Mesuji

5 Sapi di Mesuji Sakit Mulut-Kuku, Pemda Turunkan Dokter Hewan ke Desa-desa

Editor: Reny Fitriani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Sapi - 5 Sapi di Mesuji sakit Mulut-Kuku, Pemda turunkan dokter hewan ke desa-desa.

"Sampai hari ini belum ditemukan kasus kematian ternak akibat PMK. Jadi harus terus diantisipasi, dan berikan sosialisasi kepada peternak dan kelompok ternak," ujarnya.

Ia juga mengintruksikan, Satgas yang akan dibentuk dapat bekerja dengan cepat mengantisipasi masuknya PMK ke Lamteng, dengan cara, memeriksa setiap hewan di tiap kelompok tani dan mengawasi hewan yang akan masuk dan keluar dari Lampung Tengah.

Kepada para kelompok ternak dan peternakan, ia mengimbau untuk rutin atau rajin menjaga kebersihan kandang, memvaksin hewan ternak, pemberian disenfektan dan saling berkoordinasi dengan pihak terkait.

"Apabila nantinya ditemukan penyakit PMK di Lampung Tengah, Satgas harus bekerja semaksimal mungkin untuk menghadapi dan mencegah supaya tidak merebak dan merugikan perternak, mengingat sebentar lagi mendekati Idul Adha," ujar dia.

Belum Ada Kasus

Sementara Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Metro belum menemukan kasus Foot and Mouth Disease (FMD) atau penyakit mulut kuku pada hewan ternak di wilayah setempat.

Kasi Peternakan DKP3 Kota Metro Putri Mustika Rahmatin mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum menemukan maupun mendapat laporan kasus penyakit mulut kuku.

"Sampai hari ini Metro masih nihil," ujarnya, Senin.

Ia mengungkapkan, penyakit mulut kuku disebabkan oleh virus tipe A dari Familiy Picornaviridae Genus Apthovirus yang dapat menyerang hewan berkuku genap. Seperti sapi, kerbau, babi, kambing dan domba.

Adapun hewan ternak yang terindikasi tertular secara klinis dapat dilihat dari gejala awal.

Yakni mengalami demam tinggi antara 39 hingga 41 derajat celcius.

Dengan masa inkubasi demam bisa sampai 14 hari. Pada hari ketujuh biasanya disertai hilangnya nafsu makan, timbul luka lepuh seperti sariawan di dalam rongga mulut, lidah, gusi, bibir dan kuku.

"Nah, gejala klinis ini bisa dilihat secara jelas. Dan virus penyakit ini bukan merupakan fenomena yang baru di Indonesia. 30 tahun yang lalu kita pernah kena juga. Tapi sejak tahun 1986 dunia peternakan di Indonesia bebas dari virus ini. Kemudian secara resmi tahun 1990 Kementerian Petrenakan menyatakan Indonesia bersih," bebernya.

Ia mengaku, sejak 5 Mei ditemukan laporan kasus di Jawa Timur dan dilakukan penelusuran ditemukan terkonfirmasi positif paparan virus di wilayah Jawa Timur dan Aceh.

Menurutnya, penyebaran virus mulut kuku dapat terjadi melalui kontak langsung antara hewan ternak.

"Kemudian makanan ternak yang terkontaminasi dan juga melalui manusia yang mengkonsumsi daging ternak yang sudah terpapar. Tapi, belum ada penelitian resmi dan membuktikan bahwa virus tersebut dapat menyerang manusia ketika mengkonsumsi daging hewan yang terpapar," tuntasnya.

(Tribunlampung.co.id/byu/rga/sam/dra)

Berita Terkini