Demo Guru Honorer di Lamteng

18 Tahun Mengajar, Warjan Cuma Ingin Diangkat PPPK Penuh di Lampung Tengah

Penulis: Fajar Ihwani Sidiq
Editor: Tri Yulianto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warjan mengabdi sebagai tenaga pengajar atau guru SD dan inginkan diangkat jadi PPPK penuh bukan paruh waktu.

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Lampung Tengah - Warjan dan ratusan guru honorer lain di Kabupaten Lampung Tengah meluapkan keluhannya saat aksi unjuk rasa di kantor Pemdan dan di kantor DPRD setempat.

Sudah 18 tahun Warjan mengabdi sebagai tenaga pengajar atau guru SD di Kecamatan Bumi Nabung, Lampung Tengah tapi sampai hari ini dirinya masih berstatus honorer. 

Dirinya mengaku, sejak 2006 hingga memasuki awal tahun 2025 ini dia hanya satu capaian yang dia inginkan saat menjadi seorang guru, yakni diangkat PNS.

Warjan sudah 2 kali ikut penjaringan CPNS dan 4 kali ikut penjaringan PPPK, tapi semuanya gagal. 

"Sekarang status saya sebagai honorer atau PPPK paruh waktu. Dengan pengabdian saya selama ini, saya tentunya pingin diangkat sebagai PPPK full time, bukan hanya paruh waktu saja," katanya di sela-sela unjuk rasa, Senin (13/1/2025).

Dalam kesehariannya Warjan mengajar sebagai guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Kampung Bumi Nabung Ilir, Kecamatan Bumi Nabung.

Dia mengaku, sepanjang dia mengajar di sekolah tersebut, gajinya tidak pernah tetap atau selalu berubah-ubah.

Dengan posisinya sebagai kepala keluarga, tentu Warjan juga butuh kepastian gaji untuk menunjang hidupnya.

"Saya dua tahun pertama digaji Rp 400 ribu per bulan, kemudian Rp 250 ribu per bulan, pernah naik jadi Rp 1,2 juta per bulan, dan terakhir Rp 800 ribu sebulan," ungkapnya.

"Gaji saya berubah tiap ganti kepala sekolah, besar kecilnya gaji saya ya yang nentukan kepala sekolah," tambah dia.

Menurut Warjan, dia dan honorer lain pun tidak puas dengan hanya menyandang status R2 dan R3 untuk saat ini.

Meskipun mendapatkan NIP dan berstatus PPPK paruh waktu, dia tetap saja minder dengan "anak baru" yang sekarang sudah diterima PNS atau PPPK tanpa ribet.

Sehingga, dia pun rela menempuh jarak 70 kilometer untuk bersama tenaga honorer lainnya menyampaikan keluhan dalam aksi unjuj rasa hari ini.

"Kami adalah tenaga non-ASN yang sudah mengabdi puluhan tahun, bahkan ada yang 20 tahun. Tentu saja pengakuan, kepastian pekerjaan, serta legalitas dari pemerintah yang kami tuntut paling pertama," ungkapnya.

Warjan pun senpat dicegah oleh kepala sekolah tempat dia mengajar agar mengurungkan diri melalukan unjuk rasa.

Halaman
12

Berita Terkini