Berita Lampung
Total 53 Jemaah Haji Wafat di Tanah Suci, 2 dari Lampung
Dia menjelaskan, Siswanto wafat pada hari Sabtu (24/5/2025) lalu di Madinah. Warga Sindang Sari, Kotabumi, Lampung Utara itu tergabung dalam Kloter JK
Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Dua jemaah haji asal Lampung wafat di Tanah Suci, Sabtu (24/5/2025).
Keduanya yakni Siswanto Subandi Husdi asal Lampung Utara dan Kasminah asal Lampung Timur.
Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kemenag Lampung Ansori F Citra membenarkan kabar duka tersebut.
Dia menjelaskan, Siswanto wafat pada hari Sabtu (24/5/2025) lalu di Madinah. Warga Sindang Sari, Kotabumi, Lampung Utara itu tergabung dalam Kloter JKG 15.
Siswanto mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit King Salman, Madinah, sekitar pukul 09.20 waktu setempat.
Ia meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif akibat penyakit gagal ginjal.
Begitu pula Kasminah, terus Ansori, meninggal dunia di Madinah. Namun, tidak disebutkan penyebab wafatnya almarhumah.
Ansori menyebutkan, dengan demikian, hingga kini sudah ada tiga jemaah haji asal Lampung yang wafat di Tanah Suci.
Sebelumnya, Sagiyem (76), jemaah haji asal Lampung Timur, wafat saat menjalankan rangkaian ibadah di Makkah, Arab Saudi.
Jemaah yang tergabung dalam Kloter JKG 07 itu meninggal lantaran mengalami serangan jantung.
"Jumlah jemaah haji asal Lampung yang meninggal dunia di Tanah Suci pada musim haji 1445 H sampai dengan hari ini (Sabtu) berjumlah tiga orang," tambah Ansori.
Ansori pun mengimbau kepada seluruh jemaah, terutama lansia dan yang memiliki penyakit bawaan, agar lebih disiplin menjaga kesehatan.
"Kami mengingatkan seluruh jemaah untuk memperhatikan kondisi tubuh, mengikuti anjuran petugas medis, dan tidak memaksakan diri. Kesehatan adalah kunci agar ibadah berjalan khusyuk dan lancar," tutur Ansori.
Plt Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung Erwinto turut menyampaikan belasungkawa atas wafatnya tiga jemaah asal Lampung di Tanah Suci.
"Kami turut berduka cita sedalam-dalamnya dan semoga almarhum husnul khotimah dan seluruh amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT," kata Erwinto.
Ia memastikan pemerintah melalui Kementerian Agama RI akan tetap memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah yang wafat, termasuk pelaksanaan badal haji dan proses klaim asuransi jiwa.
"Negara hadir dalam setiap situasi. Bagi jemaah yang wafat, pemerintah akan menunaikan badal haji melalui petugas resmi, serta memastikan hak-hak keluarga tetap terpenuhi," kata Erwinto.
Sebelumnya, ada dua calon jemaah haji yang meninggal dunia sebelum sempat berangkat ke Tanah Suci. Keduanya yakni Ersan dan Listi Suhartini. Ersan adalah calhaj asal Bandar Lampung dari Kloter 42. Sedangkan Listi Suhartini, juga asal Bandar Lampung, dari Kloter 38 JKG.
Serangan Jantung
Menjelang hari ke-22 pelaksanaan ibadah haji, data kumulatif Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melalui Sistem komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes) hingga 23 Mei 2025, melaporkan 53 orang jemaah haji wafat di Tanah Suci.
Di mana 19 orang di antaranya meninggal dunia akibat serangan jantung dikarenakan penyakit iskemik akut dan shock cardiogenic.
Insiden kematian akibat penyakit jantung ini menjadi sorotan utama mengingat kondisi fisik jemaah haji yang rentan terhadap perubahan cuaca ekstrem dan aktivitas fisik yang padat selama di Tanah Suci.
Salah satu anggota Tim Visitasi Kesehatan Agus Sulistyawati saat visitasi kesehatan jemaah di Sektor 7 Daerah Kerja Makkah mengungkapkan, sebagian besar jemaah yang wafat memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya dan komorbid, serta kurang mengontrol diri untuk membatasi aktivitas fisik mereka.
"Kami sangat prihatin dengan angka kematian yang terjadi. Belasan jemaah telah berpulang, dan sebagian besar disebabkan oleh penyakit jantung," ujar Sulis, sapaan akrabnya, dikutip dari laman Kemenkes RI, Minggu (25/5/2025).
Di sisi lain, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo menekankan puncak ibadah haji nanti saat di Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna) membutuhkan persiapan serta manajemen diri yang baik.
Menurutnya, ibadah sunah memang memiliki pahala yang besar. Namun, kesehatan dan keselamatan jiwa jauh lebih utama, terutama pada saat pelaksanaan haji di Armuzna.
"Para jemaah, terutama yang lansia atau memiliki penyakit penyerta seperti jantung, hipertensi, dan diabetes, (diimbau) untuk mengurangi ibadah sunah yang membutuhkan pengerahan tenaga ekstra. Contohnya, mengurangi frekuensi umrah, tawaf sunah berulang kali, menghindari jalan kaki jarak jauh ke Masjidil Haram ataupun Masjid Nabawi, serta wisata ziarah. Jemaah harus memastikan waktu istirahat yang cukup," kata Liliek.
"Kami menganjurkan jemaah untuk tidak memaksakan diri. Hindari beribadah di siang hari yang terik. Gunakan selalu APD (alat pelindung diri) seperti masker, payung, kacamata hitam, alas kaki, ketika akan dan saat melakukan ibadah. Minum air putih atau air zam-zam sedikit demi sedikit hingga 2 liter per hari. Jangan lupa juga minum oralit sehari sekali agar tidak dehidrasi," imbuhnya.
Ia pun mengingatkan agar para jemaah yang sakit agar minum obat secara teratur. Hindari stres dengan selalu berpikiran positif dan berzikir. Periksakan kesehatan tiga kali seminggu ke petugas kesehatan untuk memastikan faktor risiko penyakit terkendali.
"Dan, yang paling penting adalah dampingi jemaah dengan komorbid dan lansia yang memiliki riwayat jantung bekerja sama dengan ketua regu dan jemaah yang sehat," tandasnya.
Idap Pneumonia
Sebanyak 99 jemaah haji asal Indonesia dilaporkan mengalami pneumonia selama menjalankan ibadah di Tanah Suci.
Kasus ini menjadi perhatian serius Kementerian Kesehatan, mengingat pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang bisa berakibat fatal, terutama bagi jemaah dengan kondisi kesehatan rentan atau memiliki penyakit penyerta.
Menurut data dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Daerah Kerja (Daker) Makkah dan Madinah per tanggal 20 Mei 2025, pukul 16.00 WAS, kasus pneumonia menyebar di berbagai sektor dan kelompok terbang (kloter).
Para jemaah yang terinfeksi saat ini sedang dirawat secara intensif di rumah sakit rujukan di Makkah dan Madinah, Arab Saudi.
“Kami mencatat peningkatan jumlah kasus pneumonia di kalangan jemaah haji Indonesia. Dari 99 kasus yang ada, satu jemaah meninggal dunia akibat penyakit ini. Situasi ini perlu diwaspadai karena bisa berkembang menjadi lebih serius jika tidak segera ditangani,” kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Liliek Marhaendro Susilo di KKHI Madinah, Kamis (22/5/2025).
Pneumonia merupakan peradangan pada alveoli atau kantung udara di paru-paru, yang bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur.
Dalam suasana ibadah haji yang sangat padat serta suhu lingkungan yang sangat tinggi, risiko penularan infeksi pernapasan meningkat signifikan.
KKHI mengidentifikasi beberapa faktor yang berperan dalam meningkatnya kasus pneumonia di kalangan jemaah.
Pertama, suhu ekstrem. Data KKHI menunjukkan suhu di Makkah dan Madinah saat ini berkisar antara 41 hingga 47 derajat Celsius. Suhu tinggi yang disertai kurangnya asupan cairan dapat menyebabkan dehidrasi dan menurunkan daya tahan tubuh.
Kedua, kelelahan fisik. Aktivitas ibadah haji yang padat seperti perjalanan panjang, umrah wajib, hingga puncak ibadah di Armuzna menuntut fisik yang kuat. Kelelahan bisa menurunkan sistem imun tubuh.
Ketiga, kepadatan jemaah. Dengan jutaan orang berkumpul di satu tempat, risiko penularan penyakit menular seperti pneumonia semakin besar.
Keempat, penyakit penyerta. Jemaah yang memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan jantung lebih rentan terserang pneumonia.
Liliek juga mengingatkan jemaah agar tetap waspada dengan menjalankan langkah-langkah pencegahan seperti menggunakan masker saat batuk-pilek atau di tempat ramai, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, serta mengonsumsi air putih atau air zam-zam sedikit demi sedikit hingga mencapai 2 liter per hari.
Bagi jemaah dengan penyakit penyerta yang rutin mengonsumsi obat, penting untuk tidak melewatkan jadwal minum obat.
Ia juga mengimbau agar jemaah menyimpan tenaga untuk puncak ibadah di Armuzna dengan mengurangi ibadah sunnah seperti umrah berulang kali, serta tidak merokok sembarangan demi kenyamanan bersama.
“Jika merasa kurang sehat, segera lapor dan periksa ke petugas kesehatan haji atau pos kesehatan. Kesehatan jemaah menjadi prioritas utama kami. Mari kita jaga bersama agar ibadah haji berjalan lancar dan seluruh jemaah bisa kembali ke tanah air dalam keadaan sehat,” tutup Liliek.
(Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra/Kompas.com)
Berita Lampung
jemaah haji
Bandar Lampung
Lampung
wafat
meninggal dunia
Tribunlampung.co.id
Tanah Suci
Prakiraan Cuaca Lampung Hari Ini 20 September 2025, Sebagian Besar Wilayah Hujan |
![]() |
---|
Polres Lampung Tengah Temukan Bungkusan Plastik Hasil Penggeledahan, Isinya Mengejutkan |
![]() |
---|
Disdikbud Lampung Audit Kinerja Guru Buntut Ribuan Siswa Tak Lulus TKA |
![]() |
---|
Ribuan Siswa Lampung Tidak Lulus TKA, Disdikbud Akan Bentuk Kelas Khusus dan Prioritas |
![]() |
---|
Usai Buang Air Kecil Karyawan di Lampung Tengah Ditodong Sajam, Responnya Tak Terduga |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.