“Kalau ke saya, enggak ada.”
"Beberapa wartawan bertanya tentang beberapa hal. “Udah sih, bantu saya dalam proses ini. Jangan tanya-tanyain saja,” kata saya mencoba mengelak.
“Mbak, kalau nanya-nanya kan boleh aja. Yang gak boleh itu kan menulis,” kata salah seorang wartawan.
"Kami pun tertawa bersama. Setelah bercakap-cakap sedikit, aku pun melanjutkan perjalanan menuju Kantor Pengadilan, untuk mencari data persoalan yang sedang kuurus.
"Ketika hasil seleksi administrasi pendaftaran Bawaslu Lampung tempo hari, seorang teman menghubungi saya.
"Dia mempertanyakan, saya maju dengan rekom dari mana. Ungu atau Pink.
“Maksudnya apa?” tanyaku sambil mengerutkan kening.
“Iya, mbak maju dari jalur Ungu atau Pink?”
“Waduh, maksudnya apa ya?” Aku tak mengerti.
Dia pun menjelaskan, apa makna Ungu dan Pink itu.
“Wah, saya ini sedang nyalon Bawaslu lho. Bukan nyalon kepala daerah,” sahutku.
“Iya mbak, paham. Tapi ini gak bisa asal maju-maju aja. Harus ada rekom. Semua sudah dipetakan dari awal.”
“Saya serius mbak. Ada orang penting yang mempertanyakan Mbak Ila. Katanya Mbak Ila punya peluang besar untuk jadi,” katanya agak menekan.
“Saya pakai perahu Nabi Nuh,” jawabku ketus.
“Mbak. Rezeki itu selain garis tangan, ada campur tangan dan ikhtiar manusia,” katanya mengencang. Saya malas meneruskan obrolan. Kenapa dia yang jadi ceramah agama, pikir saya.