Wawancara Khusus

Bincang dengan Produser dan Aktor Utama Film Serdam, Kenalkan Alat Musik Lampung yang Nyaris Punah

Film Serdam The Death Whistle merupakan film yang menjadi representasi bagaimana tradisi lokal perlahan mati di zaman milenium. 

Penulis: Riyo Pratama | Editor: Teguh Prasetyo
Istimewa
Bincang dengan Produser dan Aktor Utama Film Serdam di studio Tribun Lampung, Selasa (23/7/2024). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Film Serdam The Death Whistle merupakan film yang menjadi representasi bagaimana tradisi lokal perlahan mati di zaman milenium. 

Serdam sendiri merupakan alat musik tiup khas Lampung pesisir yang kini bisa dikatakan mulai punah.

Film berbahasa Lampung ini mengambil latar di wilayah Krui, Pesisir Barat, di mana banyak pengrajin serdam berasal.

Untuk mengetahui awal ide film Serdam ini, simak wawancara khusus bersama produser dan pemeran utama film serdam Iin Zakaria dan Iswadi Pratama.

Bisa diceritakan mengenai Film Serdam?
Iin Zakaria : Kalau fillmnya seperti biasa membawa genre drama film pendek dengan waktu 25 menit. Film ini diproduksi oleh MovieLab Dewan Kesenian Lampung dan ada beberapa komunitas yang tergabung di situ. Film ini bercerita dari seorang pembuat serdam yang merupakan alat musik tiup khas Lampung yang terbuat dari bambu dengan panjang 35-50 cm. Ada yang buat dari bambu bamban, ada juga yang dari bambu tamiang, tergantung selera.

Awal mula film ini bermula dari obrolan bersama teman-teman tentang alat musik Lampung yang unik, munculah nama musik serdam. Singkatnya kami mendalami dan buat cerita fiksi dan ini dibuat tahun 2021 dan selesai tahun 2022. Pra produksi cukup panjang dan film ini langsung suting di Lampung Barat dan Pesisir Barat.

Iswadi Pratama : Gambaran yang saya perankan sebagai Hamdan merupakan sosok yang single parent yang bercerai dengan istri dan punya anak laki-laki yang hobynya ngeband dan hobinya kurang disukai Hamdan. Dan Hamdan ini ceritanya tinggal di kampung sendirian karena anaknya tinggal di kota.

Kemudian Hamdan diminta ketua adat yang sering disebut Pun membuat serdam, karena dia dianggap mampu memutuskan warisan musik serdam. Alasan ketua adat meminta Hamdan membuat serdam untuk terapi anak yang memiliki gangguan bicara. Konon pembuatan serdam harus melalui proses spiritual, dimana bambu bahan serdam harus ditancapkan di kuburan orang yang matinya tidak wajar, seperti kecelakaan atau kuburan orang yang masih muda belum nikah.

Hamdan lalu meminta bantuan anaknya, tapi anaknya menolak sehingga dia marah dan anaknya pergi membawa motor dan anaknya justru mengalami kecelakaan. Akhirnya bambu untuk dia buat serdam dan ditanam di kuburan anaknya sendiri. Jadi sempat terjadi konflik batin yang dirasakan Hamdan.

Alasan saya mau jadi tokoh utama sebagai Hamdan karena Mbak Iin yang sedari kecil memiliki jiwa kesenian dan dia memberi tawaran kepada saya. Dan saya tidak bisa menolak, karena Mbak Iin ini memiliki jiwa seni tinggi dan memiliki kewajiban membersamai mereka dan cerita ini cukup baik. Dan ini tidak bisa dilihat dari mistisnya. Kalau saya baca budaya ini mangambil ajaran Hindu yang saya baca tentang karma dan darma serta ada pesan yang dibawa.

Apakah ada test khusus pemeran serdam sebelum dimainkan?
Iin Zakaria : Tidak ada, hanya saja yang terbayang wajah kak Iswandi untuk memainkan Hamdan sebagai karakter utama. Dan di tengah kesibukan beliau, akhirnya bisa dijalankan.

Apa kesulitan saat membuat film ini?
Iin Zakaria : Pertama medan syutingnya cukup menguras tenaga, karena naik turun bukit. Kemudian cuaca jadi tantangan, tapi syukur waktu syuting pas hari terakhir baru hujan. Lalu lokasi syuting di kuburan awalnya kami mau buat kuburan sendiri, tapi akhirnya kami putuskan gunakan kuburan di kampung setempat.

Selama memerankan tokoh Hamdan apa yang paling berkesan?
Iswadi Pratama : Mungkin lebih kepada dialog tentang sejarah serdam dibuat. Jadi ini bukan soal suka tidak suka, tapi sudah kewajiban membuatnya. Jadi itu yang cukup berkesan. Jadi kesetiaan untuk menerima amanat dari ketua adat, harus dijalankan. Jadi ada kesetiaan untuk menjalankan profesinya. Sedangkan kesulitannya pas menancapkan suling di kuburan anaknya sendiri, dan itu yang paling menantang. Saya butuh prepare beberapa kali.

Tujuan yang bawa dari film Serdam ini bagi masyarakat apa?
Iin Zakaria : Serdam sendiri ritual pembuatannya kurang lebih seperti itu dan saya adaptasi jadi cerita fiksi. Saya ingin mengenalkan cerita Lampung, cerita rakyat kepada masyarakat. Dan cerita ini tidak kalah dengan wilayah lain dan ini memiliki nilai lokal tersendiri.

Film serdang tayangnya kapan?
Iin Zakaria : Mulai dari 2 Juni-November 2024. Dan kami telah konfrensi pres bersama media dan melakukan nobar dengan beberapa tokoh. Dan film ini telah ikut festival dan kami menang sehingga akhirnya lolos di bioskop.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved