Chat WA Terakhir Mertua ke Brigadir Esco, "Nak, di Mana Kamu?"

Mertua Brigadir Esco Faska Rely, yang tewas terjerat tali, mengurai pesan singkatnya alias chat kepada anak menantunya, sebelum ditemukan tewas.

TribunLombok.com/Istimewa
EVAKUASI JASAD - Tim Inafis Polres Lombok Barat saat mengevakuasi mayat Brigadir Esco Faska Rely (29), anggota Intel Polsek Sekotong yang ditemukan tewas mengenaskan di bukit belakang pemukiman warga di Desa Jembatan Kembar. Mertua Brigadir Esco mengurai chat WA terakhirnya ke anak menantunya itu. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Lombok Barat - Mertua Brigadir Esco Faska Rely, yang tewas terjerat tali, mengurai pesan singkatnya alias chat kepada anak menantunya.

Chat melalui aplikasi WhatsApp (WA) tersebut dikirimkan mertua Brigadir Esco, H Saiun, sebelum jasad anggota Kepolisian Sektor Sekotong, Lombok Barat, itu ditemukan.

Sayangnya, chat WA tersebut tak terkirim ke ponsel Brigadir Esco.

Brigadir Esco ditemukan tewas dalam kondisi terjerat tali di lehernya di kebun yang tak jauh dari rumahnya. Namun, kematian anggota polisi tersebut menyisakan sejumlah kejanggalan, baik itu di keluarga maupun di warga.

Sekotong adalah kecamatan yang terletak di Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Wilayah ini dikenal memiliki potensi pariwisata yang sangat besar. Sekotong berada di bagian barat daya Pulau Lombok. Wilayah ini didominasi oleh perbukitan, teluk, dan garis pantai yang indah.

Potensi utama Sekotong adalah sektor pariwisata. Terdapat banyak pantai dan gugusan pulau-pulau kecil (gili) yang masih alami dan belum sepadat gili di bagian utara Lombok. Beberapa gili terkenal di antaranya, Gili Nanggu, Gili Sudak dan Gili Kedis, serta Gili Gede.

Selain pariwisata, masyarakat Sekotong juga beraktivitas di sektor perikanan dan pertanian. Pemerintah daerah menganggap Sekotong sebagai kawasan strategis untuk pengembangan masa depan Kabupaten Lombok Barat.

Dikutip Tribunlampung.co.id dari TribunLombok.commertua Brigadir Esco, H Saiun, yang menjadi orang pertama yang menemukan jasad menantunya, mengungkap kesedihan keluarga.

Satu di antaranya yakni lantaran sang cucu, anak kedua Brigadir Esco, terus-menerus menanyakan keberadaan sang ayah.

“Sedih saya kalau anaknya yang paling kecil nanyain, mana Bapak? Saya sayang sama Bapak? Ketika itu langsung saya chat lewat WA, nak di mana kamu, kapan pulang, begitu saya bilang, siapa tau dia mau terbuka sama saya,” ceritanya.

Namun, pesan tersebut tidak pernah dibalas. Status pesan hanya centang satu, tanda bahwa pesan tidak pernah diterima oleh ponsel korban.

Saiun menjelaskan, posisi korban yang terikat tali tidak menjulur dari atas ke bawah, namun dari samping dengan posisi tergantung di pohon yang terbilang kecil.

“Masyarakat di sini nggak ada yang percaya dia meninggal karena gantung diri, apalagi saat saya pertama kali menemukannya, tali yang menggantung lehernya itu dia kendor, dan juga posisinya dia terlentang miring,” kata Saiun.

Saiun juga menyebut bahwa selama ini menantunya dikenal sebagai sosok yang baik, tidak memiliki masalah dengan masyarakat ataupun keluarganya.

Brigadir Esco dilaporkan mulai hilang kontak sejak 19 Agustus 2025. Keluarga sempat berupaya mencarinya, bahkan sampai meminta bantuan dukun.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved