Berita Terkini Nasional

Tipu Muslihat Jamet Buat Hidup Ibu dan Anak di Tambora Berakhir di Toren Air

Dukun palsu, utang Rp 90 juta, dan pembunuhan di toren! Jamet, penipu ulung, habisi ibu dan anak di Tambora. Ritual maut berujung tragedi.

|
TRIBUNJAKARTA.COM / Elga Hikari Putra
SOSOK PEMBUNUH IBU DAN ANAK: Febri Arifin alias Jamet (31) yang menghabisi nyawa ibu dan anak di Tambora, Jakarta Barat lalu membuang jasad korbannya di toren air ternyata tukang utang dan jago mengarang hingga korbannya terperdaya. 

Tribunlampung.co.id, Tambora - Tipu muslihat Febri Arifin alias Jamet membuat hidup ibu dan anak berinsial TSL (59) dan ES (35), warga Tambora, Jakarta Barat, berakhir di toren air.

Selain tukang utang, Jamet juga jago mengarang cerita, sehingga membuat korbannya terpengaruh.

Diketahui, kejadian menggemparkan terjadi di kawasan Jalan Angke Barat, Tambora, Jakarta Barat, ketika dua jasad wanita, ibu dan anak, ditemukan di dalam toren air.

Penemuan jasad ibu dan anak berinisial TSL (59) dan anaknya ES (35), dalam toren air tersebut terjadi di rumah korban pada Kamis malam (6/3/2025) sekitar pukul 23.00 WIB.

Terbaru, polisi akhirnya meringkus pembunuh ibu dan anak di Tambora, Jakarta Barat yang jasadnya ditemukan di dalam toren air rumah korban.

Bagaimana tidak, pasalnya dia yang berutang kepada korban TSL (59) hingga Rp 90 juta justru masih bisa begitu dipercaya oleh korban.

Bahkan, saat korban dihabisi, sebenarnya korban TSL dan anaknya yakni ES (35) tengah mengikuti ritual yang dipimpin oleh pelaku.

Itu semua karena korban termakan cerita karangan dari pelaku yang memiliki banyak nama alias.

"Pelaku atas nama Febri Arifin alias Ari alias Kakang alias Jamet alias Bebep alias krismartoyo. Umur 31 tahun, kelahiran Banyumas," ujar Kapolres Jakarta Barat, Kombes Twedi Aditya Bennyhadi saat merilis kasus tersebut di kantornya, Kamis (13/3/2025).

Dari sejumlah nama alias dari pelaku itu, dua diantaranya yakni nama Kakang dan Krismartoyo adalah nama yang dijual pelaku kepada korban sebagai sosok dukun sakti.

"Pelaku juga mengaku memiliki teman bernama Krismartoyo sebagai dukun pengganda uang, juga mengaku kenal seseorang dukun pencari jodoh bernama Kakang," kata Twedi.

"Yang tidak lain adalah tadi yang sudah disebutkan sebagai nama alias. Jadi, itu hanya mengaku-ngaku memiliki teman saja," sambung kapolres.

Rupanya karangan Jamet ini sudah mulai termakan oleh korban TSL sejak Februari 2025. Kala itu, TSL menyampaikan kepadanya tertarik untuk mengikuti ritual penggandaan uang.

Bak mendapat mangsa, Jamet kemudian kian gencar menipu TSL berbekal nomor ponsel yang diakuinya sebagai milik dukun pengganda uang dan dukun pencari jodoh untuk menghubungi korban.

Hingga akhirnya pada Sabtu (1/3/2025), korban sepakat untuk melakukan ritual yang dipimpin oleh Jamet.

Selain merasa Jamet memang kenal dengan dua dukun itu, korban sama sekali tak curiga karena ia sudah kenal Jamet cukup lama lantaran juga masih bertetangga.

"Pada 1 Maret 2025 sekitar pukul 12.00 WIB, pelaku ini datang ke rumah korban dengan membawa peralatan ritual kedua kegiatan tersebut," ujar Twedi.

Korban TSL yang menjalani ritual penggandaan uang melakukannya di ruang tamu.

Sedangkan korban ES yang menjalani ritual enteng jodoh melakukan hal itu di kamar mandi.

"Tetapi pada saat proses menggandakan uang, terlalu lama, dan tidak berhasil.

Akhirnya, korban pertama marah-marah kepada pelaku dan juga mencaci maki pelaku," kata Twedi.

Makian dari TSL itulah yang membuat Jamet naik pitam. Ia kemudian memukul kepala korban dengan besi.

Tak puas, Jamet kemudian menyeret korban ke kamar dan menghabisi nyawa wanita itu.

"Kemudian setelah yakin korban pertama meninggal dunia, pelaku membersihkan kamar dari darah-darah yang ada, dan menutup pintu kamar," tuturnya.

Setelah TSL dihabisi, Jamet sempat merokok sekira 15 menit sambil memikirkan cara untuk menutupi kejahatannya.

Hingga akhirnnya ia memutuskan untuk turut menghabisi nyawa ES yang saat itu tengah ritual enteng jodoh di kamar mandi.

Cara yang digunakan pelaku juga sama ketika menghabisi nyawa ES, termasuk juga membersihkan TKP.

"Kemudian, korban keluar, melihat di depan kulkas ada tutup toren tempat penampungan air. Akhirnya memiliki ide untuk memyembunyikan korhan-korban di dalam toren," ujar Twedi. ( Tribunlampung.co.id / TribunJakarta.com )

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved