Ia mengaku dalam usaha ini, kendalanya pendanaan dan bahan baku.
Bahan baku adalah buah jengkol yang musiman.
Jika sedang tidak musim, harga jengkol bisa berkali lipat dari harga normal.
“Biasanya kalau lagi musim, harga buah jengkol Rp 21-23 ribu perkilogram, tapi kalau gak musim bisa capai Rp 50 ribu perkilogram,” ujarnya.
Dari usahanya tersebut, bisa menutupi kebutuhan sehari-hari seperti jajan anak.
Usahanya dilakoni tidak setiap hari, melainkan ada pesanan dan modal.
Namun jika memang ada pesanan banyak, tentu tetap dibuatkan.
Jengkol yang dijadikan keripik merupakan buah jengkol tua.
Jika masih muda, tentu akan berimbas pada rasa pahit setelah jadi keripik.
Untuk proses pembuatan keripik jengkol sendiri, lanjut Budi, awalnya buah jengkol di belah menjadi dua setelah dikupas kulitnya.
Selanjutnya dilakukan perendaman menggunakan air bersih.
Perendaman buah jengkol bisa dilakukan setengah jam, paling lama satu jam, selanjutnya ditiriskan.
Buah jengkol yang sudah direndam, selanjutnya digoreng.
Penggorengan juga tidak asal memakai minyak.
Ia dan istri menggunakan minyak kemasan, hal ini untuk menjaga kualitas keripik jengkol.