"Kita juga belum punya bukti digital bahwa suara kita memang benar-benar sudah disampaikan," kata salah satu koordinator aksi.
"Apabila dalam 1x24 jam tidak ditindaklanjuti maka kami akan membawa aksi yang jauh lebih besar," pungkasnya.
Aksi unjuk rasa gabungan mahasiswa dari Aliansi Lampung Memanggil ini merupakan buntut dari kebijakan kenaikan harga BBM yang ditetapkan pemerintah beberapa waktu lalu.
Pantauan Tribunlampung.co.id, beberapa kali sempat terjadi perdebatan antara petugas keamanan dan massa.
Hingga pukul 14.30 WIB, rombongan massa masih berusaha untuk memasuki area kompleks DPRD Provinsi Lampung.
Rombongan massa aksi ini pun berusaha merobohkan kawat berduri yang terpasang.
Massa juga melakukan aksi bakar ban bekas sebagai bentuk kekecewaan terhadap aspirasinya yang tidak didengar.
"Kami datang untuk untuk menyampaikan aspirasi, tapi malah dihadang kawat berduri," ujar salah seorang orator wanita.
"Kami hanya ingin didengar, bukan cuma mengatasnamakan rakyat tapi yang dilakukan untuk kepentingan sendiri, kalian lah sebenarnya pencuri hak-hak rakyat," imbuhnya.
Mahasiswa ini pun menuntut agar anggota DPRD Lampung mau menemui mereka untuk melakukan sidang rakyat.
Juru bicara aksi, Putra mengatakan pada aksi kali ini mahasiswa menyampaikan enam tuntutan.
"Kami dari gabungan Aliansi Lampung Memanggil yang turun hari ini sekitar 500-1,000 orang," ujar Putra.
"Kami ingin menyampaikan enam tuntutan yang intinya menolak semua kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat," imbuhnya.
( Tribunlampung.co.id / Hurri Agusto )