Pilkada

4 Faktor Penyebab Rendahnya Partisipasi Pemilih Pilkada di Lampung

Ada empat faktor utama penyebab rendahnya partisipasi pemilih Pilkada Serentak 2024 di Lampung.

Tribunlampung.co.id/Hurri Agusto
Dosen FISIP Unila Darmawan Purba. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Ada empat faktor utama penyebab rendahnya partisipasi pemilih Pilkada Serentak 2024 di Lampung.

KPU Lampung membeberkan data rendahnya partisipasi pemilih pada Pilkada 2024 lalu. 

Sebanyak 2.259.438 pemilih atau 34,61 persen dari total jumlah pemilih di Lampung tidak menggunakan hak suaranya alias golput pada Pilkada Serentak 2024. 

Data tersebut berdasarkan catatan KPU Lampung seusai rekapitulasi di tingkat kabupaten/kota. 

Koordinator Divisi Partisipasi Masyarakat dan Pendidikan Pemilih KPU Lampung Dedi Fernando menjelaskan, jumlah total daftar pemilih pada Pilkada Serentak 2024 di Lampung sebanyak 6.527.414 orang. 

Rinciannya, 6.515.869 orang terdaftar sebagai daftar pemilih tetap (DPT) dan 11.545 lainnya masuk daftar pemilih khusus (DPK).

Dari total jumlah pemilih tersebut, KPU Lampung mencatat terdapat 4.267.976 atau sekitar 65,39 persen pemilih yang menggunakan hak suaranya. 

Dari 15 kabupaten/kota di Lampung, Bandar Lampung menjadi daerah dengan partisipasi terendah, yakni 51,99 persen. 

Adapun daerah dengan partisipasi tertinggi yakni Pesisir Barat dengan persentase 79,09 persen. 

Pengamat politik Universitas Lampung Darmawan Purba menjelaskan empat faktor itu memengaruhi rendahnya partisipasi pemilih pada Pilkada 2024.

"Saya melihat rendahnya partisipasi masyarakat pada Pilkada Serentak 2024 di Provinsi Lampung disebabkan oleh empat perilaku non-voting. Pertama, faktor teknis, lalu faktor teknis politis, politis, dan keempat faktor ideologis," sebut Darmawan, Jumat (6/12/2024).

Dosen Fakultas Ilmu Pemerintahan dan Politik Unila ini pun menjabarkan hal-hal yang memengaruhi rendahnya partisipasi pemilih di Pilkada 2024 di Lampung

Darma mengatakan, masyarakat tidak ikut memilih karena beberapa alasan seperti sibuk bekerja, berada di luar daerah, sakit, TPS jauh dari tempat tinggal, dan berbagai masalah teknis lainnya.

"Yang menjadi catatan faktor teknis, ada banyak warga Lampung yang saat pemilihan sedang berada di luar lampung, seperti masyarakat yang kuliah atau bekerja di luar daerah, sementara kondisinya tidak memungkinkan mereka pulang. Jumlahnya mungkin bisa puluhan ribu orang," kata dia.

Pada faktor teknis politis, kata dia, ada masalah administratif, di mana masyarakat tidak terdaftar atau undangan memilih tidak dibagikan dengan tepat. 

Atau ada persoalan di DPT, sehingga masyarakat yang harusnya ikut memilih mereka tidak mendapat kesempatan.

"Pada bagian ini, KPU setempat memiliki tanggung jawab untuk memastikan masyarakat setempat menggunakan hak pilihnya," ujarnya.

Terkait faktor politis, Darmawan menilai, penyebab rendahnya partisipasi pemilih juga karena adanya anggapan masyarakat bahwa Pilkada tidak membawa perubahan. 

"Lalu adanya anggapan bahwa cakada tidak mencerminkan (aspirasi) keseluruhan masyarakat, dan jumlah kandidat yang diusung oleh partai sangat terbatas, sehingga masyarakat tidak mendapatkan pilihan yang merka inginkan," jelasnya.

Darmawan pun menyebut bahwa faktor ini menyebabkan masyarakat tidak memiliki gambaran pemimpin yang mereka inginkan. 

"Gambaran ini tecermin pada daerah-daerah yang memiliki rivalitas yang tinggi, seperti Pesisir Barat, Pringsewu, Mesuji dengan kandidat 3-4 orang. Itu menggambarkan ada keterwakilan segmen pemilih yang tinggi, sehingga partisipasi masyarakat cukup tinggi," kata dia.

"Atau bisa juga daerah yang persaingannya cukup sengit, seperti Metro, Tulangbawang, dan Pesawaran. Pada situasi tersebut, adanya persaingan ketat yang mengundang animo yang tinggi, termasuk di Tulangbawang Barat calon tunggal versus kotak kosong cukup tinggi," imbuhnya.

Sedangkan daerah lain yang calonnya terbatas, Darmawan menilai, ada kecenderungan masyarakat kurang tertarik untuk berpartisipasi di Pilkada.

Pada faktor ideologis, ia menilai terdapat sebagian masyarakat yang tidak percaya dengan sistem demokrasi yang sekarang bisa membawa proses kepemimpinan yang ideal. 

"Kelompok masyarakat ini beranggapan tidak yakin bahwa demokrasi langsung mampu menyeleksi pemimpin yang terbaik," ucap Darma.

Dia mengatakan, secara umum masyarakat kelompok ini dari tahun ke tahun tidak menggunakan hak pilihnya. 

"Dari berbagai riset yang pernah dilakukan, dari faktor non-voting ini, secara umum faktor yang paling besar yang menyebabkan masyarakat tidak memilih adalah faktor teknis dan faktor teknis politis," pungkasnya. 

(Tribunlampung.co.id/Hurri Agusto)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved