Siapa mereka? "Mereka itu tukang perahu yang menyeberangkan pengunjung dari dermaga di Sari Ringgung ke sini," jelasnya.
Mereka dulunya nelayan, namun kemudian diberdayakan oleh Thomas dengan menjadi ojek perahu.
Thomas sadar, mengelola Tegal Mas tidak akan ada manfaatnya jika hanya sekedar mengejar keuntungan belaka tanpa membantu taraf ekonomi masyarakat yang ada di sekitar.
• Trauma Melihat Suami, Istri Polisi di Bandar Lampung Jatuh Pingsan Saat Sidang Kasus KDRT
• Pria Tak Mempan Ditusuk sampai Pisau Bengkok Lantaran Jimat Kebal, Tewas Setelah Dihantam Batu
Para nelayan dari sekitar pulau dulunya melaut mencari ikan dua sampai empat hari dan ketika pulang ke rumah membawa uang Rp 300 ribu.
Setelah direkrut oleh Thomas dengan menjadi ojek perahu, dalam sehari mereka bisa membawa pulang sampai Rp 500 ribu.
Di Tegal Mas beroperasi sekitar 140 tukang perahu. Mereka semua dari kalangan nelayan yang beralih profesi menjadi ojek perahu.
Dengan penghasilan yang lumayan, kesejahteraan mereka juga terangkat.
Anak-anaknya pun bisa bersekolah dengan baik. Bahkan, istri mereka pun diberi pekerjaan sehingga lebih optimal.
"Saya ingin Tegal Mas ini membawa juga manfaat bagi masyarakat sekitar, termasuk manfaat ekonomi," ujar Thomas yang saat bersama Tribun, ditemani oleh Mr Khaled, seorang kawannya yang pensiunan jenderal polisi di Arab Saudi.
Saat berkeliling melihat cottage atau villa terapung di atas laut, ada hal menarik.
Di salah satu keramba terlihat beberapa ekor hiu yang masih kecil.
Malah, di bawah cottage biasanya ada penyu yang bebas berkeliaran, namun karena sekarang ini sedang dalam masa bertelur, dipindahkan agar tidak terganggu oleh aktivitas pengunjung.
Thomas mengatakan, dalam mengelola Tegal Mas, ia sangat concern menjaga kelestarian lingkungan di kawasan itu agar tidak dirusak oleh para penyelam.
Termasuk hiu yang ia jaga benar habitat dan kelangsungan hidupnya.
Untuk perhatiannya pada hiu, Thomas punya cerita tersendiri.
• Tim Relawan: Lampung Lebih Layak Jadi Ibu Kota Negara