Ramadan

Ramadan dan Evaluasi Diri

Ramadan untuk pembinaan dalam rangka taat dan mendahulukan kecintaan Allah SWT di atas segala-galanya. 

Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Tri Yulianto
Tribunlampung.co.id/Dok pribadi
H. Indrajaya,S.Ag., M.A.P Ketua BKM Kabupaten Lampung Timur ungkap Ramadan jadi masa untuk evaluasi diri. 

H. Indrajaya,S.Ag., M.A.P 
Ketua BKM Kabupaten Lampung Timur

Sudah menjadi tabiat dan karakter orang-orang yang beriman untuk merasa senang dengan ketaatan dan merasa sedih dengan kemaksiatan. 

Sebagaimana aqidah yang dipegang teguh oleh Ahlus Sunnah, bahwa iman itu bertambah dan berkurang. 

Bertambah dengan sebab ketaatan, dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.

Keimanan dengan segala cabangnya adalah bagian tidak terpisahkan dalam hidup umat Islam. 

Maka kedatangan bulan Ramadan di setiap tahun merupakan penyejuk hati dan penentram perasaan. 

Dengan kesejukan suasana Ramadan, umat manusia dilatih untuk mengendalikan berbagai keinginan nafsu. 

Ia ditundukkan, digembleng dan dibina dalam rangka taat dan mendahulukan kecintaan Rabbnya di atas segala-galanya. 

Rasulullah SAW bersabda, “Akan merasakan manisnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Nabi.” (HR. Muslim)

Keimanan itulah yang menjadi syiar hidup umat Islam. Kita hidup dan mati di atasnya, bergerak dan diam karenanya, ruku’ dan sujud dengannya, harap dan takut karenanya, cinta dan benci pun karenanya. 

Iman itulah yang menggerakkan persendian hidup kita. 

Karena itulah, tatkala noda maksiat dan kotoran dosa merusak hati dan pikiran kita, maka kita akan merasa terganggu dan tidak nyaman dengannya. 

Oleh karena itu kita berharap dapat menyadari akan lunturnya nilai-nilai keimanan yang dapat menjadi bencana bagi kehidupan kita, di dunia sebelum nanti di akhirat… wal ‘iyadzu billaah…

Sahabat Abdullah bin Mas’ud memberikan gambaran dua sikap yang sangat berlainan, antara orang yang menjaga nilai-nilai keimanan dengan orang yang terbuai oleh racun-racun kemunafikan. 

Beliau berkata, “Seorang mukmin melihat dosa-dosanya seolah-olah dia sedang duduk di bawah sebuah gunung, dia khawatir kalau gunung itu akan runtuh menimpanya. Adapun orang yang munafik melihat dosa-dosanya seperti lalat saja, yang mampir di atas hidungnya, lantas dengan ringannya dia halau lalat tersebut dengan tangannya.” (HR. Bukhari)

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved