Berita Terkini Internasional

386 WNI Terjebak di Iran dan Mayoritas Mahasiswa, Israel Bakal Terus Hancurkan Pusat Nuklir Iran

Sebanyak 386 warga negara Indonesia (WNI) dilaporkan masih berada di Iran saat negara tersebut diguncang serangan militer Israel pada Jumat 13/6/2025

Editor: Teguh Prasetyo
Almayadeen
RUDAL BALASAN IRAN - Foto ini memperlihatkan serangan rudal Hizbullah yang ditembakkan dari Lebanon menghajar pusat perbelanjaan Ayalon di pusat kota Tel Aviv, Senin malam, 18 November 2024. Sementara itu, pada Sabtu (14/6/2025) malam, Iran melancarkan serangan balasan terhadap Israel, dengan menargetkan sejumlah fasilitas penting di Tel Aviv. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Sebanyak 386 warga negara Indonesia (WNI) dilaporkan masih berada di Iran saat negara tersebut diguncang serangan militer Israel pada Jumat (13/6/2025) dini hari.

Mayoritas dari mereka adalah mahasiswa yang menempuh pendidikan di Kota Qom, sekitar 156 kilometer dari Teheran, ibu kota Iran.

Direktur Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Judha Nugraha, memastikan tidak ada laporan korban jiwa dari warga Indonesia hingga saat ini.

Pemerintah telah menyusun rencana darurat untuk mengantisipasi eskalasi situasi keamanan di wilayah tersebut.

“Berdasarkan komunikasi KBRI Tehran dengan komunitas Indonesia di Iran, terdapat update jumlah WNI yaitu 386 WNI. Mayoritas adalah pelajar dan mahasiswa di kota Qom. Hingga saat ini tidak ada informasi adanya WNI yang menjadi korban serangan Israel,” kata Judha kepada wartawan, Sabtu (14/6/2025).

Kemlu RI melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Teheran telah menyiapkan rencana kontingensi atau rencana darurat untuk memberikan pelindungan terhadap seluruh WNI yang masih tinggal di Iran.

KBRI juga telah menyampaikan imbauan resmi agar seluruh WNI meningkatkan kewaspadaan. 

“KBRI Teheran juga telah menyampaikan imbauan kepada seluruh WNI agar meningkatkan kewaspadaan dan menjaga keselamatan diri serta menjaga komunikasi dan menginformasikan keadaan dan keberadaan mereka ke KBRI,” ucap Judha.

WNI yang berada di wilayah konflik diminta terus berkoordinasi dan melaporkan kondisi mereka melalui saluran resmi KBRI Teheran di nomor hotline +98 902 446 8889 dan +98 991 466 8845.

Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, serangan udara Israel menyasar Teheran pada Jumat dini hari waktu setempat.

Ilmuwan Nuklir Tewas

Sementara itu, enam ilmuwan nuklir senior Iran tewas usai serangan besar-besaran Israel ke Iran, pada Jumat(13/6), sebagai bagian dari operasi “Rising Lion".

Menurut media Iran, Tasnim, enam ilmuwan nuklir yang tewas adalah Abdolhamid Minouchehr, Ahmadreza Zolfaghari, Amir Hossein Feqhi, Motalleblizadeh, Mohammad Mehdi Tehranchi, dan Fereydoun Abbasi.

Pernyataan resmi militer Israel menyebut serangan dilakukan karena adanya ancaman nyata bahwa program nuklir Iran telah mendekati titik tanpa jalan kembali.

"Kami menargetkan situs pengayaan uranium utama Iran di Natanz dan pejabat nuklir dan militer Iran di Teheran," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu setelah serangan tersebut.

“Operasi ini akan terus berlanjut selama diperlukan, hingga kami menyelesaikan misi,” ujar Netanyahu.

Pemerintah juga mengaktifkan Dekrit 8, yang memanggil semua prajurit cadangan untuk tugas militer.

Pejabat di Tel Aviv memerintahkan warga untuk berlindung di tempat perlindungan bom dan mengumumkan keadaan darurat, serta memperingatkan akan adanya serangan balasan Iran.

Di Washington, Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan kepada wartawan bahwa Israel mengambil "tindakan sepihak terhadap Iran," dan menekankan bahwa AS "tidak terlibat."

"Prioritas utama kami adalah melindungi pasukan Amerika di kawasan tersebut. Israel memberi tahu kami bahwa mereka yakin tindakan ini diperlukan untuk [mereka] membela diri," kata Rubio dalam sebuah pernyataan.

“Saya tegaskan Iran tidak seharusnya menargetkan kepentingan atau personel AS,” imbuhnya.

Benjamin Netanyahu mengatakan, bahwa operasi militer Israel yang dilancarkan Kamis-Jumat malam terhadap Iran bertujuan untuk menghilangkan apa yang ia gambarkan sebagai “ancaman eksistensial” terhadap Israel, dan menekankan hal ini akan terus berlanjut selama diperlukan.

Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Darat Israel Eyal Zamir mengatakan serangan itu terjadi setelah mencapai apa yang disebutnya “titik yang tidak bisa kembali”.

Dalam pernyataan video yang dirilis sekitar satu jam setelah operasi dimulai, Netanyahu menyatakan bahwa tentara Israel telah menyerang "sejumlah besar target di seluruh Iran." 

Ia menjelaskan, "Tujuan dari operasi yang belum pernah terjadi sebelumnya ini adalah untuk merusak infrastruktur nuklir Iran, fasilitas produksi rudal balistik, dan kemampuan militernya."

Netanyahu menegaskan, “Operasi ini akan terus berlanjut selama diperlukan hingga kami menyelesaikan misi kami untuk melawan ancaman eksistensial yang menghadang kami.”

Ia menambahkan bahwa Iran “masih memiliki kemampuan besar untuk menyakiti kita, dan kita juga siap untuk itu.”

Bendera Merah

Iran telah mengibarkan bendera merah simbolis balas dendam di atas Masjid Jamkaran di Qom setelah serangan udara Israel yang mematikan.

Bendera merah menandakan seruan untuk keadilan dan pembalasan dalam tradisi Syiah, terutama ketika darah telah tertumpah secara tidak adil.

Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di Masjid Jamkaran di kota Qom untuk menuntut “hukuman berat” terhadap Israel setelah serangan mematikannya di Iran.

Para pengunjuk rasa melambaikan bendera Iran dan meneriakkan slogan-slogan anti-Israel saat mereka berkumpul di salah satu kota tersuci negara itu, 140 km (87 mil) selatan ibu kota Iran, menurut video yang diunggah di X oleh kantor berita Iran Tasnim.

Beberapa korban jiwa, termasuk komandan militer dan ilmuwan nuklir, serta wanita dan anak-anak, telah dilaporkan menyusul serangan Israel pada Jumat pagi.

Video menunjukkan kerusakan pada gedung pemerintahan di Teheran

Media lokal Iran telah membagikan rekaman gedung pemerintah di Teheran yang rusak akibat serangan Israel pada Jumat pagi.

Video yang diunggah di Instagram dan diverifikasi oleh kantor berita Sanad Al Jazeera menunjukkan puing-puing berserakan di sekitar kompleks bangunan yang rusak, yang digambarkan oleh media Iran sebagai gedung kesejahteraan sosial.

(Tribun Network/bar/riz/wly)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved