Keracunan MBG di ampung
Pengakuan Siswi Keracunan MBG di Lampung, Idap Demam Bolak-balik ke Kamar Mandi
Seusai menyantap menu program MBG, Jumat (29/8/2025) lalu, puluhan siswa SMKN 5 Bandar Lampung mengalami gejala keracunan
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Seusai menyantap menu program Makan Bergizi Gratis (MBG), Jumat (29/8/2025) lalu, puluhan siswa SMKN 5 Bandar Lampung mengalami gejala keracunan.
Bahkan, beberapa di antaranya harus dilarikan ke rumah sakit.
Kasih (16), siswI kelas XI jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), sempat menjalani rawat inap di klinik selama lima hari karena keracunan seusai menyantap MBG.
Ia pun menceritakan kronologi keracunan MBG yang dialaminya.
"Saya makan MBG itu hari Jumat (28/8/2025)," kata Kasih saat diwawancarai di sekolahnya, Rabu (10/9/2025).
Sepulang sekolah, ia mulai merasakan mual dan muntah dan demam. Awalnya ia mengira sakit biasa, namun gejalanya tidak mereda.
"Besoknya hari Sabtu masih bolak-balik kamar mandi, badan juga demam. Akhirnya hari Minggu saya diantar orang tua ke klinik," jelas Kasih.
Setelah dirawat di rumah sakit, Kasih menuturkan gejala mual dan muntah yang dialami tak seketika mereda.
"Pas udah di rumah sakit, saya masih bolak balik kamar mandi sekitar tiga kali sehari. Setelah beberapa haru baru mulai reda sampai akhirnya bisa pulang," imbuhnya.
Setelah dirawat inap selama lima hari di klinik yang tak jauh dari rumahnya di Tanjung Bintang, Lampung Selatan,
Kasih akhirnya diperbolehkan pulang pada Kamis (4/9/2025). "Saya dirawat pakai biaya BPJS," ucapnya.
"Waktu dirawat ada petugas (SPPG) dua orang yang datang ngasih bantuan itu. Kepala sekolah juga sempat datang jenguk," imbuhnya.
Siswa lain bernama Airin (16) juga mengalami gejala serupa. Siswai kelas XI jurusan Animasi ini mengaku mengonsumsi MBG pada hari Kamis (27/8).
"Hari Jumat saya sudah tidak masuk sekolah. Hari Kamis setelah makan saya langsung mual," ungkapnya.
Airin menjelaskan, seusai menyantap MBG, ia muntah sebanyak dua kali di sekolah.
Lalu di rumah ia muntah lima kali. Ia dibawa orangtuanya berobat ke rumah sakit. "Saya dirawat inap tiga hari di Rumah Sakit Urip," tambahnya.
Setelah dipasang infus, gejala mual dan muntah yang dialaminya baru mereda. Kedua siswa ini mengaku sempat mengalami trauma untuk kembali menyantap menu MBG.
Namun, baik Kasih maupun Airin mengaku tetap mau kembali mengikuti program MBG selagi ada kepastian jaminan keamanan dan kesehatan pada menu yang mereka santap.
Ratusan siswa dari tiga sekolah di Kecamatan Sukabumi, Bandar Lampung mengalami keracunan massal seusai mengonsumsi MBG di sekolah, Jumat (29/8/2025).
Sekolah tersebut ialah SDN 2 Sukabumi, SD di Campang Raya, dan SMPN 31 Bandar Lampung.
Total ada 247 siswa yang mengalami gejala keracunan, dan sebanyak 12 siswa di antaranya harus dirawat di rumah sakit dan puskesmas.
Dinas Kesehatan Bandar Lampung menemukan bakteri Escherichia coli (E.coli) di dalam air bersih dapur MBG Tirtayasa.
Dapur itulah yang menyalurkan menu MBG ke SDN 2 Sukabumi dan SMPN 31 Bandar Lampung.
Kadiskes Bandar Lampung Muhtadi A Tumenggung mengatakan, dalam hasil uji awal, air bersih yang digunakan dalam pengolahan makanan di dapur MBG didapati mengandung bakteri E.coli.
Temuan itu didapat dari hasil inspeksi di dapur MBG di Tirtayasa.
Selain itu, terus Muhtadi, pihaknya menemukan sejumlah pelanggaran standar kebersihan.
Misalnya, ruang penyimpanan dan area pembuatan makanan dinilai tidak memenuhi syarat higienitas.
"Temuan kami langsung kami sampaikan ke Ketua SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi)," ujar Muhtadi, Selasa (2/9/2025).
"Saat itu juga mereka menyatakan akan menghentikan sementara kegiatan dapur sampai kondisi benar-benar steril dan sesuai standar sanitasi," sambungnya.
Hasil pemeriksaan sampel menunjukkan adanya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang digunakan untuk pengolahan makanan.
Meski demikian, Diskes masih menunggu hasil uji laboratorium BBPOM untuk memastikan sumber utama keracunan.
"Dari uji awal memang positif mengandung E.coli. Namun, untuk kepastian dan tindak lanjut lebih detail, kami menunggu hasil resmi dari BBPOM.
Yang jelas, kami sudah memberikan rekomendasi agar sanitasi diperbaiki dan standar keamanan pangan dipenuhi," imbuhnya.
Muhtadi menjelaskan, saat mendapat informasi ada siswa yang keracunan MBG, pihaknya langsung turun ke lokasi bersama BBPOM.
"Awalnya yang kami lakukan adalah memberikan penanganan medis terkait keluhan anak-anak SDN 2 Sukabumi dan SMPN 31 Bandar Lampung.
Satu lagi SD di Campang Raya, yang kebetulan berada di kecamatan yang sama," sebut Muhtadi.
"Total ada 247 siswa yang mengalami gejala keracunan, 12 di antaranya harus dirawat di rumah sakit dan puskesmas," sambungnya.
Ia menyebut, saat ini kondisi anak-anak yang diduga keracunan MBG sudah membaik.
"Alhamdulillah, saat ini kondisi mereka semakin membaik," ucap Muhtadi.
Sementara itu, kata dia, ratusan siswa lainnya menjalani rawat jalan dengan keluhan mual, muntah, serta pusing, dan terus dipantau oleh Puskesmas Campang bersama pihak sekolah.
"Kalau ada perkembangan kondisi siswa, langsung ditangani oleh tenaga kesehatan di lapangan.
Jadi kita terus memantau melalui puskesmas ýang ada," beber dia.
Terkait biaya pengobatan, pihaknya memastikan semua siswa mendapatkan pelayanan gratis.
Perlu Quality Control
Persatuan Chef Profesional Indonesia (PCPI) Lampung menyebut ada berbagai faktor penyebab yang menyebabkan siswa di Lampung keracuanan MBG.
Mulai dari sumber makanan, cara pengolahan, hingga tempat penyimpanan.
Wakil Ketua DPD PCPI Lampung Heny Ismiati menekankan pentingnya kesiapan petugas.
Menurutnya, banyak relawan yang dilibatkan dalam dapur MBG tidak memiliki pengetahuan mendalam tentang pengolahan makanan.
“Maka yang pertama kali harus dibenahi adalah SDM petugas MBG sendiri.
Mereka harus menjalani pelatihan berulang dan mendapat edukasi, mulai dari cara membeli bahan, mengolah makanan, hingga penyajian,” kata Heny kepada Tribun Lampung, Rabu (10/9).
Ia menjelaskan, makanan sangat sensitif sehingga sejak proses pembelian bahan harus selektif dan hati-hati.
“Jangan karena kebutuhannya banyak lalu membeli langsung tanpa dipilih terlebih dahulu.
Supplier juga kadang memberikan bahan secara global tanpa memikirkan kualitas. Hal-hal seperti ini sering luput dari perhatian,” ujarnya.
Heny menuturkan, proses pengemasan dan penyimpanan juga perlu diperhatikan.
Apalagi jika bahan makanan dimasak sekitar pukul 03.00–04.00 WIB, lalu baru dikonsumsi siang harinya.
“Ketika makanan yang masih panas ditutup rapat, sebenarnya itu juga berdampak.
Walaupun dilakukan untuk memastikan pengiriman tepat waktu, tetap ada risiko.
Maka perlu ada quality control di setiap dapur MBG yang bertugas memastikan kualitas dari sumber bahan, pengolahan, hingga distribusi ke sekolah,” tegasnya.
Menurut Heny, petugas quality control ini harus memiliki sertifikat resmi agar lebih terjamin.
Selain itu, dapur MBG juga sebaiknya dilengkapi ruang penyimpanan bahan makanan, terutama sayuran, dengan suhu yang terkontrol.
“Bahan yang bagus bisa dimasak, sementara yang sudah ada indikasi rusak harus langsung dibuang.
Tidak semua dapur punya fasilitas penyimpanan, padahal itu penting,” katanya.
Terkait kandungan gizi, Heny menyarankan petugas dapur menggunakan tabel kebutuhan gizi sebagai acuan.
“Bisa dicetak dan ditempel di dapur. Lalu ada ahli gizi yang standby untuk mengawasi. Ini penting agar asupan yang diberikan benar-benar sesuai kebutuhan anak-anak,” tambahnya.
Ia menegaskan, pembekalan bagi petugas MBG mutlak dilakukan. Pasalnya, banyak ditemukan petugas yang minim pengetahuan soal pengolahan makanan.
PCPI Lampung, lanjut Heny, siap memberikan edukasi dan pelatihan kepada dapur umum atau yayasan penyelenggara MBG.
“Harapannya yayasan melakukan MoU dengan PCPI. Kami siap memberi pelatihan. Karena bicara soal makanan tidak sesimpel yang kita bayangkan.
Memang ada yayasan yang sudah melatih petugasnya, tapi tidak semua. Nah, kami siap membantu, terlebih ini makanan yang akan dikonsumsi anak-anak,” ucapnya.
Ia juga berharap wilayah yang belum memiliki dapur MBG atau baru membangun yayasan segera menggelar pelatihan sebelum program berjalan.
“Hal ini untuk meminimalisir keracunan, diare, dan lain sebagainya,” pungkasnya.(ryo)
Berita Lampung
keracunan
Makan Bergizi Gratis
Bandar Lampung
demam
TribunBreakingNews
Multiangle
Tribunlampung.co.id
siswa
Curhatan Istri Sopir Bank yang Bawa Kabur Uang Rp 10 Miliar |
![]() |
---|
Bhabin Polsek Sukoharjo Bantu Warga Renovasi Rumah di Adiluwih |
![]() |
---|
Raffi Ahmad Digadang-gadang Jadi Menpora Baru, Suami Nagita Slavina Bungkam |
![]() |
---|
Polres Lampung Timur Amankan 262 Butir Hexymer dari 3 Pria Asal Pasir Sakti |
![]() |
---|
Impian Sopir Bank Buka Rental Mobil Pupus, Kasus Pencurian Rp10 M Diseret ke Polisi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.