Berita Terkini Nasional
Akhir Pilu Bocah SD yang Digigit Ular Weling, Meninggal setelah Hampir Sebulan Koma
Rafa Ramadhani Suondho (12), bocah SD yang meninggal dunia digigit ular weling ini diduga terlambat mendapat penanganan.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Jawa Tengah - Perjuangan bocah SD mencari kesembuhan dari gigitan ular weling berakhir pilu setelah anak tersebut meninggal dunia.
Rafa Ramadhani Suondho (12), bocah SD yang meninggal dunia digigit ular weling ini diduga terlambat mendapat penanganan.
Lambatnya penanganan medis membuat bocah SD ini koma hampir satu bulan lamanya.
Kurang lebih tiga pekan, Rafa berjuang antara hidup dan manti di ruang ICU.
Berbagai upaya medis yang diusahakan tak membuat Rafa tertolong.
Bocah SD yang digigit ular weling Senin (16/6/2025) ini menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu (20/7/2025).
Rasa duka dan kecewa masih menyelimuti keluarga Rafa, warga Desa Bukut, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Pasalnya menurut keluarga, Rafa tak mendapatkan penanganan medis yang cepat.
Bahkan keluarga menyebut pihak medis di RSUD Kajen, tempat korban pertama kali dibawa setelah digigit ular berbisa tersebut dinilai kurang serius.
Diduga karena penanganan terlambat, Rafa terbujur tak sadarkan diri alias koma di RSUP Dr Kariadi Semarang.
Dan setelah berjuang selama tiga pekan menjalani perawatan intensif, Rafa dinyatakan meninggal dunia.
Peristiwa pilu tersebut bermula saat Rafa tidur di kamarnya pada Senin (16/6/2025) pukul 04.00 WIB.
Rafa diduga digigit ular weling. Ular dengan warna hitam dan putih tersebut juga gagal ditangkap.
Ular weling sendiri merupakan jenis reptil dengan bisa mematikan.
Bahkan bisa ular weling disebut lebih mematikan daripada bisa ular kobra.
Mendapati Rafa digigit ular berbisa, Korban lalu dibawa ke seorang tenaga kesehatan di desa setempat atau disebut Mantri Desa.
“Di tempat Pak Warno atau mantri desa, luka digigitnya sempat dipencet dan keluar darah.
Tapi Pak Warno tidak berani menyuntik, jadi disarankan langsung ke RSUD Kajen,” kata Datur (56), kakek Rafa, dilansir Tribun Jateng.
Selang satu jam perjalanan, Rafa tiba di RSUD Kajen pada pukul 05.00 WIB.
Rafa mengeluh pusing, mata berat, dan penglihatan buram.
Luka gigitan ditandai dengan spidol, dan Rafa kemudian disuntik sebanyak tiga kali, diambil darah, serta diberi oksigen selama beberapa menit.
Keluarga mengaku hanya mendapat tindakan medis tersebut.
Dokter jaga pun meminta pasien Rafa dipulangkan karena tim medis menyatakan ular tidak berbisa karena tidak ada pembengkakan pada luka gigitan.
Keluarga sempat memaksa agar Rafa dirawat inap karena kondisi korban yang melemah.
Permintaan tersebut pun ditolak.
Bahkan ada ucapan dokter yang membuat keluarga Rafa terngiang-ngiang hingga sekarang.
"Dokternya bilang, 'anak baru bangun tidur, ya pusing'. Padahal cucu saya bilang matanya berat dan tidak bisa melihat.
Saya suruh lihat ke arah saya, tapi katanya gelap," tutur Datur.
Dalam perjalanan pulang ke rumah dari RSUD Kajen, Rafa justru mengalami kejang hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit lain.
“Waktu itu memang masih sadar, tapi di perjalanan pulang cucu saya kejang-kejang.
"Langsung saya bawa ke RSI Pekajangan, karena disarankan tukang parkir kalau ke puskesmas dulu mungkin akan lebih lama,” kata Datur.
Setibanya di RSI Pekajangan, kondisi Rafa sudah tidak sadar.
Selama dirawat di RSI Pekajangan, Rafa sempat mendapatkan antivenom neuropolyvalent agar melewati masa kritisnya.
Dr Maria Ulfa, Asisten Manajer Pelayanan Medis RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan mengatakan, bahwa penanganan cepat yang dilakukan tim medis segera memberikan penanganan awal sesuai dengan protokol medis kegawatdaruratan.
Tak hanya berhenti di situ, RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan juga langsung melakukan konsultasi dengan Dr dr Tri Maharani, M.Si., Sp.EM, satu-satunya dokter spesialis toksinologi ular berbisa di Indonesia yang saat ini bertugas di Kementerian Kesehatan RI.
Setelah pemberian antivenom tersebut, kondisi tubuh Rafa menunjukkan hasil positif dan diharapkan segera pulih dari komplikasi.
Rafa kemudian dirawat di ICU selama beberapa hari, sebelum akhirnya dirujuk ke RSUP Dr Kariadi Semarang karena tak menunjukkan perubahan kesadaran.
Rafa dirawat di ICU dalam kondisi koma selama hampir satu bulan.
Sayangnya nyawa Rafa dinyatakan tak tertolong di RSUP Kariadi, Minggu (20/7/2025).
Jenazah Rafa tiba di rumah duka pada Minggu pukul 04.00 WIB dan dimakamkan di TPU Desa Bukur sekitar pukul 10.00 WIB.
Klarifikasi RSUD Kajen
Kepala Bidang Keperawatan RSUD Kajen, Dwi Harto mengatakan, pasien sudah mendapat penanganan medis sesuai prosedur.
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam kondisi sadar dan langsung menjalani anamnesis atau wawancara medis.
Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik pada bagian tubuh yang diduga terkena gigitan ular.
"Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan luka samar berupa satu titik di kaki bagian kanan. Luka tersebut kemudian dibersihkan," kata Dwi.
"Setelah itu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes darah lengkap dan observasi selama dua jam di IGD," beber Dwi
Selama masa observasi, kondisi pasien tetap stabil.
Oleh karena itu, pasien dinyatakan boleh pulang.
"Pasien dipulangkan setelah mendapat edukasi dari dokter dan tenaga kesehatan. Kami juga memberikan resep obat berupa antibiotik dan antipiretik untuk penanganan di rumah," jelasnya.(*)
( Tribunlampung.co.id / Tribunnews.com )
Saksi Hanya Bisa Lihat 3 Korban Hilang Terseret Ombak Pantai Mengening Tanpa Menolong |
![]() |
---|
Sosok Dwi Hartono Terduga Otak Pembunuh Kacab Bank BUMN Residivis, Dermawan |
![]() |
---|
Identitas Driver Ojol Tewas Ditabrak Mobil Rantis Brimob, Istana-Kapolri Minta Maaf |
![]() |
---|
Siswi SMA Tewas Tertabrak Mobil Kapolres saat Mengendarai Motor Menyeberang Jalan |
![]() |
---|
9 Tahun Pacaran Tak Dinikahi Wanita Tuntut Ganti Rugi Mantan Kekasih Rp 1 Miliar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.