Rincinya, dari mempersiapkan kawin dan bertelur lima sampai dengan 10 hari.
Selanjutnya, burung kenari betina ngeram selama 14 hari.
Telur menetas hingga anakan itu sudah bisa mandiri dan dapat dipisahkan dari induknya, berusia sekitar 26 hari.
Beternak burung kenari ini pun tidak memerlukan lahan yang luas.
Sehingga tidak menjadi kendala bagi Heru yang tinggal di rumah tidak berhalaman luas.
Heru beternak lima indukan kenari di dalam kamar tidurnya.
Sehingga Heru berbagi kamar tidur dengan burung-burung kesayangannya tersebut.
Menurut Heru, terpenting rajin membersihkan supaya kamar tidurnya tetap nyaman untuk beristirahat.
Kenyamanan itu membuatnya tetap segar ketika bangun pagi, pukul 07.00 WIB.
Setelah cuci muka, dan gosok gigi, Heru memulai aktivitas merawat burung-burungnya.
Seperti membersihkan kandang, memandikan burung dan memberi makan.
Perawatan ekstra hanya diberikan bagi indukan yang sedang mengasuh baby kenari. Yakni dengan memberikan makan teratur antara lima sampai enam jam sekali.
Baru sekitar pukul 14.00 WIB setiap harinya, Heru berangkat bekerja sebagai terapis. Kembali ke rumah pukul 19.30 WIB langsung menangani burung-burungnya kembali.
Heru bukan sebagai penerima bantuan pemerintah di tengah pandemi Covid-19.
Kendati begitu, dia pernah mendaftar sebagai peserta program prakerja.
Namun namanya tidak lolos.
Sementara itu, Heru tidak pernah mengharapkan bantuan langsung tunai (BLT) bagi masyarakat prasejahtera. (Tribunlampung.co.id /Robertus Didik)