Tribunlampung.co.id, Lampung Barat - Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BB TNBBS) melakukan mitigasi paska interaksi negatif manusia dengan satwa liar harimau sumatera yang sebelumnya telah menewaskan petani bernama Misni (63) asal Jawa Tengah.
Serangkaian upaya pencegahan dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari BB TNBBS sebanyak 15 orang, BKSDA Bengkulu sebanyak 3 orang, 2 orang anggota Polsek Sekincau, Wildlife Conservation Society Indonesia (WCS-IP) sebanyak 2 orang, dan 30 masyarakat lokal di Umbul 5, Dusun Kali Pasir, Desa Sukabumi, Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampug Barat.
"Pasca interaksi negatif manusia dengan harimau di wilayah setempat, tim gabungan memasang box trap, kamera trap, dan banner imbauan," kata Kepala Balai Besar TNBBS Hifzon Zawahiri saat dikonfirmasi, Selasa (15/7/2025).
Hifzon mengatakan, pemasangan box trap dilakukan oleh BKSDA Bengkulu bersama tim gabungan untuk menangkap harimau yang diduga menyerang korban.
Kemudian, di lokasi sekitar box trap dipasang kamera trap offline untuk memastikan aktivitas harimau di areal tersebut dan yang akan memasuki box trap.
Selain itu, kata Hifzon, dilakukan pemasangan banner imbauan kepada masyarakat di sepanjang jalan umum yang sering dilalui agar meningkatkan kewaspadaan.
"Pada intinya masyarakat dihimbau untuk tidak memasuki kawasan TNBBS, jangan beraktivitas sendirian di kebun atau hutan di jam rawan (Sore hingga pagi hari), dan dilarang berburu satwa yang biasa dimangsa harimau sumatera," kata dia.
"Lebih lanjut, BB TNBBS dan unsur terkait juga berkoordinasi melakukan sosialisasi kepada masyarakat di Pemangku Sidodadi dan Pemangku Gerdai Bawah," imbuhnya.
Sebelumnya, Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BB TNBBS) mengungkap hasil kajian konflik manusia dengan satwa liar atau hewan buas di Lampung Barat paska tewasnya seorang kakek bernama Misni (63 tahun) petani yang tinggal di Pemangku 6 (Kali Pasir) Pekon Sukabumi, Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat.
Kepala Balai Besar TNBBS Hifzon Zawahiri melalui siaran pers nya mengatakan, korban diduga berkontak dengan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) ketika korban pergi ke kebun miliknya.
"Dari peninjauan lokasi dan penggalian informasi yang dilakukan oleh tim, korban biasa beraktivitas di wilayah tanah marga berjarak sekitar 500 meter dari rumah tinggalnya. Pada Kamis, 10 Juli 2025, pukul 07.00 WIB saat itu korban pergi untuk melakukan penyemprotan rumput," ungkap Hifzon, Jumat (11/7/2025).
Hifzon melanjutkan, sekitar pukul 12.00 WIB, korban sempat kembali ke rumah untuk beristirahat, lalu berangkat kembali ke kebun pukul 15.00 WIB.
Namun hingga pukul 17.00 WIB, korban tidak kunjung kembali, sehingga keluarga sekitar pukul 17.30 WIB sebanyak 4 (empat) orang melakukan pencarian dan menemukan barang-barang milik korban seperti HP dan topi di lokasi kebun.
Pihak keluarga yang berusaha mencari korban kemudian menghubungi aparatur pekon untuk meminta bantuan melakukan pencarian.
Pukul 19.00 WIB, pencarian dilakukan oleh pemangku dan warga sekitar ± 20-60 orang, hingga akhirnya pada pukul 19.54 WIB korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia berjarak sekitar 1 km dari lokasi ditemukannya barang-barang korban.
"Upaya pencarian dilakukan dengan dugaan korban diserang hewan buas setelah tim pencari menemukan alat semprot dan sepatu korban dengan bercak darah di lokasi terakhir Misni," ujarnya.
Hifzon juga menerangkan, dari hasil pemeriksaan medis dari Puskesmas Batu Brak menunjukkan luka-luka pada tubuh korban, diantaranya luka tusuk bekas gigitan di leher bagian belakang (4 lubang), Luka robek pada bagian leher belakang, dan luka terbuka pada betis hingga paha kanan, dengan kondisi daging habis dan tersisa tulang.
"Dari serangkaian upaya penelusuran oleh tim TNBBS dan keterangan medis tersebut, korban diduga meninggal dunia akibat serangan satwa liar jenis Harimau. Atas permintaan keluarga, korban dimakamkan malam itu juga di TPU Pemangku Sidodadi, Pekon Kota Besi, Kecamatan Batu Brak," kata dia.
Hifzon melanjutkan, penanganan lebih lanjut dilakukan oleh Tim Reskrim Polsek Sekincau, Tim Inafis Polres Lampung Barat, serta tenaga medis Puskesmas.
Aparat dari Koramil Batu Brak dan Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BB TNBBS) turut hadir di lokasi untuk melakukan proses evakuasi dan investigasi awal.
Sebagai langkah lanjutan, tim dari BB TNBBS akan melakukan pemasangan kamera trap di sekitar lokasi kejadian untuk memantau pergerakan satwa serta mengevaluasi potensi konflik lanjutan.
"BB TNBBS juga mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, tidak beraktivitas sendirian di kebun yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan, serta segera melapor apabila melihat tanda keberadaan satwa liar besar di sekitar pemukiman," pungkasnya.
(TRIBUNLAMPUNG.CO.ID/FAJAR IHWANI SIDIQ)