Berita Terkini Nasional

Anggota Paskibraka Asal NTT Dapat Uang Rp 50 Juta, Sempat Gadaikan Ponsel untuk ke Jakarta

Paulus Gregorius Afrisal, anggota Paskibraka nasional dari Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, menerima hadiah uang sebesar Rp 50 juta dari presiden

Editor: Teguh Prasetyo
Dok Istimewa
PASKIBRAKA NTT - Paulus Gregorius Afrizal yang terpilih jadi Paskibraka Nasional 2025 mewakili Nusa Tenggara Timur (NTT). 

“Saya ingin meringankan beban orangtua saya. Jadi saya menyisihkan waktu untuk berjualan, latihan, dan tetap sekolah. Saya juga seorang atlet karate,” ujarnya.

Sementara dilansir dari Kompas.com, sang ibu, Magdalena Juliana (40), sangat bangga akan pencapaian putranya.

Selama proses seleksi ia menceritakan bahwa putranya mendapat bantuan dari berbagai pihak selama mengikuti seleksi.

Paulus terlahir dari keluarga sederhana.

Ia anak pertama dari enam bersaudara.

Juliana mengaku sempat kebingungan soal biaya Paulus yang hendak berangkat ke Jakarta untuk mengikuti seleksi di tingkat nasional.

"Setelah lolos provinsi, saya bingung biaya untuk ke nasional. Ada satu kali medical check up yang harus diulang di Maumere. Biayanya Rp 175.000, sementara kami tidak punya uang sama sekali," katanya.

Juliana tak ingin mengecewakan putranya. Ia tetap mengusahakan biaya tersebut dengan menjual perabotan rumah tangga.

"Malam itu saya bilang ke Afril, 'Kita tidak punya lagi apa-apa yang bisa dijual. Biar mama jual kompor saja'. Besok paginya saya antar dia ke sekolah, lalu saya ke teman untuk menawarkan kompor," katanya.

Akhirnya, Juliana mendapatkan pinjaman uang. Belum selesai sampai di situ, Juliana juga sempat menggadaikan ponsel milik adik Paulus.

"Waktu mau berangkat ke Kupang, kami hanya punya bantuan Rp 500.000 dari Kesbangpol Kabupaten Sikka, tapi itu tidak cukup. Saya terpaksa pinjam uang lagi dan menggadai HP adik Paulus, yang penting bisa sampai Kupang," ujar dia.

Paulus sendiri diketahui selalu membantu sang ibu saat berjualan bakso pentol hingga jagung bakar.

"Selain dia (Paulus) membantu saya di rumah, dia juga membantu saya mencari maksudnya untuk kebutuhan sehari-hari di rumah toh," kata Juliana.

Menurut Juliana, putranya pun mencari uang tambahan untuk keluarga dengan menjadi tukang ojek setelah pulang sekolah.

Selain itu, kata Juliana, Paulus merupakan anak yang pintar di sekolah.

Dia selalu mendapat peringkat atau rangking di kelasnya bahkan masuk dalam lima besar.

"Setiap hari Sabtu itu kan mereka eskulnya (ekstra kulikuler) bahasa Jerman. Terus setiap sore setiap hari setelah pulang sekolah dia istirahat di rumah sebentar, lalu dia menyelesaikan pekerjaan rumah seperti masak, beres rumah, itu baru dia pergi karate," pungkasnya.

(kompas.com)

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved