Untuk kanker, kami sudah menyiapkan SDM serta membuka layanan kemoterapi.
Untuk diabetes melitus, kini tak hanya dialami oleh usia tua, tapi juga remaja. Karena itu, kami membuka klinik khusus diabetes di RSUDAM lengkap dengan konsultannya.
Ini penting agar pasien bisa melakukan pemeriksaan rutin dan berkonsultasi langsung.
Terkait SDM, apa perlu adanya fellowship?
Fellowship ini bagian dari upaya peningkatan kualitas tenaga medis. Kami tidak hanya menambah jumlah SDM, tapi juga meningkatkan kompetensinya.
Selain itu, kami juga terus memperbarui alat-alat medis. Misalnya, saat ini kami sudah memiliki alat laparoskopi 3 dimensi, alat foto retina mata, dan lainnya.
Untuk wilayah Sumatera bagian selatan, fasilitas kami termasuk yang terbaik.
RSUDAM juga melayani pasien luar provinsi?
Ya, karena posisinya strategis dan layanan kami lengkap, kami juga terbuka untuk masyarakat dari provinsi sekitar. Dibanding harus ke Jakarta, mereka bisa datang ke Lampung.
Bagaimana dengan pembiayaan operasional RSUDAM ke depan?
Saat ini kami menggunakan skema BLUD (Badan Layanan Umum Daerah). Tapi kami berharap ke depan bisa lebih mandiri, tidak bergantung pada subsidi.
Kami sedang menjajaki kerja sama dengan pihak swasta. Jadi nantinya swasta bisa membangun sarana, sementara manajemen tetap dipegang oleh RSUDAM. Ini bentuk kerja sama mutualisme.
Dengan status rumah sakit pengampu, apakah pelayanan di RSUDAM meningkat?
Tentu saja. Kami berkomitmen memberi pelayanan terbaik kepada masyarakat Lampung.
Sebagai rumah sakit pengampu regional, kami harus berperan aktif meningkatkan mutu layanan, berkolaborasi dengan pemerintah daerah, dan membuka akses layanan seluas-luasnya.
(Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama)