Pilkada Lampung
Timsel KPU Lampung Jawab Pertanyaan Soal Background Khusus Calon Penyelenggara
Tim seleksi Komisioner Pemilihan Umum (Timsel KPU) Lampung menjawab pertanyaan publik soal background latar belakang calon penyelenggara.
Penulis: Riyo Pratama | Editor: Teguh Prasetyo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Tim seleksi Komisioner Pemilihan Umum (Timsel KPU) Lampung menjawab pertanyaan publik soal background latar belakang calon penyelenggara harus dari organisasi tertentu.
Pertanyaan itu disampaikan Tribunlampung.co.id dalam konferensi pres bersama lima anggota Timsel terlantik, Senin (22/7/2024).
Adapun dasar pertanyaan diajukan lantaran publik non latar belakang organisasi tertentu kerap pesimis saat akan mendaftar sebagai komisioner baik KPU maupun Bawaslu.
"Sudahlah buat apa mendaftar penyelenggara, toh ya sudah ditentukan siapa yang terpilih, jika ada 7 komisioner pasti semuanya memiliki background tertentu seperti dari backrond merah, hijau, hijau hitam, dan lainnya jadi yang tidak punya background itu sudah dipastikan tidak terpilih walaupun hasil tesnya tinggi," kata seseorang yang enggan disebut namanya kepada Tribun Lampung.
Tak hanya itu kerap muncul pertanyaan publik ketika penyelenggara telah diumumkan.
"Oh ini yang terpilih, dari jalur mana dia, background apa, siapa yang bawa," tanya seseorang saat membaca pengumuman.
Hal itu kemudian terkonfirmasi setelah melihat seluruh penyelenggara periode 2019-2024 baik anggota KPU maupun Bawaslu yang semua memiliki latar belakang organisasi tertentu.
Mengenai hal ini Timsel KPU Lampung memberi rasionalisasi terkait pernyataan tersebut.
"Jadi semuanya kebetulan saja, karena sudah jelas persyaratan KPU Provinsi memiliki kemampuan dan keahlian yang berkaitan dengan penyelenggaraan hukum, ketatanegaraan dan kepartaian, jika calon penyelenggara ini kemudian memiliki latar belakang organisasi kemahasiswaan, kepemudaan, kemasyarakatan semua organisasi ini konsen terhadap masalah kenegaraan jadi wajar saja," kata Achmad Moelyono salah satu Timsel dari Unversitas Tulang Bawang Lampung.
"Jika penyelanggara tidak konsen terhadap kenegaraan dan pengetahuan kepartaian dan lain-lain maka tidak ada pengetahuan sebagai penyelengara," sambungnya.
Kendati demikian, kata Moelyono, tidak ada garansi bagi calon penyelenggara karena semua berdasarkan hasil seleksi.
Sementara, anggota Timsel lain Samsuar mengatakan, ada nilai tambah bagi calon penyelenggara yang memiliki latar belakang organisasi tertentu saat mendaftar.
"Meskipun CAT-nya tinggi, ini tidak menjamin akan terpilih. Karena tahapan seleksi cukup panjang dari seleksi berkas hingga pengumuman. Jadi jika calon yang memiliki latar belakang organisasi tentu akan ada nilai tambah nya," kata dia.
"Bagi yang tidak memiliki background dan pengalaman khusus misalnya nanti waktu seleksi berkas tidak tercantum nilai tambahan, jadi sangat wajar yang lulus yang aktif di organisasi sebab nilainya komplit," sambungnya.
Dari jawaban Timsel dapat disimpulkan bahwa background atau latar belakang calon penyelenggara meskipun tidak tercantum dalam syarat namun ada nilai tambah tersendiri.
Namun, hal ini tidak jadi jaminan apabila relasi tidak terbentuk hingga pusat.
Pasalnya, Tribun Lampung pernah mewawancarai salah satu calon komisioner Bawaslu di tahun 2023, Fadilasari.
Dia merupakan satu-satunya perempuan yang lulus tahapan tes hingga 14 besar namun tetap tidak terpilih.
Dia mengaku untuk menjadi anggota penyelenggara Pemilu mesti harus memiliki relasi hingga tingkat pusat.
Berikut cerita lengkap pengalaman Fadila Sari yang dikirimkan ke Tribun Lampung saat dia mengikuti seleksi Bawaslu Provinsi.
"Dulu dua hari jelang pengumuman hasil uji kelayakan dan kepatutan Bawaslu Provinsi Lampung, tiba-tiba saya galau. Apa kira-kira yang akan saya jawab kepada teman-teman jurnalis, bila saya tidak lolos seleksi.
“Yakin, wartawan akan mewawancarai kamu? Tanya seorang teman, ketika kusampaikan hal itu via pesan singkat.
“Ya persiapan aja. Soalnya selama proses seleksi, beberapa wartawan ingin mewawancarai saya, tapi saya minta jangan saya yang ditulis.”
“Lantas saya harus jawab apa?” tanyaku lagi, meminta masukan.
“Ya jawab normatif aja sih, pening amat,” sahut temanku kurang antusias. Entah, apakah dia menganggap aku lebai bakal diwawancara wartawan, atau lebai karena belum pengumuman saja udah yakin gak keterima.
"Pertanyaan itu mengganggu saya, karena beberapa hari sebelumnya membaca pengumuman hasil uji kelayakan dan kepatutan Bawaslu Sumatera Utara, dari tujuh orang yang dipilih Bawaslu RI, tidak satu pun perempuan. Padahal, dari 14 orang yang ikut uji kelayakan, diantaranya ada dua orang perempuan. Saya baca berita, dua perempuan itu adalah Komisioner Bawaslu dan KPU di salah satu kabupaten setempat. Dan mereka diwawancarai wartawan.
"Saya teringat, usai pengumuman 8 besar Bawaslu Provinsi Lampung tempo hari, secara tidak sengaja saya bertemu dengan sekelompok wartawan, saat saya melintas dari arah Kantor Pemerintah Provinsi Lampung. Meskipun saya memakai masker hitam, namun para jurnalis itu sudah melambai-lambaikan tangan pada saya, dari jauh. Waduh, gak mungkin kan saya berbelok arah, apalagi saya sedang berjalan kaki menuju arah mereka berkumpul.
"Saat itu, beberapa mereka bertanya, apakah proses seleksi di Bawaslu sama dengan ketika saya mengikuti seleksi Komisi Informasi beberapa waktu lalu. Saya pun bertanya, memang ada apa ketika saya ikut seleksi Komisi Informasi lalu? Setelah si penanya menjelaskan maksudnya, saya pun tertawa lebar.
“Yang ini enggak deh,” jawab saya.
“Tidak ada yang menghubungi Mbak Ila?”
“Kalau ke saya, enggak ada.”
"Beberapa wartawan bertanya tentang beberapa hal. “Udah sih, bantu saya dalam proses ini. Jangan tanya-tanyain saja,” kata saya mencoba mengelak.
“Mbak, kalau nanya-nanya kan boleh aja. Yang gak boleh itu kan menulis,” kata salah seorang wartawan.
"Kami pun tertawa bersama. Setelah bercakap-cakap sedikit, aku pun melanjutkan perjalanan menuju Kantor Pengadilan, untuk mencari data persoalan yang sedang kuurus.
"Ketika hasil seleksi administrasi pendaftaran Bawaslu Lampung tempo hari, seorang teman menghubungi saya.
"Dia mempertanyakan, saya maju dengan rekom dari mana. Ungu atau Pink.
“Maksudnya apa?” tanyaku sambil mengerutkan kening.
“Iya, mbak maju dari jalur Ungu atau Pink?”
“Waduh, maksudnya apa ya?” Aku tak mengerti.
Dia pun menjelaskan, apa makna Ungu dan Pink itu.
“Wah, saya ini sedang nyalon Bawaslu lho. Bukan nyalon kepala daerah,” sahutku.
“Iya mbak, paham. Tapi ini gak bisa asal maju-maju aja. Harus ada rekom. Semua sudah dipetakan dari awal.”
“Saya serius mbak. Ada orang penting yang mempertanyakan Mbak Ila. Katanya Mbak Ila punya peluang besar untuk jadi,” katanya agak menekan.
“Saya pakai perahu Nabi Nuh,” jawabku ketus.
“Mbak. Rezeki itu selain garis tangan, ada campur tangan dan ikhtiar manusia,” katanya mengencang. Saya malas meneruskan obrolan. Kenapa dia yang jadi ceramah agama, pikir saya.
"Setelah saya mengikuti ujian seleksi CAT, pertanyaan itu muncul lagi. Waduh, sewot saya sampai ubun-ubun rasanya. Ini kenapa harus tanya-tanya sih.
"Singkat cerita, saya lolos seleksi CAT dan psikotes. Infonya, nilai CAT saya masuk 5 besar. Jadi memang diri ini tidak bisa dibuang. Apa lagi ada embel-embel perempuan.
"Tapi kemudian, beberapa teman menghubungi saya, dan meminta saya bekerja agar lolos tahapan berikutnya. Wah, apa maksudnya, pikir saya. Teman itu pun menelpon menjelaskan, karena jawaban saya via pesan singkat mungkin membuat mereka pusing sendiri.
“Kerja lho mbak, melobi.”
“Melobi Timsel? Saya balik bertanya. “Saya tidak ada yang kenal.”
“Ya bisa juga. Tapi yang terpenting adalah melobi pihak-pihak yang berkepentingan, dengan memanfaatkan jaringan.”
“Wah bahasamu intelek sekali, kamu habis baca buku apa? Tanyaku meledek.
Teman di seberang sana tampak menahan kesabaran. Teman saya ini memang baik lahir batin. Buktinya, pembicaraan kami masih terus berlanjut.
“Mbak, kita ini belum sekelas Imam Malik. Yang cukup dengan berzikir dari rumah, rezeki datang sendiri,” katanya yang membuat saya sedikit tercengang. Saya merasa tersindir soalnya.
"Usai telpon itu, pikiran saya bukannya terbuka, malah menjadi kusut masai. Apa yang harus saya lakukan, kemana diri ini melangkah. Tadi si teman nyuruh saya bekerja ke Jakarta, menemui tokoh-tokoh. Tapi, saya harus mencari sendiri tokoh-tokoh itu. Nah kan jadi ribet.
"Pernah pada suatu malam, telepon saya berdering. Saya hampir terlelap saat itu. Terkejut sekali, mendengar suara ponsel berbunyi di malam itu. Saat masih bekerja di Metro TV dan Majalah Tempo, saya biasa ditelpon redaktur pada tengah malam. Tapi sekarang harusnya tak ada lagi telpon malam-malam macam itu.
"Tapi tak apalah saya angkat, khawatir ada kabar buruk. Ternyata si teman menanyakan keberadaan saya.
Dia kaget ketika saya bilang sedang di rumah. Dia pikir, saya sudah di Jakarta seperti sarannya, berasyik masyuk dalam aktivitas perlobian. Setelah telpon ditutup, saya sempat merutuk diri. Kenapa lupa mematikan ponsel.
"Tapi ya sudahlah. Hari gini ada teman mau memperhatikan saya, adalah hal yang luar biasa. Tak banyak orang seperti dia, karena saya bukan siapa-siapa.
"Singkat cerita, saya lolos seleksi lagi dan masuk 8 besar. Dan yang membuat saya terbelalak adalah, perempuan tinggal saya sendiri. Waduh, kok bisa begini, pikir saya. Kemarin pas 16 besar, masih ada 5 orang perempuannya.
"Saya merasa, sebagai “perempuan sendiri” ada beban dan tanggung jawab yang berat.Jangan sampai nanti terlihat bodoh, ak ik uk pas ditanya gelagapan dan gak bisa jawab. Saya harus mempersiapkan diri dengan baik. Jangan sampai malu-maluin Timsel yang sudah memilih saya.
"Saya mendapat informasi, peluang perempuan untuk terpilih itu sangat besar. Karena Bawaslu RI yang perempuan, saya dengar selalu menekankan keterwakilan perempuan. Bahkan infonya beliau sangat concern terhadap isu dan peran perempuan.
“Peluang Mbak Ila sangat besar. Karena Undang-Undang Pemilu mengatur tentang keterwakilan perempuan,” kata seorang sumber.
“Undang-Undang hanya menyatakan agar memperhatikan, tidak mewajibkan,” sergah saya.
“Benar. Tapi sebagai penyelenggara pemilu, peran perempuan itu sangat penting. Ada tugas-tugas yang lebih tepat bila dilaksanakan oleh perempuan. Dan Bawaslu pusat sangat paham itu. Apalagi, 3 orang Bawaslu Lampung yang sudah ada sekarang, semuanya laki-laki. Maka Bawaslu RI pasti akan memilih salah satunya perempuan pada seleksi kali ini,” katanya lagi, meyakinkan.
"Saya pun teringat saat masa pendaftaran, sempat diperpanjang karena kuota keterwakilan perempuan tak sampai 30 persen.
"Timsel memperpanjang pendaftaran khusus perempuan selama tiga hari, karena pendaftar perempuan baru mencapai 29 persen. Begitu pentingnya makna keterwakilan perempuan, tampaknya.
"Meski yakin tak yakin, saya tetap bertekad mempersiapkan diri sebaik mungkin.
"Saya membaca buku seputar kepemiluan sebagai referensi, dan mengulang lagi membaca Undang-Undang Pemilu. Bagi saya tak terlalu sulit dalam mempelajari undang-undang, karena dulu saya pernah menjadi Komisioner di KPU Kota Bandar Lampung.
"Saya juga membaca buku-buku dan artikel karya saya seputar kepemiluan. Diantaranya buku yang berjudul “Polemik Mantan Terpidana dalam Pilkada”. Jangan sampai menulis buku, lupa materinya. Mana tau ditanya. Ketika mendaftar Bawaslu Lampung tempo hari, memang ada ketentuan untuk melampirkan keterangan atau bukti yang mendukung kompetensi dalam bidang kepemiluan, diantaranya karya tulis dan berbagai sertifikat menjadi pembicara tentang kepemiluan.
"Jelang uji kelayakan dan kepatutan di Bawaslu RI, kami diminta menyiapkan visi dan misi. Wah, saya harus serius donk memikirkannya. Bagaimana visi misi itu inovatif, keren, namun tak muluk-muluk alias bisa diterapkan.
"Atau jangan sampai saya nanti berbusa-busa memaparkan inovasi, ternyata itu sudah diterapkan di Bawaslu seantero jagat. Bila ada yang kuanggap sebagai inovasi itu gagal dalam penerapannya, maka aku harus membuat supaya inovasi keren itu bisa terealisasi. Dan tentunya pada era digital ini, inovasi yang dimaksud tentu harus berbau-bau Iptek. Dan akan makin menarik, bila inovasi dikemas dalam muatan lokal.
"Untuk memenuhi obsesi itu, tentunya saya harus riset yang mendalam. Tidak bisa asal ketik-ketik atau nyontek visi misi yang sudah banyak berkeliaran di internet. Saya membaca sejumlah jurnal, seaching materi terkait Bawaslu dari masa ke masa, melahap informasi di situs Bawaslu pusat dan provinsi, serta membeli buku referensi terkait pola pengawasan.
"Proses riset dan membaca itu saya lengkapi dengan “mewawancarai dan konfirmasi” dengan anggota Bawaslu daerah yang sedang menjabat, agar (sekali lagi) ideku tidak mengawang-awang.
"Jelang keberangkatan ke Jakarta, saya menjaga kesehatan sebaik mungkin. Tidak boleh terlalu lelah. Memperbanyak rebahan agar badan lebih fresh. Tidak makan yang pedas-pedas mulai H-2 seleksi. Mempersiapkan perlengkapan obat-obatan supaya tidak ada kendala kesehatan. Mulai dari obat flu, obat alergi, diapet, hingga koyo cabe saya bawa.
"Bayangkan, bila pada hari H saya tidak bisa mengikuti seleksi karena sakit, lalu saya tidak mengikuti seleksi, pastinya Timsel yang akan diserang publik, mengapa perempuannya hanya satu, sehingga tidak ada pilihan. Dan ternyata yang dikirim penyakitan pula. Wah bisa gempar dunia persilatan, pikir saya. Dan saya pasti diwawancara wartawan tuh, kenapa harus sakit di hari seleksi.
"Alhamdulillah, saya bisa mengikuti uji kelayakan dan kepatutan dengan baik. Saya pulang kembali ke Bandar Lampung. Dalam perjalanan pulang, ponsel saya berdering-dering. Teman-teman menanyakan keberadaan saya. Saya jawab sedang otw bandara.
“Aduh kok cepat amat pulangnya sih, bukannya melobi-lobi dulu”.
“Hei lu jangan pulang dulu. Perkuat barisan, bangun kekuatan,” kata teman lainnya.
"Aduh, saya bingung. Ini taksi udah otw bandara. Tiket sudah dibeli. Saya harus melobi kemana dan ke siapa pula?
Tiba di Lampung, saya dengar pertarungan begitu keras. Saya membayangkan pertempuran itu bak orang yang sedang bersilat dengan terbang-terbang di udara. Seperti di film-film laga. Aih entahlah.
Demikianlah, secarik kisah tentang keterwakilan perempuan yang tak terwakili dalam seleksi Bawaslu Provinsi Lampung. Salam hangat untuk kalian semua ya.
Itulah cerita pengalaman Fadilasari yang pernah ikut seleksi anggota Bawaslu Lampung.
(Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama)
MK Nyatakan Sengketa Pilkada Pringsewu Dismissal, Lampung Menyisakan Pesawaran |
![]() |
---|
Dismissal, Putusan MK atas Sengketa Pilkada 2024 untuk 3 Kabupaten di Lampung |
![]() |
---|
10 Pasangan Kepala Daerah Terpilih di Lampung Ditetapkan Besok |
![]() |
---|
Materi Gugatan Hasil Pilkada 5 Daerah di Lampung dari Politik Uang hingga Netralitas |
![]() |
---|
Gugatan Pilkada Pesawaran Indira dan Antonius Diregistrasi MK, Masuk Tahap Pemeriksaan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.