Wawancara Khusus

Anshori Djausal: Fornas Kedepankan Prinsip Hidup Sehat untuk Semua Kalangan

Satu hal menarik dari Fornas adalah banyaknya inorga yang rela merogoh kocek sendiri demi mengikuti perhelatan akbar tersebut.

|
Penulis: Riyo Pratama | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribunlampung.co.id/Daniel Tri Hardanto
PERSIAPAN FORNAS - Ketua Umum KORMI Lampung Anshori Djausal (kiri) dan Sekretaris Umum Diah Sulastri menjadi narasumber dalam podcast di Studio Tribun Lampung, Sabtu (17/7/2025). 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Lampung akan memberangkatkan sekitar 250 atlet dari 30 induk organisasi olahraga (inorga) ke ajang Festival Olahraga Masyarakat Nasional (Fornas) VIII di Nusa Tenggara Barat. 

Satu hal menarik dari Fornas adalah banyaknya inorga yang rela merogoh kocek sendiri demi mengikuti perhelatan akbar tersebut.

Menjelang Fornas yang digelar mulai 26 Juli 2025, Ketua Umum Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) Lampung Anshori Djausal bersama Sekum Diah Sulastri membeberkan strategi, target, hingga tantangan yang dihadapi dalam wawancara eksklusif di studio Tribun Lampung, Sabtu (19/7/2025). 

Apa itu KORMI? Apa bedanya dengan KONI?

Anshori: Kita memiliki Undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional yang membagi pembangunan olahraga Indonesia ke dalam empat bidang.

Pertama, olahraga melalui jalur pendidikan, yang diajarkan langsung di sekolah-sekolah sejak tingkat dasar.

Kedua, olahraga prestasi, yaitu olahraga yang bertujuan mencetak juara di ajang-ajang kompetisi seperti PON dan SEA Games. Bidang ini menjadi tanggung jawab KONI.

Ketiga, olahraga masyarakat, yaitu olahraga yang tumbuh dan berkembang secara turun-temurun di masyarakat. Contohnya seperti layangan, gasingan, senam jantung, senam asma, sepak bola sarung, dan sebagainya. Seluruh olahraga berbasis partisipasi ini dihimpun dalam Kormi.

Saat ini, tercatat ada sekitar 90 jenis olahraga masyarakat yang diakui secara nasional dan mendorong masyarakat untuk aktif bergerak.

Keempat, olahraga industri, yang berperan dalam penyelenggaraan event-event besar dan didukung oleh sektor industri.

Jadi, keempat bidang ini saling terhubung dan saling melengkapi.

Perbedaan antara KONI dan KORMI cukup jelas. KONI lebih fokus pada pencapaian prestasi olahraga. Sedangkan KORMI berfokus pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam olahraga sebagai bagian dari gerakan hidup sehat.

KORMI memiliki target besar: pada tahun 2035, sebanyak 70 persen masyarakat Indonesia aktif berolahraga. Ini tidak bisa hanya dilakukan lewat jalur pendidikan atau prestasi, tapi harus melalui pengembangan olahraga masyarakat.

Sebagai perbandingan, peserta PON mungkin hanya mencapai 10 ribu orang karena seleksi yang sangat ketat.

Sementara itu, dalam ajang Fornas terakhir di Jawa Barat, jumlah peserta hampir mencapai 23 ribu dari seluruh provinsi. Padahal KORMI baru dikenal lima tahun terakhir. Ini menunjukkan potensi yang sangat besar dan harus terus disosialisasikan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved