Berita Lampung

Gubernur Mirza: Investasi di Lampung Kian Diminati, Fokus ke Energi Hijau

Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal seusai menghadiri Lampung Investment Forum (LAE) di Ballroom Pulmann Jakarta, Selasa (4/11/2025).

|
Penulis: Riyo Pratama | Editor: Daniel Tri Hardanto
Istimewa
HILIRISASI - Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal saat diwawancarai di kantor Pemprov Lampung, Rabu (5/11/2025). Dia menjelaskan soal Lampung Investment Forum. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Pemprov Lampung membuka ruang seluas-luasnya bagi investor untuk berinvestasi dengan jaminan keamanan, infrastruktur yang siap, dan tenaga kerja yang melimpah.

Hal itu disampaikan Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal seusai menghadiri Lampung Investment Forum (LAE) di Ballroom Pulmann Jakarta, Selasa (4/11/2025). 

Event yang untuk pertama kalinya digelar dengan fokus pada ekonomi dan investasi itu berlangsung sukses.

Menurut Mirza, acara tersebut menghadirkan sejumlah investor besar, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk melihat langsung potensi investasi di Provinsi Lampung.

“Forum investasi ini luar biasa, banyak undangan yang hadir. Semangat para perusahaan untuk berinvestasi di Lampung sangat tinggi,” kata Mirza saat diwawancarai di lingkungan Pemprov Lampung, Rabu (5/11/2025).

Dikatakannya, forum itu menjadi ajang penting untuk memperkenalkan berbagai potensi ekonomi yang dimiliki Lampung, mulai dari sektor pertanian, energi, hingga industri hilirisasi.

“Kita punya banyak potensi, tetapi masih kekurangan industri hilirisasi. Nah, banyak investor yang tertarik dengan energi hijau, seperti etanol, solar cell, dan energi angin,” jelasnya.

Mirza menambahkan, sejumlah perusahaan dari luar negeri telah menyatakan ketertarikannya untuk melakukan survei ke Lampung.

Bahkan, beberapa negara yang selama ini membeli komoditas Lampung melalui pihak ketiga, seperti kopi dan cokelat, kini berencana membeli langsung dari sumbernya.

“Ke depan kita tidak ingin hanya jadi penjual bahan mentah. Kita dorong mereka untuk membangun pabrik di Lampung. Kalau dibuat pabrik, harga produk kita bisa lebih stabil,” tegasnya.

Dorong Hilirisasi

Gubernur juga menyoroti pentingnya diversifikasi produk untuk memperkuat daya saing petani.

Ia mencontohkan potensi etanol dari jagung, singkong, dan molases (ampas tebu) yang bisa menjadi solusi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas lokal.

“Kalau jagung dan singkong bisa diolah jadi etanol, pilihan petani akan semakin banyak dan kompetisi semakin sehat,” katanya.

Dari sisi ketersediaan bahan baku, Mirza memastikan Lampung memiliki suplai yang mencukupi untuk mendukung berbagai investasi tersebut.

“Seluruh komoditas di Lampung sangat layak untuk diolah. Kita surplus banyak. Hal itu juga menjadi perhatian para duta besar dan investor yang hadir, bahkan investor tidak hanya dari Asia, tapi dari Eropa juga sudah mulai menunjukkan ketertarikannaya,” sebut Mirza.

Selain mendorong investasi, pemerintah provinsi juga berkomitmen agar setiap proyek investasi memberikan dampak langsung terhadap masyarakat Lampung, terutama dalam penyerapan tenaga kerja lokal.

“Setiap investasi yang masuk wajib mempekerjakan tenaga kerja lokal. Saat pembangunan, kebutuhan tenaga kerja harus mereka siapkan dan latih sendiri,” tutur Mirza.

Ia menambahkan, setiap investasi senilai Rp 1 triliun di Lampung mampu membuka sekitar 2.000 lapangan kerja.

“Kalau tahun ini ada investasi senilai Rp 12 triliun, berarti ada sekitar 24 ribu lapangan kerja baru yang terbuka,” ungkapnya.

Infrastruktur

Dalam kesempatan itu, Mirza juga menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur, terutama jalan, menjadi fokus utama pemerintah provinsi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mempermudah distribusi hasil pertanian serta investasi.

“Kita akan coba memperbaiki jalan-jalan seprovinsi Lampung. Kita darurat kalau jalan-jalan kita jelek, sedangkan ekonomi kita harus tumbuh dan distribusi harus lancar,” jelas dia.

Menurut dia, banyak harga komoditas saat ini mulai membaik, seperti singkong, jagung, dan padi.

Namun, tanpa dukungan jalan yang baik, potensi kenaikan harga tersebut bisa terhambat.

“Sayang, petani sudah semangat, harga mulai bagus, tapi kalau jalan jelek, pertumbuhan ekonomi akan terhambat,” katanya.

Untuk itu, ia menekankan pentingnya percepatan pembangunan jalan dan infrastruktur pendukung investasi.

“Maka infrastruktur ini harus menjadi prioritas. Kita tidak bisa menunggu dua-tiga tahun lagi, kita akan percepat. Salah satu opsinya adalah dengan peminjaman,” jelasnya.

Mirza menegaskan, pembangunan jalan bukan hanya soal memperbaiki akses, tetapi juga meningkatkan daya saing produk lokal agar dapat bersaing di pasar nasional dan internasional.

“Kita ingin petani dan pelaku usaha yang di pelosok juga menikmati pertumbuhan ekonomi. Semua harus terhubung,” pungkasnya.

(Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved