dr Rani Himayani Sp.M dari Lampung Eye Center mengatakan, para penderita itu baru menyadari terkena papiledema saat sudah mencapai tahap kronik.
Saat sudah sadar mereka baru datang ke dokter untuk berobat.
Penderita Papiledema yang terjadi pada usia produktif dan tidak mendapat penanganan segera akan berdampak turunnya kinerja dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Papiledema tersebut lambat disadari penderita karena peningkatan tekanan intrakanial yang disebabkan adanya tumor atau non tumor seperti infeksi, cedera kepala yang menyebabkan perdarahan otak karena kecelakaan.
• Kenali Gejala Malnutrisi, Bisa Serang Usia Dewasa
"Penderita tidak menyadari kalau adanya massa tumor atau cedera kepala juga bisa menyebabkan peningkatan tekanan intrakanial yang memicu papiledema".
"Pasien baru tahu setelah papiledema sudah sampai tahap kronik dan penglihatan sudah buruk" kata dr Rani.
Dokter yang juga dosen Fakultas Kedokteran Unila itu sangat menyarankan masyarakat untuk dan memahami gejala papiledema.
Kenali juga penyebab papiledema yakni, tumor otak, hidrosefalus, meningitis, pendarahan otak akibat cedera kepala, dan tekanan darah yang terlalu tinggi.
"Jika memahami gejala dan mengenali penyebabnya, pengobatan papiledema bisa dilakukan lebih cepat, karena jika papiledema dibiarkan 6 sampai 8 minggu bisa menjadi atrofi papil yang bisa menyebabkan kebutaan permanen".
"Jika sudah atrofi maka tidak bisa dikembalikan lagi penglihatannya," ujarnya.
Terhadap pasien Papiledema, dokter akan melakukan pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan lapang pandang, pemeriksaan warna dan sensitivitas kontras, bagian depan mata.
• Kenali Gejalanya, Virus Influenza Tipe A Bisa Picu Kematian
Setelah itu dilanjutkan pemeriksaan bagian belakang mata untuk melihat papil saraf mata.
Dokter juga akan melakukan CT Scan/MRI kepala untuk mengindentifikasi penyebab papiledema.
Misal, tumor otak, hidrosefalus, atau penyebab lain.
Setelah dilakukan pemeriksaan dokter akan melakukan pengobatan.