Laporan Reporter Tribun Lampung Eka Ahmad Sholichin
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Peristiwa kericuhan antar mahasiswa saat pemilihan raya (Pemira) di kampus UIN Raden Intan tentunya sangat disayangkan dan mencoreng institusi pendidikan.
Pernyataan tersebut diungkapkan Karwono, Dewan Pendidikan Lampung saat dihubungi, Kamis (29/11/2018).
"Demokrasi pada prinsipnya merupakan alat bukan tujuan. Tapi sekarang ini orang mengejar alat namun lupa terhadap tujuan. Sebenarnya apasih yang ingin dicapai dengan pelaksanaan pemira tersebut," paparnya.
Menurutnya, ini menjadi problema karena ketika ingin mencapai suatu kebenaran sepatutnya dilakukan dengan langkah-langkah yang benar.
• Buntut Pemilihan Raya BEM UIN Raden Intan: Mahasiswa Saling Lempar Kursi, 10 Orang Luka-luka
Kampus sebenarnya bukan tempat ajang politik namun kalau itu sudah dipolitisir tentu hal yang salah. Belajar teori politik boleh di kampus namun kalau bermain politik/politik praktis seyogyanya bukan di kampus.
"Sama halnya belajar teori sepak bola di kelas namun bermain sepak bola tempatnya bukan di kelas. Maka menjadi keliru jika bermain sepak bola dilakukan di kelas," tuturnya.
"Maka cobalah berpikir berdasarkan langkah-langkah ilmiah yang netral. Jangan hanya mengedepankan emosional. Karena kalau menonjolkan emosional maka sulit untuk menerima suatu kebenaran karena kebenaran dilakukan dengan kebenaran akal," lanjutnya.
Ia mengatakan walaupun terjadi perbedaan tentunya untuk mencapai sepakat perlu dilakukan langkah-langkah yang baik tidak sepatutnya di dunia pendidikan malah melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti itu.
• VIDEO - Maruf Amin Bicara tentang Ekonomi Syariah di UIN Raden Intan Lampung
Pelaksanaan pemira di lingkungan kampus semestinya dilakukan dengan azas atau langkah-langkah yang benar bukan malah sebaliknya.
"Sehingga bisa menjadi contoh bagi masyarakat bahwa tatanan kehidupan ilmiah untuk mencapai suatu proses melalui tahapan-tahapan yang baik," tukasnya.
Mahasiswa UIN Raden Intan bentrok. Terjadi baku hantam antarmahasiswa di kampus Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Rabu (28/11) pagi.
Ini buntut dari polemik hasil Pemilihan Raya Badan Eksekutif Mahasiswa (Pemira BEM UIN Raden Intan) tingkat universitas, fakultas, dan jurusan.
Peristiwa berawal dari puluhan mahasiswa yang berkumpul di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, tepatnya di sekitar Tempat Pemungutan Suara.
Mereka menyatakan penolakan terhadap hasil Pemira Calon Gubernur dan Wakil Gubernur BEM Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Mereka menuntut pemira ulang.