Berita Lampung
Aksi Heroik Satgas Konflik Gajah di Lampung Barat, 5 Tahun Halau Gajah Liar tanpa Sepeser Uang
Selama ini Satgas Konflik Gajah Lampung Barat tidak henti-hentinya melakukan upaya penghalauan untuk menjamin keamanan masyarakat dan melindungi gajah
Penulis: Bobby Zoel Saputra | Editor: Tri Yulianto
Tribulampung.co.id, Lampung Barat - Satgas Konflik Gajah Suoh dan Bandar Negeri Suoh Lampung Barat tidak menyangka jika konflik manusia dengan gajah liar akan berlangsung sampai 5 tahun.
Selama itu Satgas Konflik Gajah Suoh dan Bandar Negeri Suoh Lampung Barat tidak henti-hentinya melakukan upaya penghalauan demi menjamin keamanan masyarakat.
Satgas Konflik Gajah Suoh dan Bandar Negeri Suoh Lampung Barat akan ada paling depat saat terdengar kabar kawanan gajah liar masuk ke pemukiman.
Aksi mereka tidak peduli siang atau malam, hujan dan panas, lapar serta haus ketika harus menggiring gajah agar masuk lagi ke hutan.
Satgas Konflik Gajah Suoh dan Bandar Negeri Suoh tidak boleh kenal lelah, layaknya pahlawan yang berada di garda terdepan dan berhati mulia melindungi keduanya.
Tujuan satgas supaya masyarakat aman dan gajah sebagai satwa yang dilindungi tetap terjaga keberadaanya.
Baca juga: Tekan Aksi Tawuran Pelajar, Polres Pringsewu Lampung Beri Pembinaan di SMK Telkom
Baca juga: Polres Lampung Timur Bentuk Tim Buru Pelaku Pembakaran Hutan di TNWK
Namun mewujudkan semua itu tidak mudah, perlu perjuangan yang keras, sebab perilaku gajah juga tidah mudah ditebak.
Kemudian sebagai satwa yang bertubuh besar memiliki naluri menyerang yang besar pula, itulah salah satu tantangan yang juga harus dihadapi satgas.
Pembina Satgas Konflik Gajah Suoh dan BNS, Sugeng Hari Kinaryo Adi mengatakan, satgas yang tergabung dalam misi penghalauan gajah ini merupakan orang-orang yang memiliki jiwa sosial yang besar.
Dalam melakukan aksinya, para satgas tidak pernah merasa lelah dan tidak memikirkan resiko buruk untuk dirinya sendiri, mereka hanya memikirkan bagaimana agar masyarakat bisa merasa aman.
Bahkan dibalik itu semua, diketahui bahwa para satgas ini tidak dibayar sepeserpun dalam melakukan misi mulianya ini.
“Perlu diketahui, teman-teman satgas ini memiliki jiwa sosial yang besar untuk menolong masyarakat sekitar,” kata Sugeng, Sabtu (26/11/2022).
“Mereka bekerja tanpa lelah dan tanpa memikirkan resiko untuk diri sendiri, bahkan untuk melakukan kerjaan yang terbilang bahaya ini mereka pun tidak dibayar,” lanjutnya.
Sugeng yang juga merupakan Anggota DPRD Lampung Barat ini mengungkapkan, satgas yang dipilih untuk menghalau gajah tersebut tidak sembarangan.
Dibutuhkan kekuatan fisik dan mental yang kuat, kemudian harus memiliki keterampilan yang baik untuk meladeni hewan yang terkenal memiliki kuping lebar ini.
Beberapa para satgas yang dipilih pun sudah pernah dikirim ke Way Kambas untuk mengikuti pelatihan blokade gajah.
“Dalam memilih anggota satgas pun kita tidak sembarangan, jadi dilihat nih yang mental dan fisiknya kuat yang mana,” ungkap Sugeng.
“Tentunya harus punya keterampilan juga untuk menghalau gajah, maka dari kita kirim ke Way Kambas untuk mengikuti pelatihan agar mengasah keterampilan tersebut,” terusnya.
Selain itu Sugeng juga menyampaikan, satgas yang tergabung saat ini sudah sebanyak 80 hingga 90 orang.
Ia menjelaskan, dari jumlah tersebut terbagi 15 orang di tiap pekonnya, dan diketahui di lokasi tersebut ada 6 pekon.
“Personel ini dibagi di tiap pekonnya, tiap pekon ada 15 satgas, dan di sini ada 6 pekon,” tutur Sugeng.
“Ya jadi kira-kira ada 80 hingga 90 satgas kami yang aktif untuk menghalau gajah ini,” sambungnya.
Beberapa waktu yang lalu tepatnya Rabu malam, (23/11/2022) tim Tribunlampung.co.id diberi kesempatan untuk ikut menghalau gajah.
Kebetulan saat itu diketahui kawanan gajah sedang ingin masuk ke pemukiman warga yang berada di perbatasan Pekon Bumi Hantatai, Kecamatan BNS dan Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh.
Kami berangkat dari lokasi pertama yaitu rumah Sugeng yang berada di Pekon Bandar Agung, Kecamatan BNS pukul 21.00 WIB.
Keberangkatan kami ke lokasi yang diduga sedang didatangi gajah tersebut berdasarkan laporan dari satgas yang sedang berpatroli di daerah tersebut.
Dari lokasi pertama, kami berangkat bersama Sugeng dan 5 orang satgasnya yang sudah siap dengan membawa pakaian dan peralatan lengkap.
Dengan medan jalan yang ekstrem kami pun akhirnya sampai di lokasi pukul 21.45 WIB, dan di lokasi kami langsung bergabung dengan beberapa satgas dan warga setempat yang sudah berada di lokasi tersebut sebelumnya.
Ketika sampai di lokasi, memang benar sudah ada 4 ekor gajah yang masuk ke pemukiman dan perkebunan warga untuk mencari makan.
Sugeng mengatakan, kawanan gajah memang aktif dan selalu turun ke pemukiman untuk mencari makan pada sore dan malam hari.
“Gajah-gajah ini memang kerap ke pemukiman dan perkebunan warga pada malam hari, memang mereka aktifnya sore hingga malam,” kata Sugeng.
“Namun tidak menutup kemungkinan mereka juga bisa turun ke pemukiman warga dari siang dan sore hari,” lanjutnya.
Dalam melakukan penghalauan agar tidak masuk ke pemukiman, biasanya para satgas melakukan penggiringan dan blokade gajah.
Saat penggiringan dan blokade, para satgas pun hanya menggunakan alat seadanya untuk membuat mundur gajah kembali ke hutan rimba yaitu kawasan TNBBS.
Biasanya para satgas menggunakan alat-alat yang menghasilkan suara keras agar gajah bisa lari dan mundur.
“Jika ada petasan ya kita pakai, jika ada cangkul ya kita pakai untuk menghasilkan suara yang nyaring sehingga gajah bisa pergi,” ucap Sugeng.
“Karena yang diketahui gajah-gajah ini biasanya akan lari jika mendengar suara-suara yang keras dan nyaring, kadang kita juga pakai suara-suara nyaring dari mulut,” terusnya.
Situasi mendebarkan pun terjadi saat tim Tribunlampung.co.id bersama satgas mencoba untuk mendekati perkebunan tempat lokasi gajah mencari makan tersebut.
Aksi saling giring antara kami dan gajah pun tidak terelakkan, sewaktu-waktu kami yang menggiring gajah, namun kadang berbalik gajah yang malah menggiring kami.
Bahkan, Sugeng yang merupakan Pembina Satgas ini pun hampir ditumbur oleh kawanan gajah yang tiba-tiba muncul dari semak belukar.
“Sewaktu saya menyisir lokasi tiba-tiba ada gajah yang menyeberang dan muncul dari belukar, kira-kira jaraknya sekitar 5 meter dari saya,” ucap Sugeng.
“Jika sial pastinya saya akan ditumbur oleh kawanan gajah tersebut,” terusnya.
Singkat cerita, penggiringan dan blokade gajah yang kami lakukan belum berhasil hingga pukul 00.27 WIB.
Setelah dipastikan sedikit aman dikarenakan lokasi gajah yang sudah berada jauh kira-kira 100 meter, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat di pemukiman warga yang berada dekat dengan lokasi.
Kami istirahat dengan perasaan was-was, karena walaupun posisi gajah sedikit jauh namun lokasi gajah tersebut masih berada di perkebunan warga.
Pagi pun tiba, pukul 08.00 WIB, Kamis (24/11/2022) akhirnya kami melanjutkan untuk melakukan penggiringan dan blokade gajah yang diketahui masih berada di perkebunan milik warga.
Beruntung saat itu posisi gajah sudah berada dekat dengan hutan rimba yaitu kawasan TNBBS yang berada di perbatasan Kecamatan BNS dan Kecamatan Suoh.
Posisi kami saat itu pun sedikit diunggulkan, karena saat itu kondisi sudah pagi sehingga kami bisa lebih leluasa melihat ruang-ruang yang saat malam hari tidak bisa terjamah.
Kemudian tak perlu waktu lama, berkat ketangguhan yang luar biasa dari para satgas, akhirnya kawanan gajah yang berjumlah 18 ekor itu pun berhasil digiring masuk ke hutan rimba.
Selang berapa lama, kami pun ikut masuk ke hutan rimba untuk memastikan apakah semua gajah tersebut sudah berada di dalam kawasan TNBBS tersebut.
Setelah sudah dipastikan semua gajah lengkap dan aman, akhirnya kami pun memutuskan untuk kembali ke pemukiman.
Dari hasil penggiringan dan blokade gajah tersebut, Sugeng mengungkapkan, walaupun gajah sudah kembali ke hutan, hal tersebut belum bisa memastikan kondisi benar-benar aman.
Karena sewaktu-sewaktu gajah tersebut bisa kembali lagi turun ke pemukiman dan perkebunan warga untuk mencari makan.
“Berdasarkan hasil penyisiran dan blokade yang sudah kita lakukan dari malam hingga pagi, alhamdulillah gajah sudah kembali ke hutan rimba,” ungkap Sugeng.
“Namun dengan sudah kembalinya mereka ke hutan rimba, hal tersebut belum bisa menjamin kita aman, karena bisa saja besok atau lusa gajah-gajah ini akan nongol lagi untuk turun mencari makan,” lanjutnya.
Baca juga: HUT ke-51, Korpri Bagikan 1.000 Paket Sembako Subsidi Kepada PNS dan TLHS di Lampung Barat
Baca juga: Dissos Lampung Barat Akan Bagikan 650 Alat Bantu Bagi Penyandang Disabilitas
Sementara itu, Mamat Selaku Ketua Satgas Konfilk Gajah Suah dan BNS mengimbau kepada seluruh masyarakat sekitar agar selalu meningkatkan kewaspadaan.
Ia menambahkan, masyarakat diharapkan untuk mempercayai urusan gajah ini kepada satgas dan jangan coba-coba untuk melakukan tindakan sendiri.
Hal itu dilakukan agar tidak ada lagi resiko buruk yang terjadi akibat ulah dari liarnya kawanan gajah tersebut.
“Walalupun gajah sudah kembali, saya tetap mengimbau masyarakat agar tetap berhati-hari dan waspada,” imbau Mamat.
“Diharapkan juga untuk tidak melakukan tindakan konyol terhadap gajah, percayakan semuanya kepada kami, semampunya kami lakukan semua agar warga selalu berada dalam keadaan aman,” pungkasnya.
Ia juga berharap semoga konflik gajah ini bisa segera berakhir dan menemukan solusi yang baik untuk masyarakat maupun gajah itu sendiri.
Diketahui sebelumnya pada minggu ini, akibat konflik gajah yang terjadi setidaknya sudah ada tiga orang satgas yang terluka dan enam rumah warga hancur akibat liarnya hewan berbadan besar ini.
(Tribunlampung.co.id/Bobby Zoel Saputra)