Lifestyle
Anak Muda Bandar Lampung Sebut Menulis Ruang untuk Berekspresi
Anak muda Bandar Lampung menunjukkan ketertarikan menjadi seorang penulis. Sebut menulis ruang untuk berekspresi.
Penulis: Bintang Puji Anggraini | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Penulis atau penyurat adalah sebutan bagi orang yang melakukan pekerjaan menulis.
Sebutan penulis juga diberikan kepada orang yang menciptakan suatu karya tulis.
Anak muda Bandar Lampung menunjukkan ketertarikan menjadi seorang penulis.
Salah satunya Novian Pratama (27), penulis buku Estetika Kaum Tertindas (antologi esai bersama, 2021) dan Mantra Minak Batin (antologi cerpen bersama, 2024).
“Menulis jadi ruang kita untuk berekspresi dan menuangkan pemikiran, perasaan, dan sikap terhadap berbagai persoalan dengan cara yang kreatif,” katanya, Jumat (10/10/2025).
“Ada ungkapan bahwa sastra adalah pemikiran terbaik yang disampaikan dengan bahasa terbaik dan saya percaya, lewat tulisan, kita bisa mengolah kegelisahan menjadi sesuatu yang bermakna, indah, dan moga-moga ada manfaat,” tambahnya.
Ia menjelaskan sejak aktif di dunia teater dan komunitas seni, ia menemukan bahwa menulis adalah cara kita mewadahi 'keindahan' lewat tulisan.
“Sebelumnya saya juga sudah banyak menikmati karya sastra dari penulis-penulis keren dan sering dibuat kagum,” jelasnya.
“Dari sana, keinginan menulis muncul, biar bisa berbagi rasa asyik ke orang lain. Istilah kerennya: Membagi momen puitik,” tambahnya.
Novian mengaku mulai menulis sekitar tahun 2020, dan karya pertama yang terbit dalam buku antologi Estetika Kaum Tertindas tahun 2021.
“Saya menulis esai dalam buku Estetika Kaum Tertindas (Lampung Literature, 2021), dan cerpen dalam antologi Mantra Minak Batin (Lampung Literature, 2024),” ungkapnya.
“Buku-buku tersebut diterbitkan oleh Lampung Literature. Sekarang sedang ada proyek menggarap novel, semoga selesai tahun ini,” terusnya.
Inspirasi terbesarnya dalam menulis datang dari kehidupan sehari-hari dari orang-orang yang ia temui.
Obrolan kecil, berita-berita di internet, atau pengalaman pribadinya sebagai perantau yang belum lama kenal dengan kehidupan di kota.
“Kalau menulis cerpen bisanya aku butuh waktu hitungan hari atau minggu. Kalau novel (yang sedang saya garap) bisa setahun lebih,” ungkapnya.
Untuk tantangan terbesar dalam menulis adalah menjaga konsistensi dan ketenangan di tengah kesibukan lain.
Sebab menulis butuh fisik dan mental yang siap, dan itu tidak mudah menjaganya karena butuh disiplin dan fokus yang kuat.
“Harapan saya, ingin karya saya ke depan bisa terus berkembang dan punya kesegaran, baik dari segi isi maupun bentuk. Dan yang utama, hasrat untuk belajar, bisa terus terjaga,” tukasnya.
Sementara itu, Khoirul Trian (27), penulis asal Kalianda Lampung, dengan karya buku yang paling boomingnya yaitu Buku "Ayah, Ini Arahnya Ke Mana Ya?",mengatakan suka menulis sejak lama.
Dengan ketekunannya menulis, saat ini bukunya yang berjudul “Ayah, Ini Arahnya Ke Mana Ya?” di angkat menjadi film di layar lebar.
“Saat ini, buku aku baru selesai shooting layar lebar yang dibintangi Rey Bong dan Mawar Eva. Disutradarai oleh Kuntz Agus akan tayang Segera di Bioskop,” ucapnya.
Ia mengatakan bahwa sejauh ini buku dengan judul tersebut sudah terjual Mega Best Seller 250.000+ eksemplar dan meraih berbagai penghargaan.
“Buku aku selain terbit di Indonesia bersama Penerbit Gradien Mediatama (ini merupakan penerbit buku My Stupid Bos), juga terbit di Malaysia dengan edisi bahasa Melayu,” jelasnya.
“Untuk tantangan terbesar aku dalam menulis yaitu untuk terus konsisten sih,” tambahnya.
Ia berpesan untuk generasi muda yang akan terjun ke dunia penulis, agar lebih konsisten dalam menulis dan tidak gampang menyerah.
"Jadi kita tuh cuma harus melakukan yang terbaik setiap hari, karena kita tidak tau di hari apa kita akan beruntung,” ungkapnya.
Tak jauh berbeda, Bintari Citra Kurniawan (22) yang merupakan penulis muda asal Lampung mengatakan bahwa menulis merupakan perwujudan refleksi dan pelukan hangat kepada dirinya sendiri yang pernah rapuh.
“Aku mulai menulis di tahun 2016, saat itu menulis cerita pendek untuk sebuah perlombaan. Kemudian aku mulai menulis buku yang berjudul Lentera Asa,” ujarnya.
“Kalau menulis buku mandiri dan memperoleh ISBN baru di tahun ini. Namun saya pernah memenangkan Lomba Cipta Cerita Pendek (Cerpen) 3x di Tahun 2016, 2018, dan 2019.
Lomba Puisi di tahun 2020, dan menerbitkan 2 Jurnal Shinta 4 di 2023, dan 2025,” ungkapnya.
Bintari menceritakan bagaimana jatuh bangunnya dalam menulis dan juga berkuliah dengan penyakit gangguan mental yang dideritanya.
“Saya mengalami banyak sekali kendala ketika menjadi seorang mahasiswa, saya merupakan penyintas Skizofrenia yang seakan-akan hidup segan, mati tak mau,” ungkapnya
“Namun saya bisa membuktikan bahwa saya bisa bangkit bahkan berhasil meraih title Mahasiswa Berprestasi 1 ITERA 2025, tambahnya.
Untuk itu, dirinya membagikan pengalaman dan cerita jatuh bangunnya dibukunya agar dapat memotivasi sesama mahasiswa untuk terus belajar dan berkembang.
“Inspirasi terbesar dalam menulis adalah diri saya sendiri. Karena ketika saya menulis, saya seperti merefleksikan isi hati dalam berbentuk tulisan,” imbuhnya.
Dalam menulisi buku dirinya membutuhkan waktu 2-3 bulan karena dibarengi dengan penulisan tugas akhirnya.
"Kalau tantangan terbesar menjadi penulis yaitu saat kehilangan motivasi karena ada gangguan mental (kadang menjadi kehilangan minat menulis juga)," tutupnya.
(Tribunlampung.co.id/Bintang Puji Anggraini)
Oktaviana Mulya Putri Pilih Jadi Penulis: Emosinya Lebih Tumpah |
![]() |
---|
Tips Mix and Match dan Perawatan Vest Agar Tahan Lama Dipakai |
![]() |
---|
Hangout hingga ke Kampus, Vest Menunjang Penampilan Anak Muda Bandar Lampung |
![]() |
---|
Tren Vest di Kalangan Anak Muda, Friesty Vera: Modis dan Elegan |
![]() |
---|
Fashion Desainer Lampung Nurafni: Batik Kini Lebih Modern dan Inovatif |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.