Ledakan di SMAN 72 Jakarta

Terkuak, Terduga Peledakan di SMAN 72 Bawa 7 Bom, 4 Meledak di 2 Lokasi

Terkuak, FN (17), terduga peledakan di SMAN 72 Jakarta, membawa 7 bom ke sekolah, 4 di antaranya meledak di 2 lokasi berbeda.

Warta Kota/Yulianto
PENJAGAAN PASCALEDAKAN - Warga menyaksikan suasana akibat ledakan di SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (7/11/2025). Terkuak, FN (17), terduga peledakan di SMAN 72 Jakarta, membawa 7 bom ke sekolah, 4 di antaranya meledak di 2 lokasi berbeda. Sementara 3 lainnya, tidak sempat meledak dan berhasil disita aparat. 
Ringkasan Berita:
  • FN (17), siswa SMAN 72 Jakarta, membawa 7 bom, dengan 4 meledak di dua lokasi dan 3 lainnya disita oleh Densus 88.
  • Ledakan terjadi saat salat Jumat (7/11/2025) di masjid sekolah, melukai 96 orang tanpa korban jiwa.
  • FN kini sadar dan dirawat, berstatus Anak yang Berhadapan dengan Hukum; Polri libatkan KPAI dan tim trauma healing.
  • FN dikenal pendiam dan tertutup, diduga korban perundungan sebelum aksi.

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Jakarta - Terkuak, FN (17), terduga peledakan di SMAN 72 Jakarta, membawa 7 bom ke sekolah, 4 di antaranya meledak di 2 lokasi berbeda.

Sementara 3 lainnya, tidak sempat meledak dan berhasil disita aparat.

Namun demikian, belum diketahui secara pasti, 4 bom yang meledak tersebut di lokasi mana saja. Hal itu lantaran hampir seluruh saksi mata yang diwawancarai, mengaku mendengar 3 suara ledakan di tempat berbeda.

Beruntung, insiden ledakan yang terjadi tepatnya di masjid area SMAN 72 Jakarta pada Jumat (7/11/2025) itu, tidak mengakibatkan korban jiwa.

Ledakan adalah peristiwa pelepasan energi secara tiba-tiba dan sangat cepat yang menghasilkan gelombang tekanan kuat, suara keras, panas, serta biasanya disertai kerusakan di sekitar lokasi.

Ledakan dapat terjadi karena reaksi kimia (seperti dari bahan peledak atau gas), tekanan tinggi yang tiba-tiba dilepaskan, atau korsleting listrik yang memicu kebakaran dan tekanan udara.

Dikutip tribunlampung.co.id dari tribunnews.com, Densus 88, selaku pihak yang melakukan penyelidikan atas kasus ledakan yang melukai 96 orang tersebut, membenarkan informasi 7 bom itu.

"Benar (ada tujuh peledak)," kata Juru Bicara Densus 88 AKBP Mayndra Eka Wardhana saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (9/11/2025).

Dia mengatakan dari tujuh peledak yang dibawa terduga pelaku, empat di antaranya meledak di dua lokasi.

Sementara, tiga peledak yang tidak meledak di antaranya sudah disita oleh pihak kepolisian untuk penyelidikan lebih lanjut.

"Yang meledak empat di dua lokasi. Tiga tidak meledak," ucapnya.

Meski begitu, Mayndra belum merincikan terkait jenis peledak yang membuat 96 orang terluka tersebut.

Diketahui, dalam insiden ledakan terjadi lingkungan SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Jumat (7/11/2025) siang ada satu siswa yang disorot.

Satu siswa ini berinisial FN, dia diduga pelaku dalam peledakan tersebut.

Baca juga: Kondisi Terkini Terduga Pelaku Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Lewati Masa Kritis

Kondisi Mulai Membaik

Dikutip Tribunlampung.co.id dari WartaKotalive.com, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto mengatakan kondisi pemuda berusia 17 tahun itu kini sudah sadar dan berangsur membaik. Namun, masih harus menjalani perawatan medis.

Polisi pun kini fokus pada proses pemulihan kondisi terduga pelaku sebelum melakukan pendalaman terkait dengan motif peledakan.

"Disampaikan oleh Bapak Kapolri memang salah satu dugaan yang melakukan dalam kondisi ini adalah anak yang berhadapan dengan hukum. Masih dalam perawatan dan kondisinya sudah sadar. Termasuk saat ini kami fokus terhadap pemulihan,” ujar Budi.

Adapun status terduga pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta ialah Anak yang Berhadapan dengan Hukum.

Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.

Dengan demikian, kepolisian melibatkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam kasus ini.

"Penyelidikan dan penanganan peristiwa ini Polri melibatkan KPAI dan tim trauma healing, mengingat adalah korban dan yang diduga melakukan suatu perbuatan adalah anak yang berhadapan dengan hukum. Artinya masih dianggap berstatus anak," ucap Budi.

Diketahui ledakan terjadi saat salat Jumat di Masjid SMA Negeri 72 Jakarta.

Ledakan dilakukan oleh siswa kelas XII inisial FN yang disebut kerap mendapatkan perundungan di sekolah.

FN dikenal sebagai pribadi yang pendiam dan jarang bergaul dengan siswa lain. 

FN bahkan kerap memakai jas putih setiap sekolah yang membuat siswa di sekolah itu merasa aneh. 

Usai meledakan sekolahnya, FN mencoba mengakhiri hidup. Sempat dikira tewas, nyawa FN pun berhasil diselamatkan oleh dokter. 

FN mendapatkan operasi usai kejadian dan dalam kondisi kritis.

Menumpang Tempat Tinggal

Di sisi lain, FN dan orang tuanya tinggal di satu rumah yang dijadikan tempat usaha kuliner.

Bukan pemilik, orang tua FN hanya seorang pekerja dan menumpang tinggal di rumah tersebut.

Oleh warga sekitar, FN dikenal sosok yang pendiam dan jarang bergaul.

"Yang digeledah tempat usaha kuliner, tempat tinggal anak dari seorang pekerja di situ," kata Ketua RT Setempat, Danny Rumondor.

Bahkan FN sudah tinggal di rumah usaha milik bos orang tuanya itu sejak kecil.

"Kurang tahu persis berapa lama, tapi yang saya dengar lima sampai tujuh tahun, dari masih kecil sih. Tadi satu pekerja cerita ke saya, sebenarnya dari masih SD kalau gak salah dia bilang," jelasnya.

Menuruy Danny, F juga dikenal sosok yang tertutup dan jarang bergaul.

"Untuk anaknya sendiri saya gak pernah lihat, karena informasinya di rumah itu jarang keluar, tidak pernah bersosialisasi," kata dia lagi.

Tak hanya di rumah, F juga dikenal sebagai sosok yang suka menyendiri.

Perilaku Berubah

Seorang teman FN, inisial K, curiga bahwa temannya itu sudah mengincar acara di sekolah.

"Kita tuh pasti ngumpul semua di lapangan. Saya mikirnya dia (FN) ngelakuin (meledakkan diduga bom) pas saat 10 November," kata K sebagaimana dilansir TribunnewsBogor.com dari Youtube Cumicumi.

K merupakan teman FN dari TK. Sewaktu kecil, menurut K, FN merupakan anak yang ceria. Mereka bahkan sering bermain bersama.

Namun, sejak tumbuh dewasa, FN disebut menjadi pribadi yang pendiam.

Sebelum ledakan di SMAN 72 Jakarta, FN sempat bertemu K. Kata K, FN menanyakan satu acara yang akan dilangsungkan di sekolah.

"Saya sempet komunikasi sama dia, 'puncak bulan bahasanya kapan ?'," kata K menirukan pertanyaan F.

K merupakan satu di antara panitia dari acara tersebut.

"Dari dulu suka nyapa, saat saya abis dari toilet dia nannya ke saya, 'bulan bahasanya kapan ? Puncaknya kapan ?'," kata K.

Menurutnya, pertanyaan itu beberapa kali ditanyakan FN padanya. 

"Di waktu berbeda. Dua kali. Gak curiga sama sekali, gak kepikiran sejauh ini," kata K.

Total Korban 96

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan ada 96 korban ledakan di SMAN 72 Jakarta.

Kini masih ada 29 korban yang menjalani perawatan di rumah sakit.

"Total yang masih dirawat ada kurang lebih 29 dari 96," jelasnya.

Ia merinci, 14 korban dirawat di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, 14 korban di RS Yarsi, dan satu korban di RS Pertamina Jaya.

Menurutnya korban di RS Islam Cempaka Putih 2 di antaranya dirawat di ruang ICU.

"Sisanya kemarin sudah bisa pulang dan mungkin juga dilaksanakan rawat jalan," katanya.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved