Berita Terkini Nasional

Kisah Anak Pedagang Es Keliling Lolos Masuk ITB, Avan Koleksi Ratusan Piala dan Trofi

Lemari kayu sederhana yang menempel pada dinding di kamar tamu berukuran 3X4 meter terasa sesak dengan ratusan piala yang disusun rapi di dalamnya.

Editor: Teguh Prasetyo
KOMPAS.COM/SUKOCO
RATUSAN PIALA - Avan, siswa SMAN 1 Ponorogo diterima di Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Video koleksi ratusan piala Avan viral di media sosial setelah diunggah oleh tim ITB yang mengunjungi rumahnya untuk memastikan program beasiswa. 

“SD-nya dapat dari PLN. Kemudian SMP-nya dapat bantuan Baznas. Tapi masuk SMA sama sekali tidak ada bantuan,” ucap Eko.

Selain itu, meski tergolong keluarga tidak mampu, nama Eko tak pernah masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Sampai saat ini, keluarganya tak terdaftar sebagai peserta BPJS karena alasan ekonomi.

“Yang kita khawatirkan kesehatan Avan kalau kuliah keluar kota, karena dia tidak memiliki BPJS,” ujarnya.

Avan sendiri mengaku saat SD, dia senang matematika, sehingga tiap perlombaan matematika dia dipastikan menyabet juara utama.

Ketika SMP, dia beralih suka biologi, karena bercita-cita jadi dokter.

“Biologi identiknya jurusan dokter sehingga suka biologi,” ucapnya.

Menginjak SMA, Avan mulai berpikir realistis dengan kondisi perekonomian keluarganya yang akan kesulitan memenuhi kebutuhan biaya kuliah.

Dia mengaku mulai mengalihkan fokus belajar biologi dan melupakan mimpi kuliah di jurusan kedokteran.

“Akhirnya saya belajar ilmu bumi, karena ilmu bumi merangkum semua ilmu yang saya pelajari, dari matematika, kimia, biologi, semua dibutuhkan di ilmu bumi,” katanya.

Pilihan belajar ilmu bumi, menurut Avan, bukan tanpa alasan. Saat masuk SMAN 1 dari jalur prestasi, dia melakukan riset warga Ponorogo yang berhasil dapat beasiswa di bidang ilmu bumi berkat ikut O2SN.

Sejak saat itu, dia bertekad harus ikut lomba O2SN agar bisa dapat beasiswa kuliah ke ITB sebagai perguruan tinggi favoritnya.

“Kelas 1 SMA ikut O2SN tapi hanya sampai tingkat provinsi. Kemudian belajar keras mengejar O2SN di kelas 2 karena ini kesempatan terakhir mengikuti lomba. Kalau ikutnya kelas 12, finalnya kelas 13. Alhamdulillah terpilih untuk final,” katanya.

Keinginannya kuliah di ITB makin menguat ketika diundang sebagai finalis lomba ilmu bumi.

Sayangnya keinginan membawa trofi juara dari ITB gagal.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved