TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Menjelang keikutsertaan dalam ajang Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) VIII di Nusa Tenggara Barat, Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) Lampung membeberkan strategi, target, hingga tantangan yang dihadapi oleh kontingen mereka.
Dalam wawancara khusus bersama Tribun Lampung pada Sabtu (19/7/2025), Ketua Umum KORMI Lampung, Ansori Djausal, dan Sekretaris Umum, Diah Sulastri mengulas secara lengkap perbedaan antara KORMI dan KONI, skema pembinaan atlet, serta fakta bahwa sebagian besar induk olahraga harus berangkat ke Fornas dengan biaya sendiri.
Simak petikan lengkap wawancaranya berikut ini:
Apa itu KORMI? Apa bedanya dengan KONI?
Ansori Djausal: Kita memiliki Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional yang membagi pembangunan olahraga Indonesia ke dalam empat bidang.
Pertama, olahraga melalui jalur pendidikan yang diajarkan langsung di sekolah-sekolah sejak tingkat dasar.
Kedua, olahraga prestasi, yaitu olahraga yang bertujuan mencetak juara di ajang-ajang kompetisi seperti PON dan SEA Games. Bidang ini jadi tanggung jawab KONI.
Ketiga, olahraga masyarakat, yaitu olahraga yang tumbuh dan berkembang secara turun-temurun di masyarakat.
Contohnya layangan, gasingan, senam jantung, senam asma, sepak bola sarung, dan sebagainya.
Seluruh olahraga berbasis partisipasi ini dihimpun dalam KORMI.
Saat ini, tercatat ada sekitar 90 jenis olahraga masyarakat yang diakui secara nasional dan mendorong masyarakat untuk aktif bergerak.
Keempat, olahraga industri yang berperan dalam penyelenggaraan event-event besar dan didukung oleh sektor industri.
Jadi, keempat bidang ini saling terhubung dan saling melengkapi.
Perbedaan antara KONI dan KORMI cukup jelas.
KONI lebih fokus pada pencapaian prestasi olahraga.