan.
"Parit di sini sempit dan dikhawatirkan tidak bisa menampung debit air, hingga akhirnya nanti bisa jebol lagi kalau tidak diperlebar paritnya," kata Bayu.
Baca juga: Promo Paket Hebat hanya Rp 2,9 Juta Bisa Bawa Pulang Mobil Ertiga
Baca juga: Dikeluarkan dari Sekolah, Siswi MAN I Pesisir Barat Lampung Pilih Kerja di Rumah Makan
Ia menjelaskan, parit harus diperlebar, jika tidak maka air akan naik dan banjir.
"Banjir kemarin ada tujuh rumah mengalami kebanjiran, airnya masuk sampai setinggi betis orang dewasa," kata Bayu.
Dekan FKIP Unila Sunyono mengatakan, tim bagian rumah tangga Unila langsung memperbaiki pagar tersebut.
"Alhamdulillah.., langsung diperbaiki sejak kemarin dan saat ini sedang diselesaikan," kata Sunyono.
Ia mengatakan, pagar pembatas dengan lingkungan warga itu di bawah kewenangan bagian rumah tangga Unila.
Sebelumnya, pagar milik Universitas Lampung (Unila) jebol hingga banjir sepaha orang dewasa gegerkan warga Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Labuhan Ratu, Kota Bandar Lampung, Kamis (10/11/2022) pukul 16.30 WIB.
Bayu mengatakan, warganya banyak mengalami kebanjiran tersebut.
"Air masuk ke rumah warga hingga kasur dan kursi sofa hingga peralatan elektronik harus diangkat ke atas kursi agar tidak terendam banjir," kata Bayu.
Warga Kampung Baru Supriati mengatakan, masyarakat selalu kebanjiran ketika hujan dan tadi cukup parah banjirnya.
"Kejadian banjir sering terjadi dan tadi memang banjirnya sangatlah tinggi sebetis orang dewasa, banjir tadi itu paling tinggi debitnya," kata Supriati.
Ia menceritakan, warga pasti kebanjiran pada saat hujan turun.
Supriati mengatakan, tembok tingginya tiga meter dan lebar sekitar enam meter jebol karena hantaman air dari dalam kampus Unila.
Ia mengatakan, keluarga harus membersihkan lumpur, hingga peralatan elektronik harus di taruh atas agar tidak basah.
"Saya pernah usul ke Rektor Unila untuk dilebarkan parit dan air dari Unila itu harus dibagi dua," kata Supriati.
Ia mengatakan, warga mengharapkan ke depannya tidak banjir lagi.
Pagar Unila yang roboh tinggi 3 meter dan panjang 6 meter.
Sementara itu, Lurah Kampung Baru Tesis Patiwijaya mengatakan, kejadian tembok jebol tersebut baru kali ini terjadi.
"Baru kali ini banjir dan jebol pagar milik Unila," beber Tesis.
Ia mengatakan, pasca kejadian tembok jebol akan berkoordinasi dengan pihak Unila untuk mencari solusinya.
"Karena air dari Unila itu pasti alirannya ke permukiman warga, karena posisinya di bawah," kata Tesis.
Baca juga: Tim MilkDay P2MW Unila Lolos ke KMI Expo XIII 2022
Baca juga: 908 Mahasiswa KIP Kuliah Unila Ikuti Pembinaan
Ia menjelaskan, masyarakat meminta agar air dari atas kampus Unila itu dibagi dua.
"Karena debit air dari Unila itu tinggi dan tadi itu ada penyumbatan drainase sehingga banjir," kata Tesis.
"Kami akan berkoordinasi dengan Unila untuk mencari solusi dan paling penting itu kami meminta dilebarkan drainasenya," kata Tesis.
Ia menceritakan, drainase air itu harus dilebarkan hingga airnya bisa terbagi menjadi dua.
"Harapan kepada Unila bisa mendengar keluhan dari masyarakat Kampung Baru, kalau rukun kan enak dan ini juga namanya musibah," tutup Tesis.
(Tribunlampung.co.id / Bayu Saputra )