Sama halnya dengan pecinta burung kicau.
Mengurus burung di rumah menjadi kesibukan di tengah pembatasan aktivitas akibat pandemi Covid-19.
Tidak hanya merawat untuk mendapat kicauan merdu dari jenis burung yang diinginkan, kegiatan menjodohkan dan mengawinkan burung menghasilkan anakan yang bernilai ekonomi.
Yohanes Heru (42), yang kesehariannya bekerja sebagai terapis pijat refleksi di ibu kota Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung ini melihat peluang atas hobi yang digelutinya memelihara burung kenari.
Penghasilannya sebagai terapis turun hingga 50 persen di masa pandemi covid-19 seperti saat ini.
Beruntung pria yang akrab disapa Heru ini mendapat pemasukan lain dari beternak kenari.
Pasaran burung kenari stabil dibandingkan dengan burung love bird yang sedang anjlok.
Bahkan harga burung kenari di masa pandemi meningkat.
Harga burung kenari (bahan) berkisar Rp 180 ribu sampai dengan Rp 250 ribu per ekor.
Harga itu pun untuk jenis burung kenari lokal.
Heru mulai serius beternak burung kenari sejak Juli 2020.
Sampai Oktober 2020 dengan lima indukan, Heru sudah menghasilkan 23 ekor anakan kenari.
Hasil produksi tersebut selama tiga bulan, sedikitnya Heru memperoleh omset Rp 4.140.000.
"Butuh ketelatenan, ketelitian, dan sabar," ujar Heru ketika ditemui tribunlampung.co.id, Senin, 12 Oktober 2020.
Merawat burung kenari hingga menghasilkan anakan yang sudah mandiri butuh waktu kurang lebih 50 hari.