Pemadaman Listrik

Stok Langka, Pedagang Jual Lilin Rp 3 ribu per Batang di Lampung Tengah

Malam kedua padamnya listrik di Lampung Tengah membuat masyarakat berbondong-bondong mencari lilin sebagai alternatif penerangan.

Penulis: Fajar Ihwani Sidiq | Editor: taryono
(TRIBUNLAMPUNG.CO.ID/Fajar Ihwani Sidiq)
Rofi menjual dagangan jajanan bakar menggunakan lampu piring dengan bahan bakar minyak goreng bekas. (Fajar Ihwani Sidiq) 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Lampung Tengah - Malam kedua padamnya listrik di Lampung Tengah membuat masyarakat berbondong-bondong mencari lilin sebagai alternatif penerangan.

Momen tersebut pun dimanfaatkan sejumlah pedagang untuk menaikkan harga jual lilin di Lampung Tengah.

Prastyo Nugroho (29), warga Kampung Tanggulangin, Kecamatan Punggur mengatakan, dia terpaksa membeli lilin di warung eceran meskipun dijual mahal.

"Listrik nggak hidup-hidup, kita butuh penerangan. Lilin yang biasanya Rp 11 ribu isi 8 batang, sekarang Rp 5 ribu 2 batang," katanya kepada Tribunlampung.co.id, Rabu (5/6/2024).

"Kalau kita beli sebatang malah harganya Rp 3 ribu," imbuhnya.

Meski demikian, Prastyo tetap membeli lilin tersebut sebab banyak warung yang tidak punya stok karena habis diborong pembeli.

Bagaimana tidak, Prastyo mengaku padamnya listrik membuat masyarakat kalang kabut dan geram.

Pasalnya, hari kedua padamnya listrik di Lampung Tengah membuat seluruh peralatan elektronik di rumahnya mati total.

"Boro-boro mau ngecas HP, punya alat penerangan saja sudah syukur," ujarnya.

Lain halnya dengan Rofi, pedagang jajanan bakar asal Kampung Nambahrejo, yang membuat penerangan dari minyak jelantah.

Rofi menggunakan piring besi, kemudian diberi kapas dan diisi minyak goreng bekas sebagai bahan bakar.

Menurutnya, dia memilih alternatif tersebut karena tidak memiliki generator listrik atau genset untuk berdagang.

Sejak hari Selasa (4/6) dia terpaksa berjualan tanpa listrik dampak pemadaman PLN.

"Saya harus dagang supaya dapat uang, sedangkan saya hanya pedagang kecil, nggak punya genset. Jadi terpaksa pakai lampu seadanya," katanya.

Dia mengaku enggan menggunakan lilin karena selain harganya mahal, stoknya juga langka.

"Kemarin masih bisa nyari lilin tapi mahal, sekarang selain mahal, warung banyak yang kosong," terangnya.

Rofi mengatakan, dia kesulitan jika harus berdagang dengan kondisi listrik padam.

Sebab, katanya, tanpa listrik dia kerepotan untuk menyiapkan penerangan minim.

Saat kondisi biasa, dia menggunakan kipas angin listrik, kini dia harus mengikipas dagangan secara manual.

Belum lagi, kebutuhan di rumah juga terkendala karena Rofi menggunakan sumur bor.

"Urusan dagangan repot, di rumah juga repot karena sudah 2 hari nggak bisa ambil air," kata dia. (TRIBUNLAMPUNG.CO.ID/Fajar Ihwani Sidiq)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved