Jamaah Islamiyah Bubar

Abu Mahmudah Berat Bubarkan Jamaah Islamiyah, 'Kami Tak Boleh Terus di Situasi Baper'

Bubarnya organisasi Jamaah Islamiyah pada 30 Juni 2024 memantik pendapat skeptis dan keraguan sebagian pihak lantaran keputusan itu terkesan mendadak.

|
TRIBUNNEWS.COM/SIGIT ARIYANTO
Mantan Sekretaris Mantiqi II Jamaah Islamiyah Ustaz Siswanto alias Abu Mahmudah saat ditemui di daerah Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (17/7/2024). Bubarnya organisasi Jamaah Islamiyah pada 30 Juni 2024 memantik pendapat skeptis dan keraguan sebagian pihak lantaran keputusan itu terkesan mendadak. 

Tribunlampung.co.id, Solo - Bubarnya organisasi Jamaah Islamiyah pada 30 Juni 2024 memantik pendapat skeptis dan keraguan sebagian pihak.

Keputusan penting itu terkesan terjadi mendadak, mengejutkan, dan reaksi pemerintah Indonesia terkesan agak dingin.

Apa yang sebenarnya terjadi di balik bubarnya JI?

Tribun secara khusus mewawancarai Ustaz Abu Mahmudah alias Arif Siswanto, tokoh teras JI sebelum bubar, yang dikenal alim dan sangat pintar.

Abu Mahmudah: Kami Berangkat dari Kejujuran

TRIBUN (T) : Jamaah Islamiyah bubar atau membubarkan diri 30 Juni 2024. Ini bubar sungguhan atau bagaimana sebenarnya Ustaz? 

ABU MAHMUDAH (AM) : Tentu bukan hanya sekadar ada kejujuran, tapi berangkat dari kejujuran. Jadi bubarnya ini serius. Waktu nanti yang akan membuktikan, Inshaallah.

T : Tentu bukan dadakan? Pasti ada proses yang mendahului?

AM : Pasti modal dasarnya adalah trust, komunikasi dan trust. Kami mengawali proses dengan komunikasi dengan aparat negara, dalam hal ini Densus 88 Antiteror. 

Karena kalau berbicara antar kami, kami berada dalam situasi keamanan yang tidak mungkin.

Saat kami di dalam kami berkomunikasi dengan aparat Densus dan Densos.

Proses yang sama dilakukan teman-teman lainnya di luar. Setelah saya di luar baru terjalin komunikasi lagi. Kami sampai pada kesimpulan Jamaah Islamiyah harus bubar. 

T : Atas dasar apa? 

Baca juga: Berita Terbaru Hari Ini

AM : Kalau saya atas dasar pertama, mindset (cara pandang/jalan pikiran). Kedua, beban hukum. Pertama dari mindset, bahwa setelah kami renungkan, negara Repubik Indonesia dibangun melibatkan para ulama, karena melibatkan ulama tentu mereka tidak serampangan membentuk negara.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved