Berita Terkini Nasional

Bisfenol A di Kemasan Polikarbonat Galon Air, Ahli dari ITB Beri Penjelasan

Sempat ramai isu BPA dalam kemasan galon yang berkembang, Kepala Lab Teknologi Polimer dan Membran ITB, Ir. Akhmad Zainal Abidin, beri penjelasan.

Penulis: Kiki Novilia | Editor: Noval Andriansyah
Dokumentasi
Sempat ramai isu seputar Bisfenol A atau BPA dalam kemasan galon Polikarbonat (PC) yang berkembang, Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB, Ir. Akhmad Zainal Abidin, memberikan penjelasannya. 

Jikalau ada, apakah BPA dalam AMDK tidak pengaruhi kesehatan?

Banyak narasi menyesatkan menyebutkan kalau BPA dalam AMDK bisa berdampak pada masalah kesehatan tertentu seperti janin, pertumbukan anak, autisme, gangguan kehamilan hingga infertilitas.

Namun, kata Akhmad, bukti empiris menunjukan bahwa ratusan juta orang di dunia termasuk Indonesia yang mengonsumsi air dari galon guna ulang tidak mengalami gangguan kesehatan apapun.

Hal ini juga dibantah dokter spesialis penyakit dalam, Laurentius Aswin Pramono. Ia menjelaskan, kalaupun ada kadar BPA dalam air kemasan galon guna ulang pasti masih berada dalam batas aman dan belum mencapai ambang yang bisa mengganggu metabolisme seperti yang ditetapkan oleh otoritas keamanan pangan nasional dan internasional.

Pada dasarnya semua bahan kimia bersifat endocrine disruptor, yaitu komponen kimiawi yang bisa mengganggu fungsi sistem endokrin dan reproduktif dalam tubuh. Namun, kandungan BPA dalam galon guna ulang hanya 0,001 persen dari ambang batas yang bisa mengganggu. 

Untuk menimbulkan gangguan metabolisme dan endokrin, butuh kadar yang sangat besar dalam satu waktu secara bersamaan. Jadi, butuh hingga 10.000 galon dalam satu sekali minum untuk mencapai batas yang dapat mengganggu hormon dalam tubuh.

"Artinya, kecil sekali yang bisa menjadikan BPA (dalam galon) jadi endocrine disruptor yang bisa mengganggu metabolisme," kata dokter dari FKUI ini.

Lalu, bagaimana BPA dikeluarkan dari tubuh?

Jika pun ada BPA memasuki tubuh, senyawa ini diproses oleh hati dan kemudian diekskresikan melalui urin. Proses ini membantu mengurangi akumulasi BPA di dalam tubuh. Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat BPA dalam urin umumnya rendah pada individu yang mengonsumsi AMDK, menunjukkan bahwa tubuh dapat menangani dan mengeluarkan BPA dengan efektif.

"BPA yang secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh akan diubah di dalam hati menjadi senyawa lain sehingga dapat lebih mudah dikeluarkan lewat urine," kata Dosen Biokimia dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) IPB, Syaefudin PhD.

Meskipun ada kekhawatiran tentang dampak kesehatan BPA, penelitian terbaru menunjukkan bahwa paparan BPA dari AMDK tidak ditemukan.

Selain itu, tubuh manusia dapat mengelola dan mengeluarkan zat kimia yang tidak dibutuhkan tubuh - termasuk BPA - melalui urin, sehingga paparan tersebut umumnya tidak menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan.

( Tribunlampung.co.id )

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved