Berita Lampung

Pariwisata dan Daya Beli Masyarakat Jadi Indikator Melemahnya Perekonomian Lampung 

Perekonomian Provinsi Lampung menjelang akhir tahun 2025 diprediksi cenderung melandai, melanjutkan tren dari tahun-tahun sebelumnya.

|
Penulis: Hurri Agusto | Editor: soni yuntavia
Tribunlampung.co.id/Hurri Agusto
PEREKONOMIAN MELANDAI- Ilustrasi kawasan wisata Way Kambas. Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila Dedy Yuliawan memprediksi perekonomian Provinsi Lampung menjelang akhir tahun 2025 cenderung landai. 

"Sehingga, sektor riil yang memang banyak menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan belum maksimal," tutupnya.

Oleh karena itu, Dedy Yuliawan menyarankan agar kebijakan Pemerintah Provinsi Lampung sebaiknya tidak hanya difokuskan pada jangka pendek.

"Jadi kebijakan Pemerintah Provinsi Lampung sebaiknya jangan di fokuskan hanya pada tahun 2025, tetapi pada jangka panjang," pungkasnya.

Inflasi  0,16 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS Lampung mencatat inflasi sebesar 0,16 persen secara bulanan (month-to-month) pada September 2025.

Bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya (y-on-y), Provinsi Lampung mengalami inflasi sebesar 1,17 persen pada September 2024.

Statistisi Ahli Madya BPS Lampung Nila Fridhowati menyampaikan, tingkat inflasi y-on-y September 2025 ini lebih tinggi dibandingkan September tahun sebelumnya yang sebesar 0,05 persen pada September 2024.

"Inflasi bulanan (m-to-m) tertinggi terjadi pada kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya yang mengalami inflasi sebesar 1,18 persen. Kelompok ini juga memberikan andil inflasi tertinggi sebesar 0,08 persen," kata Nila dalam keterangannya, Kamis (2/9/2025).

Sementata, lanjut Nila, deflasi tertinggi secara bulanan terjadi pada kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya, dengan deflasi sebesar 0,99 persen, dan andil deflasi sebesar 0,02 persen.

Nila pun menuturkan, terdapat lima komoditas utama yang memberikan andil inflasi bulanan (m-to-m) bagi provinsi Lampung.

"Cabai Merah (0,13 persen), diikuti oleh Daging Ayam Ras (0,12 persen), Emas Perhiasan (0,05 persen), Salak (0,03 persen), dan Deodorant (0,02 persen)," lanjutnya.

Di sisi lain, beberapa komoditas juga tercatat mengalami penurunan harga, sehingga memberikan andil deflasi dan menahan laju inflasi secara umum.

"Komoditas penyumbang deflasi bulanan terbesar antara lain Bawang Merah dengan andil deflasi sebesar 0,26 persen, Vitamin (0,03 persen), Tomat (0,03 persen), Makanan Hewan Peliharaan (0,02 persen), dan Susu Cair Kemasan (0,02 persen)," Kata dia.

Secara tahunan (year-on-year), Nila mengatakan, pada September 2025, Provinsi Lampung mengalami kenaikan sebesar 1,17 persen jika dibandingkan dengan bulan September tahun sebelumnya.

Tingkat inflasi y-on-y bulan September 2025, lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar 2,16 persen.

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved