Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Apresia (13), siswa putus sekolah karena keterbatasan orang tua tidak memiliki transportasi untuk antar jemput sekolah dan faktor ekonomi mengaku sedih tidak bisa melanjutkan sekolahnya.
Diketahui, orang tua dari siswa viral yang putus sekolah di Bandar Lampung mengaku dirinya terpaksa tidak menyekolahkan anaknya karena faktor ekonomi.
Baca juga: Kakak Adik Bandar Lampung Viral Tak Sekolah, Orang Tua: Makan Saja Susah
Baca juga: Orang Tua Tak Punya Kendaraan dan Penghasilan, Anak Viral Putus Sekolah
Adapun kakak adik di Bandar Lampung viral karena putus sekolah melalui video berdurasi 48 detik yang beredar di media sosial.
"Iya saya sudah tidak sekolah, harapannya bisa sekolah lagi dan seharusnya saya sudah SMP," tutur Apresia saat diwawancarai Tribun Lampung di rumahnya di Jalan Cempaka III, Kelurahan Way Kandis, Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung, Sabtu (16/9/2023).
Semenjak pindah ke Way Kandis ia tidak pernah berkomunikasi lagi dengan teman-temannya.
Apresia menginginkan agar bisa sekolah lagi dan bisa menggapai cita-citanya yakni untuk menjadi Polwan.
"Kalau cita-cita mau jadi polwan, pingin saja dan kalau bisa sekolah lagi. Saya janji akan belajar sungguh-sungguh," terangya.
Ia seharusnya kelas X jenjang SMP dan ke depannya jika diberikan kesempatan dirinya mau kejar paket.
Orang Tua: Makan Saja Susah
Aris Mugiarto (46) orang tua dari siswa viral yang putus sekolah di Bandar Lampung mengaku dirinya terpaksa tidak menyekolahkan anaknya karena faktor ekonomi.
"Kami tidak biaya antar jemput jika harus sekolah di sana, karena kami sekeluarga makan saja susah," kata Aris Mugiarto, ayah dari siswa putus sekolah saat diwawancarai Tribun Lampung di sekolahnya, Sabtu (16/9/2023).
Ia hanya mengandalkan jasa service elektronik dan menjadi juru parkir di rumah makan Pondok Minang, Way Halim.
"Kalau jasa membenarkan elektronik itu tidak tentu, kalau ada yang membentulkan elektronik bisa dapat jasa. Tapi kalau tidak ada yang membenarkan elektronik saya tidak dapat uang," tuturnya.
Ia mengaku harus memutar otak agar tetap bertahan hidup.
"Makanya saya jadi juru parkir dan setiap parkir hanya dapat Rp 35 ribu dan uang itulah untuk menghidupi kami," kata Aris.